Mohon tunggu...
Daffa Fadiil Shafwan Ramadhan
Daffa Fadiil Shafwan Ramadhan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Seorang terpelajar harus juga belajar berlaku adil sudah sejak dalam pikiran, apalagi dalam perbuatan. Itulah memang arti terpelajar itu.

Kepriyayian bukan duniaku. Peduli apa iblis diangkat jadi mantri cacar atau diberhentikan tanpa hormat karena kecurangan? Duniaku bukan jabatan, pangkat, gaji dan kecurangan. Duniaku bumi manusia dengan persoalannya.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengupas Strategi Revolusi Tan Malaka, Kunci Keberhasilan Bangsa Indonesia Saat Melawan Belanda

2 Desember 2024   10:15 Diperbarui: 2 Desember 2024   10:47 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Laskar gerilya dan tentara rakyat sedang bergerilya (Sumber gambar: IPPHOS)

1. Cacah Jiwa: Kekuatan Demografis

a) Perbandingan Populasi

  • Belanda: Dengan populasi sekitar 7 juta jiwa, Belanda memiliki basis tenaga manusia yang terbatas. Ini mencakup serdadu yang harus dipasok ke Indonesia, pekerja, serta sumber daya manusia untuk mendukung upaya militernya.
  • Indonesia: Dengan populasi sekitar 70 juta jiwa, Indonesia memiliki keunggulan signifikan dalam hal jumlah penduduk. Rakyat Indonesia, yang mayoritas tinggal di perdesaan dan terlibat dalam pertanian, dapat menjadi basis dukungan logistik dan tenaga prajurit yang sangat besar.

b) Intisari

Keunggulan populasi Indonesia memberikan kelebihan besar dalam hal kapasitas untuk mempertahankan perang yang panjang. Belanda, dengan populasi yang jauh lebih kecil, akan kesulitan menjaga kekuatan pasukannya di medan perang.

2. Pertanian: Adaptasi terhadap Lingkungan

a) Kondisi Geografis

  • Belanda: Negara Belanda memiliki medan yang datar dan iklim yang sejuk, membuat serdadu Belanda kurang terbiasa menghadapi medan yang berbukit-bukit dan hutan tropis Indonesia. Ditambah lagi, serdadu Belanda harus dikirim sejauh 10.000 km dari negaranya ke Indonesia, yang membutuhkan waktu dan biaya besar.
  • Indonesia: Indonesia memiliki medan yang beragam, dari gunung hingga hutan tropis, serta cuaca panas dan lembap. Rakyat Indonesia terbiasa dengan kondisi ini dan mampu bergerak cepat bahkan di medan yang sulit. Prajurit Indonesia juga berperang di kampung halaman mereka sendiri, yang memberikan keunggulan logistik dan pengetahuan medan.

b) Intisari

Adaptasi geografis rakyat Indonesia menjadi faktor penting dalam perang rakyat. Serdadu Belanda yang asing terhadap kondisi lingkungan tropis menjadi sangat rentan dalam perang yang panjang dan melelahkan.

3. Keuangan: Ketahanan Ekonomi

a) Kondisi Ekonomi

  • Belanda: Setelah lima tahun dikuasai oleh Nazi Jerman, Belanda mengalami kehancuran ekonomi yang parah. Untuk membiayai perang di Indonesia, Belanda bergantung pada eksploitasi sumber daya Indonesia. Namun, tanpa kemampuan untuk membangun ekonomi di wilayah kolonial, pendanaan perang menjadi tantangan besar. Tan Malaka menekankan bahwa serangan terus-menerus terhadap Belanda akan semakin menguras kekayaan mereka, membuat Belanda kian miskin.
  • Indonesia: Meski telah menderita di bawah penjajahan Jepang selama tiga setengah tahun dan perampasan oleh Belanda, bumi Indonesia tetap mampu menyediakan kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, dan senjata untuk mendukung prajurit. Dengan penyesuaian ekonomi terhadap kondisi perang, rakyat Indonesia mampu bertahan dan bahkan berkembang.

b) Intisari

Kebergantungan Belanda pada sumber daya luar dan ketidakmampuan mereka untuk memperbaiki ekonomi menjadi kelemahan utama. Sebaliknya, kemandirian ekonomi Indonesia, terutama dalam kebutuhan dasar, menjadi aset besar dalam perang rakyat.

4. Kesusilaan (Moral): Motivasi Perang

a) Moral Serdadu Belanda

Serdadu Belanda berada jauh dari keluarga, teman, dan kampung halamannya. Mereka sering kali dikirim ke Indonesia dengan tipu muslihat, tanpa memahami tujuan sebenarnya dari perang ini. Kondisi ini membuat mereka tidak memiliki semangat juang yang tinggi. Medan yang asing, kondisi cuaca yang ekstrem, dan tekanan psikologis telah memperburuk moral mereka, sehingga membuat mereka rentan dalam perang yang lama.

b) Moral Prajurit Indonesia

Prajurit Indonesia memiliki kesadaran penuh akan tujuan perang, yaitu mempertahankan kampung halaman dan melawan penindasan. Hal ini memberikan mereka semangat juang yang tinggi. Dalam enam bulan pertama perang kemerdekaan, Tan Malaka mencatat adanya moral yang teguh di antara rakyat dan prajurit Indonesia, yang memungkinkan mereka bertahan dalam kondisi perang yang berat.

c) Intisari

Moral menjadi faktor pembeda yang sangat penting. Semangat juang prajurit Indonesia, yang dilandasi oleh kesadaran akan pembelaan tanah air, memberikan keunggulan signifikan atas serdadu Belanda yang moralnya rendah.

5. Organisasi dan Siasat: Kemajuan Rakyat Indonesia

a) Perbandingan Organisasi Militer

  • Belanda: Di masa Hindia Belanda, Belanda memiliki keunggulan dalam organisasi militer dan siasat perang. Pasukan mereka terlatih dalam struktur yang sistematis, sehingga memiliki disiplin dan koordinasi yang baik.
  • Indonesia: Pada awal perjuangan, rakyat Indonesia bergantung pada laskar rakyat dengan persenjataan sederhana seperti bambu runcing. Namun, setelah dua hingga tiga tahun menjalani latihan militer, pasukan Indonesia berhasil meningkatkan kemampuan organisasi dan siasat mereka hingga setara, atau bahkan lebih unggul, dibandingkan pasukan Belanda.

b) Peningkatan Kemampuan Militer

Rakyat Indonesia, yang semula hanya mengandalkan semangat juang, secara bertahap mampu mengorganisasi diri menjadi tentara yang terlatih. Latihan militer yang intensif, pengalaman langsung di medan perang, serta keberhasilan merebut senjata dari musuh memungkinkan prajurit Indonesia bersaing secara efektif dengan tentara Belanda.

c) Kelebihan Indonesia: Perhitungan yang Tinggi

Tan Malaka menyimpulkan bahwa dalam lima aspek utama---cacah jiwa, kebumian, keuangan, kesusilaan, serta organisasi dan siasat---rakyat Indonesia memiliki keuntungan strategis yang jelas dibandingkan Belanda. Namun, ia juga mengakui satu kelemahan utama, yaitu dalam persenjataan. Meski begitu, ia menekankan bahwa kelemahan ini tidak mutlak dan dapat diatasi dengan kreativitas dan pengalaman tempur.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun