Louis XIV mengadopsi teori "hak ilahiah di dalam diri sang raja."
Dalam aspek keagamaan, Louis XIV sangat bergairah untuk melaksanakan persatuan agama, yang bertujuan untuk mengonsolidasikan dominasi Katolik di Prancis. Ia memberlakukan Artikel Gallican pada tahun 1682, sehingga mengurangi pengaruh dan peranan kepausan atas Gereja Prancis.Â
Pada tahun 1685, ia mencabut Edit Nantes (peraturan kebebasan beragama) yang mengakibatkan timbulnya penganiayaan terhadap Protestan (Huguenots) dan pengungsian signifikan dari penganutnya. Keputusan ini merusak reputasi internasional Prancis dan melemahkan potensi ekonominya.
Dengan keabsolutan tersebut, Louis XIV mengendalikan semua aspek pemerintahan, termasuk militer dan ekonomi, tanpa adanya pengawasan atau oposisi dari lembaga lain. Gaya hidup mewah istrinya---Marie Antoinette---dan kemegahan Istana Versailles menjadi simbol kekuasaannya yang tak terbantahkan.Â
Pemerintahannya tidak hanya mempengaruhi Prancis saja, tetapi juga menjadi standar bagi para raja-raja monarki absolut lainnya di Eropa, yang kemudian mengikuti jejaknya dalam mengonsolidasikan kekuasaan.
Monarki absolut memiliki beberapa kelebihan, seperti kemampuan untuk mengambil keputusan dengan cepat, menjalankan kebijakan jangka panjang dengan lebih mudah, dan biaya pemerintahan yang lebih rendah karena tidak adanya pemilu.Â
Namun, ada juga kekurangannya, termasuk potensi terjadinya tirani, suksesi turun-temurun yang tidak selamanya dapat menghasilkan pemimpin yang kompeten, serta tidak adanya mekanisme demokratis untuk menuntut tanggung jawab pemimpin, selain melalui pemberontakan.
Monarki absolut memiliki beberapa kelebihan, seperti kemampuan untuk mengambil keputusan dengan cepat, menjalankan kebijakan jangka panjang dengan lebih mudah, dan biaya pemerintahan yang lebih rendah karena tidak adanya pemilu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H