Strategi dan filosofi peperangan menurut Tan Malaka mencakup beberapa prinsip elementer yang berakar pada pemahaman mendalam tentang pertahanan atau pembelaan (defense) dan serangan (offense). Tan Malaka mengakui bahwa baik membela (mempertahankan) maupun menyerang adalah bagian yang tidak terpisahkan dalam setiap pertempuran atau peperangan. Pertahanan tidak bisa hanya berarti diam dan pasif saja, sebaliknya penyerangan juga tidak boleh dilakukan tanpa persiapan matang. Filosofi ini menggarisbawahi pentingnya keseimbangan antara kedua aspek ini dalam strategi perang.
Dalam hal pertahanan, Tan Malaka menunjukkan bahwa "pembelaan yang terbaik adalah dengan menyerang." Artinya, ia menolak gagasan bahwa bertahan berarti hanya sekadar menunggu musuh menyerang. Sebaliknya, strategi pertahanan yang efektif adalah pertahanan yang aktif, di mana serangan balasan kecil atau besar tetap harus dilakukan untuk melemahkan musuh. Hal ini menunjukkan bahwa Tan Malaka percaya pada pembelaan yang agresif, di mana pertahanan tidak hanya bersifat pasif, tetapi juga penuh dengan inisiatif.Â
Dalam hal menyerang, Tan Malaka menekankan pentingnya persiapan yang matang dan penyelidikan mendalam terhadap kekuatan serta kelemahan musuh. Serangan yang dilakukan tanpa perencanaan, penyelidikan, atau persiapan hanya akan berakhir dengan kegagalan, bahkan jika penyerang memiliki jumlah prajurit yang besar atau senjata yang kuat. Filosofi ini menggarisbawahi pentingnya akses informasi dan strategi taktis yang mumpuni dalam memenangkan pertempuran.
Tan Malaka juga menjelaskan bahwa membela dan menyerang tidak bisa berdiri sendiri, keduanya adalah saling berkelindan satu sama lain. Dalam pembelaan, elemen serangan selalu ada, dan dalam penyerangan, unsur pembelaan juga sangatlah penting. Misalnya saja, seorang penyerang tetaplah perlu memiliki pertahanan yang kuat supaya basisnya tetap aman dari serangan balik saat menyerang, seperti halnya tank yang memiliki dinding pelindung. Filosofis ini menunjukkan bahwa Tan Malaka melihat strategi perang sebagai suatu sistem yang terintegrasi, di mana kedua aspek ini saling mendukung.
Selanjutnya, Tan kemudian menekankan bahwa latihan keprajuritan juga harus disesuaikan dengan peran dari masing-masing pleton, apakah untuk mempertahankan (pertahanan) atau ditujukan untuk menyerang. Penyerang membutuhkan fisik yang kuat, keberanian, dan semangat pantang menyerah, sedangkan pembela (mereka yang bertahan) harus memiliki sikap yang penuh dengan ketenangan, ketabahan, dan keyakinan akan kemenangan akhir. Filosofi ini mengindikasikan bahwa Tan Malaka sangat menghargai pentingnya mentalitas prajurit, di mana pembela harus kuat secara mental dan penyerang harus memiliki semangat ofensif yang tak tergoyahkan.
Dalam konteks membela dan menyerang, Tan Malaka juga memperhitungkan perkembangan dalam teknologi perang modern. Ia menyoroti bagaimana alat-alat perang kuno, seperti panah, kuda, dan benteng sudah tidak relevan di era perang modern. Sebagai gantinya, perang modern mengandalkan alat-alat canggih, seperti tank, roket, kapal selam, dan pesawat tempur. Hal ini menunjukkan bahwa Tan Malaka memahami pentingnya penyesuaian dengan teknologi dalam perang dan bahwa strategi harus berkembang seiring dengan kemajuan zaman.
Seni peperangan menurut Tan Malaka menekankan keseimbangan yang dinamis antara menyerang dan membela. Keduanya bukan hal yang terpisah, melainkan saling mendukung satu sama lainnya untuk mencapai kemenangan akhir. Pembelaan yang proaktif dengan serangan balik serta penyerangan yang terukur dan matang merupakan kunci dalam memenangkan pertempuran.
Pembelaan yang proaktif dengan serangan balik serta penyerangan yang terukur dan matang merupakan kunci dalam memenangkan pertempuran.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H