Mohon tunggu...
Daffa Fadiil Shafwan Ramadhan
Daffa Fadiil Shafwan Ramadhan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Seorang terpelajar harus juga belajar berlaku adil sudah sejak dalam pikiran, apalagi dalam perbuatan. Itulah memang arti terpelajar itu.

Kepriyayian bukan duniaku. Peduli apa iblis diangkat jadi mantri cacar atau diberhentikan tanpa hormat karena kecurangan? Duniaku bukan jabatan, pangkat, gaji dan kecurangan. Duniaku bumi manusia dengan persoalannya.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Amerika Latin: Gerakan Sosial, Revolusi Sosial, dan Romantisme Perjuangan

25 November 2024   19:30 Diperbarui: 25 November 2024   19:33 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gerakan petani dan masyarakat adat setempat di Chiapas, Meksiko, adalah perjuangan untuk melawan dampak negatif dari kebijakan neoliberalisme yang memaksa mereka bersaing dengan perusahaan-perusahaan besar. Para petani dan masyarakat adat tersebut dipimpin oleh EZLN (Ejrcito Zapatista de Liberacin Nacional) atau Tentara Pembebasan Nasional Zapatista, yang mengorganisasikan perlawanan bersenjata dengan senjata-senjata rakitan yang dibuat secara mandiri untuk melawan tentara-tentara pemerintah yang bersenjata serbacanggih. Meskipun mereka tidak sepenuhnya sukses dalam perlawanan bersenjata, gerakan ini tetap menjadi inspirasi bagi perlawanan global terhadap neoliberalisme.

Setelah perlawanan bersenjata tak mendapatkan hasil baik, Zapatista pun beralih ke strategi propaganda dan penyebaran informasi untuk menarik dukungan dari masyarakat sipil, baik di dalam negeri maupun internasional. Subcomandante Marcos, salah satu pemimpin Zapatista, memanfaatkan kecanggihan berbahasanya dengan menggunakan gaya bahasa yang penuh warna---baik puitis, satir, maupun romantis---dalam serentetan tulisannya untuk menentang dan mengkritik neoliberalisme. Ia menyebarluaskan pesannya melalui berbagai bentuk karya sastra, seperti esai, puisi, dan novel.

Getaran-getaran revolusi tersebut sampai pula ke Timur Jauh, di daerah kepulauan-kepulauan yang memulai untuk menggelorakan Revolusinya sendiri, yaitu Indonesia. Sebenarnya, Revolusi sudah diadakan sejak 1950-an sampai 1960-an, dengan arahan politik dari Presiden Sukarno. Saat itu, Presiden Sukarno memang terkenal dengan antikolonialismenya dan memiliki visi untuk memperkuat solidaritas dan kesetiakawanan di antara negara-negara Asia, Afrika, dan Amerika Latin.

Setelah sempat redup pada era 1970-an, gerakan sosial Amerika Latin kembali menjadi pembahasan menarik pada era 1980-an. Arief Budiman, yang pernah menulis disertasi doktor dengan tajuk "Pengerahan dan Strategi Negara dalam Peralihan ke Arah Demokrasi: Kasus Pemerintahan Allende di Chili", memicu kembali minat tersebut, khususnya untuk mulai mengkaji lagi Amerika Latin.

Disertasi karya Arief Budiman tersebut membahas tentang eksperimen sosialisme demokratis yang dilakukan di Chili di bawah pemerintahan Salvador Allende. Arief Budiman menganalisis bagaimana sosialisme sesungguhnya dapat diterapkan melalui jalur demokrasi, sehingga penerapannya jauh berbeda dari model sosialisme yang sering kali diterapkan melalui revolusi atau metode otoriter.

Di kalangan anak-anak muda, mulai mencuat kembali rasa ketidaksukaan pada Amerika Serikat saat tersebar isu bahwa Amerika terlibat dalam penggulingan pemerintahan sosialis-demokratis dari Presiden Salvador Allende di Chili pada tahun 1973. Hal ini bukannya tanpa alasan, sebab operasi-operasi penggulingan oleh CIA dan Amerika terhadap Allende benar-benar terjadi pada masa itu.

Dari situlah, mulai banyak bermunculan karya-karya akademik yang berkaitan dengan soal-soal ekonomi-politik negara ketiga. Khususnya, ditujukan untuk mengkritik pembangunan, yang mana pada saat itu hanya menyebabkan ketidakadilan, kesengsaraan, kemiskinan, dan kerusakan lingkungan hidup di negara-negara ketiga. Oleh karena itu, timbul pula semangat perlawanan dengan slogan, "No. a la desarrollismo!" (tidak untuk pembangunanisme).

Kecaman dan kritik keras tersebut tersebar juga di negara-negara Asia, Afrika, dan Amerika Latin lainnya. Para aktivis sosial-politik di sana mengutip referensi-referensi dari akademisi asal Amerika Latin, seperti Raul Prebisch (Argentina) yang menulis bersama Wolfgang Hans Singer (Jerman), yang saat itu menulis "teori ketergantungan" (teoria de la dependencia) atau Tesis Prebisch-Singer untuk pertama kalinya. Teori ketergantungan ini menjelaskan bahwa modernisasi di negara-negara pinggiran tidak akan pernah berhasil sepenuhnya, karena mereka akan terus-menerus bergantung kepada negara maju dalam hal kapital, teknologi, dan ilmu pengetahuan. Selain itu, karya-karya ekonom Brasil, Theotonia Dos Santos. Ada pula, Celso Furtado---yang pernah dicalonkan sebagai peraih Nobel Ekonomi 2004---dan Fernando Enrique Cardoso---pakar sosiologi yang pada sejarah hidupnya terpilih sebagai Presiden Brasil ke-34 selama 1995-2003.

Arief Budiman dalam disertasinya yang disebutkan sebelumnya juga menggunakan pendekatan teori ketergantungan (dependency theory) ini dalam menganalisis situasi yang berkembang di Chili. Teori ini kemudian menguraikan hubungan antara negara maju (core) dan negara berkembang (peripheries), di mana negara berkembang sering kali terjebak dalam ketergantungan ekonomi yang menghambat kemajuan mereka.

Dengan menggunakan landasan teori ketergantungan, Arief Budiman pun memberikan kritiknya terhadap pembangunan yang dilaksanakan oleh Orde Baru. Melalui disertasinya, Arief Budiman ikut berperan dalam memperkenalkan teori-teori ini ke dalam ilmu sosial di Indonesia dan memberikan perspektif baru dalam menilai modernisasi dan pembangunanisme yang dianut oleh rezim Orde Baru.

Dalam bacaan-bacaan dan karya-karya akademis itulah, para anak muda Indonesia merasakan bahwa terdapat ide dan harapan di Amerika Latin, sekaligus melahirkan gerakan-gerakan sosial yang penuh dengan romantisme dan gairah perjuangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun