Mohon tunggu...
Daffa Fadiil Shafwan Ramadhan
Daffa Fadiil Shafwan Ramadhan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Fresh Graduate Sarjana Hukum di UPN Veteran Jakarta

"Kepriyayian bukan duniaku. Peduli apa iblis diangkat jadi mantri cacar atau diberhentikan tanpa hormat karena kecurangan? Duniaku bukan jabatan, pangkat, gaji dan kecurangan. Duniaku bumi manusia dengan persoalannya," ungkap Pramoedya A. Toer dalam Tetralogi Buru.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Strategi Cerdas Sunan Kalijaga: Menyebarkan Islam Melalui Wayang dan Adat Jawa

18 Desember 2024   19:00 Diperbarui: 20 November 2024   03:41 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jejak historis Sunan Kalijaga di kota Demak, Masjid Demak (Sumber: iStock)

Sunan Kalijaga adalah salah satu dari Wali Songo yang berperan penting dalam penyebaran agama Islam di Nusantara, khususnya Pulau Jawa. Sunan Kalijaga, salah satu tokoh legendaris Indonesia ini, lahir pada abad ke-15 sebagai putra Tumenggung Wilatikta, seorang Bupati Tuban, dan Dewi Nawangrum. Nama kecilnya adalah Raden Syahid, yang juga dikenal dengan beberapa nama lain, seperti Lokajaya, Pangeran Tuban, dan Raden Abdurrahman.

Terdapat dua pandangan berbeda mengenai asal-usulnya. Pandangan pertama, menyebutkan bahwa Sunan Kalijaga adalah keturunan yang berasal dari campuran etnis Arab dan Suku Jawa, sedangkan pandangan kedua dalam Babad Tanah Jawi, menyebutkan bahwa ia adalah orang Arab yang silsilahnya dapat dilacak hingga Abbas bin Abdul Muthalib, paman Nabi Muhammad ﷺ. Lalu, pandangan ketiga, sejarawan Slamet Muljana menyatakan lagi yang lain, di mana teorinya menyatakan bahwa Sunan Kalijaga adalah Islam yang berketurunan Cina. Dari ketiga pandangan tersebut, kami tidak menyimpulkan pandangan mana yang paling benar dan yang paling salah, tetapi dalam masing-masing pandangan dapat ditemukan kebenaran dan tak menjamin tidak ada kesalahan.

Singkat cerita, sejak anak-anak, Kanjeng Sunan Kalijaga adalah anak yang telah mendapatkan pendidikan Islam dan kepemimpinan. Pendidikan tersebut yang membentuk karakternya sebagai seorang pemimpin dengan kerendahhatian (tawadhu) dan disukai banyak orang.

Dalam sejarah, masa muda Sunan Kalijaga memiliki dua kisah yang berbeda. Dalam versi narasi pertama, Raden Syahid, yang dikenal sebagai Sunan Kalijaga, dikisahkan pernah terlibat dalam tindakan pencurian, tetapi ia melakukannya untuk membantu rakyat kecil yang menderita. Ketika tindakannya terbongkar, ia diusir dari Tuban dan hidup sebagai pengembara yang tetap melakukan aksi-aksi serupa demi kepentingan rakyat.

Akan tetapi, dalam versi narasi kedua, digambarkan bahwa Raden Syahid sebagai pemuda yang nakal dan sadis, kenakalan itu berhenti ketika dirinya bertemu dengan Sunan Bonang yang kemudian menjadi gurunya. Setelah pertemuan tersebut, Raden Syahid memutuskan untuk bertaubat dan mendapatkan nama Kalijaga, yang berarti “penjaga sungai,” sebagai hasil dari kesetiaannya menjaga tongkat Sunan Bonang di tepi sungai. Namun, menurut Prof. Agus Aris Munandar yang dikutip dari Detik, Guru Besar FIB UI, berpendapat bahwa pendapat paling kuat tentang makna Kalijaga adalah yang diartikan dengan cara majazi, yang berarti kesetiaan Sunan Kalijaga untuk menjaga syariat Islam atau menjaga dua kalimah syahadat.

Sunan Kalijaga kemudian menikah dengan tiga wanita, yaitu Dewi Sarah, Siti Zaenab, dan Siti Khafsah. Dari pernikahan dengan Dewi Sarah, ia memiliki tiga anak, termasuk Sunan Muria. Dari Siti Zaenab, yang merupakan anak Sunan Gunung Jati, ia memiliki lima anak. Sementara itu, dari Siti Khafsah, putri Sunan Ampel, belum ada kejelasan mengenai keturunannya. Selama hidupnya, Sunan Kalijaga turut berperan dalam pembangunan Masjid Agung Cirebon dan Masjid Agung Demak, serta menyaksikan berakhirnya kekuasaan Kerajaan Majapahit pada tahun 1478.

Sunan Kalijaga diperkirakan hidup lebih dari seratus tahun, mulai dari pertengahan abad ke-15 hingga akhir abad ke-16. Sunan Kalijaga mencapai usia sekitar 131 tahun.

Beliau meninggal sekitar tahun 1680 dan dimakamkan di Desa Kadilangu, Demak. Warisan Sunan Kalijaga dalam sejarah kebudayaan dan agama Jawa sangatlah besar dan amat berjasa, sehingga menjadikannya salah satu tokoh penting dalam sejarah Islam di Jawa dan Indonesia. Sunan Kalijaga pun terkenal dengan karya-karyanya yang sampai sekarang disukai oleh anak-anak, seperti Lir-Ilir dan Gundul-gundul Pacul, yang sarat akan makna kehidupan.

Strategi Dakwah Sunan Kalijaga di Tanah Jawa

Dengan menghadapi rakyat Jawa yang memiliki sangat-sangat mempertahankan tradisi (budaya) dan bahkan fanatik dengan budaya-budaya nenek moyang mereka, Sunan Kalijaga pun menyusun strategi dakwah Islam untuk menyebarkan agama Islam di pulau ini.

Pertama, Sunan Kalijaga melakukan perubahan adat yang tidak sesuai dengan syariat Islam dengan cara perlahan-lahan dan tidak tergesa-gesa. Sunan Kalijaga membiarkan adat-adat yang sulit diubah dan tidak mengusahakan perubahannya dengan menggunakan kekerasan. Hal ini disebabkan, dalam pandangan Sunan Kalijaga, apabila dilakukan dengan tergesa-gesa dan menggunakan kekerasan, maka akan menjadi bumerang bagi dirinya, sehingga dikhawatirkan malah Islam yang tidak dapat disebarkan secara luas karena kemungkinan besar akan mendapatkan penolakan dari rakyat Jawa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun