H. Koperasi dalam Konteks Perang Ekonomi
Tan Malaka menekankan bahwa koperasi adalah salah satu senjata paling efektif dalam perang ekonomi melawan Belanda. Koperasi tidak hanya menjadi alat untuk melawan eksploitasi kapitalis-imperialis, tetapi juga sarana untuk memperkuat solidaritas, kemandirian, dan semangat gotong-royong di antara Rakyat.
Dalam konteks revolusi, koperasi berfungsi ganda: sebagai solusi ekonomi praktis untuk kebutuhan Rakyat dan sebagai strategi politik untuk menggalang kekuatan melawan musuh.
1. Jenis-Jenis Koperasi dalam Perang Ekonomi
Tan Malaka mengidentifikasi lima jenis koperasi yang dapat didirikan di kota, desa, maupun daerah pegunungan:
- Koperasi Produksi (Penghasilan): Memproduksi barang-barang yang dibutuhkan oleh Rakyat, seperti pacul, kain, alat perkakas, dan bahan pokok lainnya. Misalnya di desa, koperasi produksi dapat berfokus pada hasil pertanian, seperti padi, sayur, dan buah-buahan.
- Koperasi Distribusi (Pembagian):Â Mengelola distribusi barang dengan adil agar kebutuhan Rakyat terpenuhi tanpa melalui perantara yang merugikan.
- Koperasi Pengangkutan: Mengatur transportasi barang dari satu tempat ke tempat lain, terutama di wilayah pedalaman atau pegunungan yang sulit dijangkau.
- Koperasi Kredit (Keuangan):Â Memberikan akses pembiayaan kepada Rakyat dengan iuran sederhana, seperti sesen dua sen atau serupiah dua rupiah, untuk mendukung usaha kecil.
- Koperasi Pasar: Mengendalikan harga barang di pasar agar tetap terjangkau bagi Rakyat.
2. Tujuan Utama Koperasi
Koperasi memiliki tujuan strategis yang melampaui aspek ekonomi semata. Beberapa tujuan utama yang ditekankan oleh Tan Malaka adalah:
- Mendapatkan Harga Semurah-Murahnya untuk Anggota:Â Koperasi dirancang untuk mengurangi keuntungan komersial demi kepentingan anggota, sehingga barang dan jasa tersedia dengan harga terjangkau.
- Membiayai Kepentingan Sosial dan Perang Gerilya: Keuntungan yang dihasilkan digunakan untuk memperbesar organisasi koperasi, mendukung kegiatan sosial, dan membiayai perjuangan gerilya.
- Melawan Ekonomi Kapitalis-Imperialis: Koperasi menjadi alat perlawanan terhadap dominasi ekonomi Belanda dan modal asing, sekaligus membangun kemandirian ekonomi Rakyat.
- Menghidupkan Semangat Gotong-Royong:Â Koperasi menjadi wadah untuk mengembalikan nilai-nilai solidaritas dan kerja sama di antara Rakyat, baik di kota, desa, maupun daerah pegunungan.
3. Peran Sang Gerilya dalam Mengelola Koperasi
Sang Gerilya memiliki peran sentral dalam mendirikan, mengelola, dan mengawasi koperasi. Selain sebagai pemimpin militer, Sang Gerilya juga berperan sebagai pemimpin ekonomi dan sosial di wilayahnya. Beberapa tanggung jawab penting Sang Gerilya meliputi:
- Mengorganisasi dan Mengawasi Koperasi:Â Memastikan koperasi berjalan dengan baik, transparan, dan sesuai dengan kebutuhan Rakyat.
- Membangun Hubungan Sosial:Â Sang Gerilya harus menjalin hubungan erat dengan masyarakat, berlaku sebagai kakak, bapak, atau adik yang peduli terhadap kebutuhan Rakyat.
- Memberi Contoh yang Baik: Sang Gerilya harus menunjukkan sikap sosial yang mulia, seperti mengembalikan barang pinjaman, membayar utang, dan membantu Rakyat dalam berbagai kesulitan.
- Meningkatkan Literasi dan Kesadaran: Memberantas buta huruf dan meningkatkan pengetahuan Rakyat tentang ekonomi, politik, dan perjuangan menjadi bagian dari tugas Sang Gerilya.
- Melatih Kepemimpinan Baru: Sang Gerilya harus menciptakan pemimpin baru dari Rakyat setempat agar organisasi tetap berjalan meskipun dirinya terpaksa meninggalkan daerah tersebut.
4. Koperasi sebagai Latihan untuk Persatuan dan Kemandirian
Tan Malaka menekankan bahwa koperasi memberikan latihan praktis bagi Rakyat untuk melaksanakan persatuan dan kemandirian ekonomi. Dengan menjalankan koperasi, Rakyat belajar mengelola produksi, distribusi, dan keuangan mereka sendiri. Hal ini juga memberikan persiapan bagi Rakyat untuk menghadapi tantangan ekonomi yang lebih besar setelah revolusi selesai.
5. Koperasi sebagai Bagian dari Strategi Perang Gerilya
Koperasi tidak hanya menjadi solusi ekonomi, tetapi juga bagian integral dari strategi perang gerilya. Sang Gerilya menggunakan koperasi untuk:
- Mengisi Kebutuhan Logistik Perang: Koperasi memastikan pasokan makanan, pakaian, dan kebutuhan lainnya untuk pasukan gerilya.
- Membangun Basis Ekonomi yang Tangguh: Koperasi membantu Rakyat mandiri secara ekonomi, sehingga tidak bergantung pada barang-barang dari Belanda.
- Memperkuat Dukungan Rakyat: Dengan menyediakan kebutuhan Rakyat melalui koperasi, Sang Gerilya memperkuat hubungan emosional dan kepercayaan Rakyat terhadap perjuangan.
6. Warisan dan Dampak Jangka Panjang Koperasi
Sang Gerilya, melalui koperasi, tidak hanya menciptakan organisasi ekonomi yang efektif, tetapi juga mewariskan sistem yang berkelanjutan. Ketika Sang Gerilya meninggalkan suatu daerah, koperasi tetap berjalan di bawah kepemimpinan baru yang berasal dari Rakyat setempat. Sistem ini menciptakan basis ekonomi yang tidak mudah dihancurkan oleh musuh, bahkan dengan teknologi militer modern seperti tank dan pesawat terbang.
I. Intisari
1. Perang Ekonomi sebagai Revolusi Rakyat
Tan Malaka menekankan bahwa perang ekonomi adalah bagian integral dari perjuangan kemerdekaan. Untuk melawan dominasi ekonomi Belanda, Republik Indonesia harus:
- Mengintegrasikan Rakyat dalam perencanaan dan pelaksanaan kebijakan ekonomi.
- Memastikan kendali negara atas sektor-sektor strategis ekonomi.
- Menolak model ekonomi yang hanya menguntungkan segelintir elite atau modal asing.
Perang ekonomi bukan hanya soal mempertahankan kemerdekaan, tetapi juga membangun kemandirian ekonomi yang berakar pada kekuatan Rakyat. Dengan semangat ini, Tan Malaka mengajak kaum murba untuk mengambil peran aktif dalam perjuangan, baik di medan tempur maupun dalam membangun ekonomi yang mandiri dan berkeadilan.