Islam sebagai agama yang menjadi rahmat bagi alam semesta, menempatkan etika lingkungan pada posisi yang sangat penting. Islam mengajarkan umat manusia untuk menggunakan sumber daya alam secara bertanggung jawab dan menganjurkan supaya pelestarian lingkungan sebagai kewajiban ilahiah harus dilaksanakan. Bahkan, ajaran-ajaran Nabi Muhammad dan Al-Qur'an telah menekankan adanya keterkaitan semua makhluk hidup dan menegaskan pentingnya untuk menjaga alam.
Pertama, Islam menganjurkan untuk kita menghormati alam dan penciptaan. Alam dipandang sebagai tanda (Ayat) keberadaan dan kebesaran Allah . Al-Qur'an sering menyebut bahwa semua makhluk, mulai dari hewan hingga pohon, selalu memuliakan Penciptanya (Al-Hajj: 18). Ayat ini tentunya akan menumbuhkan rasa rendah hati dan tanggung jawab terhadap pelestarian alam sebagai bagian dari ciptaan Allah , serta menekankan penghargaan kepada setiap makhluk hidup.
Tidakkah engkau mengetahui bahwa bersujud kepada Allah siapa yang ada di langit dan siapa yang ada di bumi, juga matahari, bulan, bintang, gunung, pohon, hewan melata, dan kebanyakan manusia? Akan tetapi, banyak (manusia) yang pantas mendapatkan azab. Siapa yang dihinakan Allah tidak seorang pun yang akan memuliakannya. Sesungguhnya Allah melakukan apa yang Dia kehendaki. (QS. Al-Hajj: 18).
Kedua, adanya tanggung jawab manusia terhadap pelestarian lingkungan. Hal ini berkaitan dengan konsep khalifah dalam Islam yang menyiratkan bahwa manusia ditugaskan untuk menjaga bumi. Tanggung jawab ini tidak terbatas pada kepemilikan pribadinya saja, tetapi juga mencakup sumber daya alam bersama seperti udara, air, dan tanah, yang harus dilestarikan untuk generasi mendatang. Nabi Muhammad menekankan bahwa menanam pohon, merawat hewan, dan melestarikan sumber daya adalah amal yang akan diberi pahala di akhirat.
Tiada seorang yang menanam pohon, melainkan Allah akan mencatat pahala baginya sekadar buah yang dihasilkan oleh pohon tersebut. (HR Ahmad No. 415).
Ketiga, Islam melarang gaya hidup pemborosan dan konsumsi berlebihan. Islam sangat melarang pemborosan dan konsumsi berlebihan, yang sejalan dengan praktik menuju ekonomi berkelanjutan. Al-Qur'an menasihati agar tidak berlebihan, dengan menyatakan, "Dan janganlah kamu berlebih-lebihan, sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebihan." (QS Al-An'am: 141). Bahkan dalam ibadah seperti wudhu (bersuci), Nabi memperingatkan agar tidak membuang-buang air, meskipun dilakukan di dekat sungai yang mengalir, menekankan bahwa pelestarian lingkungan harus meresap dalam setiap aspek kehidupan (HR Ibnu Majah No. 425).
Dialah yang menumbuhkan tanaman-tanaman yang merambat dan yang tidak merambat, pohon kurma, tanaman yang beraneka ragam rasanya, serta zaitun dan delima yang serupa (bentuk dan warnanya) dan tidak serupa (rasanya). Makanlah buahnya apabila ia berbuah dan berikanlah haknya (zakatnya) pada waktu memetik hasilnya. Akan tetapi, janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan. (QS Al-An'am: 141).
Diriwayatkan dari Abdullah bin Umar, ia berkata, Rasulullah bertemu Sa'ad pada waktu berwudhu, lalu Rasulullah bersabda:
"Alangkah borosnya wudhumu itu hai Sa'ad." Sa'ad berkata, "Apakah di dalam berwudhu ada pemborosan?" Rasulullah bersabda, "Ya, meskipun kamu berada di sungai yang mengalir." (HR Ibnu Majah).