Mohon tunggu...
Daffa Fadiil Shafwan Ramadhan
Daffa Fadiil Shafwan Ramadhan Mohon Tunggu... Relawan - Fresh Graduate Sarjana Hukum di UPN Veteran Jakarta

"Kepriyayian bukan duniaku. Peduli apa iblis diangkat jadi mantri cacar atau diberhentikan tanpa hormat karena kecurangan? Duniaku bukan jabatan, pangkat, gaji dan kecurangan. Duniaku bumi manusia dengan persoalannya," ungkap Pramoedya A. Toer dalam Tetralogi Buru.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

UNO (PBB) dan Tantangan Perdamaian: Belajar dari Kritik Tan Malaka (1)

5 Januari 2025   13:15 Diperbarui: 24 November 2024   01:37 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Washington, D.C. representatives of 26 united nations at flag day ceremonies in the White House, U.S.A., July 1942 (Sumber: Flickr)

Tanpa organisasi dunia yang kuat dan adil, perdamaian hanya menjadi cita-cita yang sulit dicapai. Sistem global harus memastikan bahwa keadilan tidak ditentukan oleh kekuatan militer, tetapi oleh hukum internasional yang ditegakkan secara merata.

F. Kapitalisme sebagai Penghalang Perdamaian

Tan Malaka menyoroti bahwa perang, baik di masa purba maupun modern, memiliki akar ekonomi. Di zaman kuno, perang dipicu oleh kebutuhan akan tenaga kerja (budak). Seiring berkembangnya peradaban manusia era kapitalisme yang berlangsung selama empat hingga lima abad terakhir, perang dipicu oleh:

  • Perebutan Pasar: Untuk mendapatkan bahan baku dan menjual barang-barang hasil produksi pabrik.
  • Peluang Investasi Modal: Perang menjadi alat untuk membuka akses bagi penanaman modal di wilayah-wilayah baru.

Kapitalisme menciptakan persaingan yang berakar pada keuntungan ekonomi, sehingga menjadi hambatan struktural bagi tercapainya perdamaian global. Selama kapitalisme masih menjadi sistem dominan dan dunia tetap terfragmentasi dalam beberapa negara, perdamaian dunia akan sulit dicapai.

Bersambung.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun