Mohon tunggu...
Daffa Fadiil Shafwan Ramadhan
Daffa Fadiil Shafwan Ramadhan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Seorang terpelajar harus juga belajar berlaku adil sudah sejak dalam pikiran, apalagi dalam perbuatan. Itulah memang arti terpelajar itu.

Kepriyayian bukan duniaku. Peduli apa iblis diangkat jadi mantri cacar atau diberhentikan tanpa hormat karena kecurangan? Duniaku bukan jabatan, pangkat, gaji dan kecurangan. Duniaku bumi manusia dengan persoalannya.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Ekonomi Sebagai Senjata Revolusi: Visi Kemandirian Koperasi Menurut Tan Malaka (3)

1 Desember 2024   14:00 Diperbarui: 1 Desember 2024   14:00 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Contoh Mata Uang ORI pasca-Kemerdekaan Republik Indonesia (Sumber: https://museum.gorontaloprov.go.id/)

G. Perang Ekonomi sebagai Senjata Revolusi

Perang ekonomi yang diusulkan oleh Tan Malaka bukan sekadar perlawanan pasif terhadap Belanda, melainkan juga strategi terintegrasi yang melibatkan seluruh lapisan masyarakat, terutama kaum Murba (buruh, tani, pedagang, dan Rakyat kecil). Dalam konteks ini, perang ekonomi menjadi senjata kolektif untuk merugikan Belanda dan memperkuat ekonomi Rakyat yang sedang berjuang untuk meraih kemerdekaan.

1. Dua Prinsip Dasar Perang Ekonomi

Tan Malaka menegaskan dua prinsip utama dalam perang ekonomi:

  • Merugikan Ekonomi Belanda: Semua tindakan ekonomi harus diarahkan untuk melemahkan ekonomi Belanda. Hal ini mencakup boikot kerja, boikot beli, dan sabotase terhadap infrastruktur ekonomi mereka. Contoh tindakan efektif adalah kaum buruh yang berhenti bekerja di perkebunan, tambang, pabrik, dan kantor-kantor Belanda.
  • Menguntungkan Ekonomi Rakyat: Fokus pada memperbesar produksi dan distribusi untuk kepentingan Rakyat Indonesia sendiri. Petani, buruh, dan pedagang harus didukung untuk meningkatkan hasil produksi mereka dan mengelola distribusi yang adil.

2. Strategi Sabotase dan Boikot

Tan Malaka menekankan bahwa sabotase dan boikot adalah senjata paling efektif dalam perang ekonomi. Strategi ini meliputi:

  • Sabotase di Dalam Perusahaan Belanda: Jika Rakyat harus bekerja dengan Belanda karena alasan tertentu, pekerjaan itu harus dimanfaatkan untuk melemahkan Belanda melalui sabotase internal, seperti memperlambat produksi atau merusak mesin.
  • Boikot Kerja dan Boikot Beli: Buruh harus berhenti bekerja untuk perusahaan Belanda. Selain itu, Rakyat tidak membeli barang dari Belanda atau menjual barang kepada mereka, sehingga memutus rantai suplai ekonomi Belanda.

3. Membangun Ekonomi Rakyat

Dalam rangka memperkuat ekonomi Rakyat, Tan Malaka mengajukan beberapa langkah konkret:

  • Mendirikan Perusahaan Rakyat: Rakyat harus mendirikan usaha kecil yang mampu memenuhi kebutuhan dasar seperti pakaian, cangkul, garam, minyak, dan bahan pokok lainnya. Walaupun belum modern, kemampuan lokal seperti memintal benang, menenun kain, membuat alat-alat sederhana, hingga memproduksi tahu, tempe, dan kecap harus dimanfaatkan.
  • Mengurangi Ketergantungan pada Barang Asing: Petani dan pedagang lokal harus didorong untuk memproduksi barang kebutuhan yang dapat dijual kepada Rakyat sendiri, sehingga keuntungan tetap berada di tangan Rakyat Indonesia.
  • Memanfaatkan Pengetahuan Lokal: Teknologi sederhana yang diwariskan secara turun-temurun, seperti pembuatan minyak, garam, dan kain, harus dilestarikan dan dikembangkan.

4. Peran Kaum Murba dalam Perang Ekonomi

Tan Malaka menyerukan kepada kaum Murba untuk tidak berpangku tangan selama revolusi berlangsung. Mereka harus mengambil peran aktif dalam perang ekonomi dengan cara:

  • Melibatkan Rakyat dalam Rencana Ekonomi: Kaum buruh, tani, dan pedagang harus dilibatkan dalam merancang dan menjalankan kebijakan ekonomi. Dengan keterlibatan langsung, mereka akan merasa memiliki rencana tersebut.
  • Meningkatkan Produksi untuk Kebutuhan Rakyat: Petani harus didukung untuk meningkatkan hasil pertanian dengan jaminan bahwa kelebihan hasil mereka dapat ditukar dengan barang kebutuhan seperti pakaian dan alat-alat kerja.
  • Melawan Dominasi Modal Asing: Rakyat harus mendorong produksi lokal untuk mengurangi ketergantungan pada barang impor dan mencegah keuntungan jatuh ke tangan modal asing.

Bersambung.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun