Mohon tunggu...
Daffa Fadiil Shafwan Ramadhan
Daffa Fadiil Shafwan Ramadhan Mohon Tunggu... Relawan - Fresh Graduate Sarjana Hukum di UPN Veteran Jakarta

"Kepriyayian bukan duniaku. Peduli apa iblis diangkat jadi mantri cacar atau diberhentikan tanpa hormat karena kecurangan? Duniaku bukan jabatan, pangkat, gaji dan kecurangan. Duniaku bumi manusia dengan persoalannya," ungkap Pramoedya A. Toer dalam Tetralogi Buru.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tokoh, Karya, dan Historiografi Taqrib: Dialog Sunni-Syiah dalam Kajian Sejarah Kontemporer

29 Januari 2025   19:00 Diperbarui: 22 November 2024   04:31 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Time to Stop Talking of the Shiite-Sunni Divide (Sumber: The Cairo Review of Global Reviews)

Hingga beberapa tahun belakangan, yakni di era modern, upaya ekumenis (persatuan atau rekonsiliasi) dalam dua aliran Islam besar (Sunni-Syiah) mendapat perhatian yang sangat sedikit dari para akademisi Barat. Diskusi ini hanya disebutkan dalam beberapa survei-survei general yang membahas mengenai hubungan antara Sunni dan Syiah pada abad ke-20. 

Namun demikian, terdapat beberapa artikel yang secara khusus membahas topik atau individu tertentu yang terkait dengan upaya taqrb dalam Islam yang dilakukan oleh para sarjana Barat. Beberapa karya penting yang mengangkat gerakan ini adalah tulisan-tulisan Werner Ende, Frank Bagley, dan Pierre Rondot. 

Dua tokoh utama gerakan taqrb, yaitu Syekh Muammad Jawd Mughniyya dan Syekh Mamd Syaltt, telah dibahas dalam biografi terperinci. Namun, pembahasan tentang peran mereka dalam gerakan ini sering kali terbatas hanya pada beberapa halaman. Literatur klasik seperti karya Bayard Dodge (1961) dan A. Chris Eccel (1980-an) tidak membahas hubungan kesejarahan antara Al-Azhar dengan Syiah sama sekali, meskipun kajian ini ditulis pada masa puncak aktivitas taqrb. Buku Malika Zeghal yang lebih baru juga hanya membahas topik ini dalam ruang yang sangat terbatas.

Dalam beberapa tahun terakhir, dua karya penting muncul. Sabrina Mervin dalam bukunya tentang gerakan reformasi Syiah menyajikan bab panjang tentang taqrb, yang berfokus pada dua ulama modern Syiah, Syekh Sayyid Musin Al-Amn dan Syekh Abdul Husain Syarafuddin Al-Musawi. Sementara itu, Wilfried Buchta meneliti kebijakan persatuan Islam yang digagas pemerintah revolusioner Iran antara tahun 1979 dan 1996.

Beberapa karya lain juga membahas gerakan pan-Islamisme yang berkaitan dengan upaya penyatuan umat Islam di tingkat politik. Buku Martin Kramer, berjudul Islam Assembled melacak asal-usul ide Kongres Islam hingga Perang Dunia II. Jacob Landau dalam The Politics of Pan-Islam kemudian juga membahas 120 tahun pemikiran pan-Islamisme, dengan fokus pada aspek institusional dan ekonomi.

Karya-karya yang telah ada sering kali hanya lebih menyoroti upaya unifikasi dalam kerangka Sunni, sedangkan upaya lintas sektarian yang melibatkan Syiah jarang sekali diulas secara mendalam. Padahal, gerakan taqrb seperti yang digagas oleh Jam'at Al-taqrb bayn Al-madhhib Al-islmiyya telah mencerminkan potensi besar untuk menciptakan dialog lintas mazhab di dalam Islam. Dominasi perspektif Sunni dalam kajian ini menunjukkan adanya bias historiografis yang perlu diluruskan dalam penelitian di masa depan, supaya lebih adil dengan aliran Syiah, sehingga menciptakan harmonisasi Islam yang lebih efektif.

Terakhir, terdapat dua investigasi tentang politik internasional yang digalakkan oleh Arab Saudi. Reinhard Schulze dan Ellinor Schne masing-masing membahas sejarah Liga Dunia Muslim (1962) dan Organisasi Konferensi Islam (1969), dua institusi yang bertujuan untuk menyatukan umat Islam di bawah pengaruh Sunni (Ahlussunnah wal Jamaah). Namun, pembahasan ini hampir sepenuhnya terbatas pada konteks Sunni saja, sehingga mengesampingkan kontribusi Syiah dalam upaya upaya unifikasi atau ekumenis Islam.

Liga Dunia Muslim, yang didirikan pada tahun 1962, didirikan dalam konteks yang bertujuan untuk mentransformasikan dan memolitisasi publik Islam sejak abad ke-19. Lain halnya dengan Organisasi Konferensi Islam, yang lahir sebagai hasil dari seruan Raja Faisal untuk solidaritas Islam pada tahun 1969, di mana telah dideskripsikan oleh Ellinor Schne dalam karya akademisnya.

Namun, dalam semua karya tersebut, baik bentuk politik maupun teologis dari upaya modern untuk penyatuan di Dunia Islam hampir secara eksklusif terbatas pada konteks Sunni (Islam ortodoks, bukan Syiah ataupun Wahhabi).

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun