Perilaku mempermalukan atau mencela tentu saja tidak di sukai setiap orang, apapun bentuk dan maksud celaan pasti tidak di sepakati oleh banyak orang, dan itu terus menjadi wacana bahasan rutin dari kalangan mana pun bahwa berbagai bentuk bullyan selalu di tentang. Bullying terbagi menjadi beberapa point, ada yang dengan secara verbal (dengan kata-kata) dan ada yang dengan fisik yaitu saat pelaku melakukan kontak fisik kepada korban seperti memukul, menendang, menampar bahkan meludahi.
Body Shaming sendiri sudah cukup lama dikenal di barat sana saat lebih luas arti dan makna dari apa yang dipahami oleh kebanyakan orang di negara kita, Body Shaming di budaya amerika berhubungan dengan  kelas ekonomi, ras, budaya bahkan politik. Dan di amerika bentuk verbal Body Shaming yang terjadi terfokus pada tubuh gemuk atau lemak yang menggumpal dalam tubuh, Stigma dan tubuh gemuk dalam budaya amerika, kegemukan dianggap sebagai sifat yang mengagumkan.Â
Menunjukan kekayaan dan kekuatan seseorang berdasarkan berat adalah hal biasa pada periode waktu Renaissance. Asosiasi ini dibuat karena keluarga yang secara sosial ekonomi lebih baik memiliki kemampuan untuk makanan mewah, ketika orang miskin tidak bisa. Ini menyebabkan bentuk tumbuh yang gembuk dan berat dipandang sebagai ukuran tubuh ideal. Sebaliknya, sekarang di amerika melihat kelompok yang ditetapkan tersebut menjadi miskin dan malas.
Karena sempat terjadi nya inflasi, pemerintahan amerika membantu dengan menciptakan makanan cepat saji (junk food), makanan cepat saji itupun menyebabkan pergeseran pandangan masyarakat disana. Sekarang  orang miskin dapat membeli makanan cepat saji, menyebabkan keluarga mereka kelebihan berat badan dan gemuk, sedangkan orang kurus yang lebih kaya bisa membeli makanan organik yang dimana itu menyebabkan mereka lebih sehat.
Penentuan untuk ukuran tubuh orang orang disana seharusnya tidak didasarkan pada kekayaan. Bagi kebanyakan wanita dan pria, pandangan barat ini tentang bentuk tubuh yang feminin telah dikonseptualisasikan sebagai bentuk tubuh kurus dan ramping, idealisasi Barat ini hanya memicu intoleransi perwujudan bentuk tubuh atau lemak yang ada dalam tubuh. Dorongan untuk mempunyai tubuh normal yang di konsepkan banyak orang membebani remaja, meningkat kan perasaan mereka untuk berubah karena tekanan bukan karena kemauan dalam hati.
Definisi tersebut lebih menekankan perasaan malu tubuh daripada saat melakukan tindakan yang mempermalukan diri sendiri. Menjelaskan bahwa tindakan orang lain memengaruhi persepsi dan skema anda terhadap diri sendiri. Namun stereotip yang di timpakan orang lain kepada anda tidak akan mengubah tubuh anda, hanya pola pikir anda.
Di negara kita sendiri orang orang tentu sudah tidak asing dengan Body Shaming, namun sepertinya pemahaman yang kurang mendalam dan malah sering menimbulkan kesalah pahaman, yang berujung hubungan antara teman pacar bahkan saudara menjadi kurang baik. Yang menjadi contoh dari Body Shaming di negara kita pun seperti tidak sama tujuan dan maksudnya dengan apa yang terjadi di amerika dan barat, contoh; "kamu makin langsing aja" atau "kamu gendutan ya", proposisi tersebut sangat tidak cocok dengan Body Shaming yang terjadi di barat.
Contoh kasus yang terjadi di amerika dalam dunia kantor ada seseorang yang mempermalukan temannya dengan berkata "Anda harus mengenakan kaos. Seluruh tim dapat melihat gulungan anda", pendapat yang dilemparkan tersebut sangat jelas maksud dan tujuan nya dalam mempermalukan bentuk tubuh. maka dari itu kesalah pahaman ini terus membengkak dan bisa menganggu hubungan sosial antar manusia, yang lebih mirisnya lagi proposisi diatas dipahami dengan maksud untuk menghina padahal itu bukan kesimpulan, dan tujuan dari perkataan itu tentu kita tidak tahu apakah bersifat negatif atau positif.
Mungkin pendapat saya bisa disebut terlalu mengerucut dan tidak atas dasar perbedaan orang banyak, karena orang berbeda dan memiliki kondisi hati atau perasaan yang tentu berbeda juga, tetapi perlu di ingat manusia memiliki kemampuan yang besar dan potensi yang tinggi dalam bangkit dari keterpurukan, dan itu tentu saja kembali pada apa yang kita usahakan dan lakukan untuk tidak mendengarkan ucapan bersifat negatif dan terus berfikit positif. Jangan biarkan kata "Body Shaming" yang baru kita kenal mengalahkan kata "bersyukur" yang sudah lama diajarkan. Tetap semangat !
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H