Di dalam bis Transjakarta ini, kulihat banyak sekali pemuda dan pemudi menundukkan kepalanya. Tidak, bukan melihat buku, tetapi layar ponsel genggam mereka.
Walau aku tak bisa melihat langsung layar ponsel mereka, kubisa mendengar dari obrolan mereka jika mereka sering membahas mengenai liburan, tren terkini, film, atau hobi mereka. Kulihat kaca bis, mataku disuguhkan dengan sekelompok orang berdemo menolak eksistensi dosen asing di Indonesia.
Sesampainya di lingkungan kampus, kulihat "pola" yang serupa dengan para penumpang bis tadi namun lebih parah : Tak hanya perpustakaan kampus terlihat sepi -Kalaupun ada orang di dalamnya, mereka adalah pencari referensi untuk tugas kuliah-, tetapi mereka tak tahu-menahu dengan demonstrasi tadi pagi yang berakhir rusuh dengan aparat keamanan, diduga terdapat seorang provokator di dalamnya.
"Laila, kau tahu kalau ada kerusuhan tadi pagi antara mahasiswa dengan kepolisian mengenai penolakan dosen asing di Indonesia?"
Temanku itu menggelengkan kepalanya, "Aduh, nggak, Abdul," Ia mengalihkan pandangannya dari ponsel genggamnya, "Biasanya, aku hanya lihat medsos untuk tren K-Pop dan itupun aku jarang lihat berita,"
"Hah? Mengapa.....Ah, sudahlah," Pikirku, aku tak perlu menyuarakan itu pada Laila, belum saatnya.
Aku langsung bangkit dari bangku di depan pintu perpustakaan, "Oh, aku mau ke kelas dulu," Kulambaikan tanganku pada teman dekatku sejak SMA, "Duluan, ya!" Laila langsung membalas dengan berucap, "Oke!".
Masuk ke dalam lift, aku bertemu Ridho, "Assalamualaikum, Dho!" Senyum sumringah muncul di wajahnya, "Wah, Waalaikumsalam, Bung! Mau ke kelas, ya?"
Kujawab dengan anggukan, lalu kutanyakan dia hal yang sama, "Apa? Serius? Di mana?" Ridho terkejut, "Aku belum membaca berita tentang hal itu,"
"Bukankah kau sering menggunakan medsos bahkan sampai bawa laptop?" Ya, terkadang Ridho membawanya walaupun tak ada tugas presentasi, "Ya, tapi aku jarang melihat berita. Maaf kalau aku mengatakan ini tetapi jarang ada berita yang menarik perhatianku, Dul," Jawabnya sambil mengangkat pundaknya.
Akhirnya, kami memilih diam dan masuk ke dalam salah satu ruang kelas di lantai 5 kampus. Ruang 506 sudah penuh dengan teman, namun belum ada dosen yang memasukinya. Proyektor sudah menyala dan menunjukkan layar birunya, semuanya tengah mengobrol satu sama lain, kebanyakan membahas mengenai liburan mereka.