Mohon tunggu...
Mohammad Daffa Arsha
Mohammad Daffa Arsha Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Mahasiswa

Saya Mohammad Daffa Arsha Ghafara, saya menimba ilmu di salah satu Universitas di Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pergerakan Mahasiswa Baik atau Buruk?

16 Juni 2022   10:47 Diperbarui: 16 Juni 2022   10:56 247
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Seperti yang kita ketahui, Mahasiswa adalah jenjang dimana seorang siswa melanjutkan pendidikannya pada perguruan tinggi, dengan tujuan memperdalam ilmu yang diminati selama menjalani jenjang pendidikan sebelumnya. Tidak jarang pada kalangan masyarakat, mengantongi nama “Mahasiswa” akan memiliki rasa bangga yang tersendiri dimata keluarga maupun masyarakat dalam atau luar lingkupnya. Namun, apakah mahasiswa di era sekarang mampu menciptakan perubahan baru dalam menyelamatkan berbagai polemik yang ada pada masyarakat secara luas ?

Tentunya seorang mahasiswa bukan sekedar insan yang menimba ilmu dan duduk manis di bangku perguruan tinggi. Tetapi peran mahasiswa sangat berpengaruh bagi kehidupan, dari aspek peningkatan pada sumber daya manusia hingga dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Terutama di negara tercinta kita, peran mahasiswa sangatlah berpengaruh dalam sejarah pergerakan di Indonesia.  Seperti yang sering digaungkan sekarang, bahwa mahasiswa dituntut untuk menjadi agent perubahan atau “agent of change” yang diharapkan kedepan mahasiswa dapat merubah seluruh penyimpangan yang ada menjadi lebih baik, lalu “Iron stock” dimana mahasiswa di masa depan dapat menggantikan pendahulu-pendahulunya dengan pola pikir dan ilmu yang mumpuni, dan “Social control” yang bermaksud untuk para mahasiswa dapat memiliki kontrol sosial terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara dengan cara memberikan saran hingga kritikan terhadap apa yang sedang melenceng untuk dibenarkan.

Dari apa yang telah disampaikan sebelumnya, menjadi mahasiswa harus mampu beradaptasi dan aktif dalam menjalani berbagai tantangan, namun sayangnya seiring berjalannya waktu, masih banyak berbagai mahasiswa acuh akan keadaan lingkungan sekitar, seakan-akan mereka menjalani kuliah hanya memikirkan dimana ia akan berkerja nantinya. Terutama dalam aspek “Pergerakan Mahasiswa”, masih banyak diantara mereka menganggap bahwa ini merupakan perbuatan sia-sia atau membuang-buang waktu mereka dalam menjalani perkuliahan. Padahal, dengan adanya mahasiswa harapan besar mampu sebagai penjalin aspirasi masyarakat, yang merupakan harapan masyarakat yang mampu memperbaiki kondisi yang sedang memburuk.

Tentunya kesalahan dalam berpikir tersebut muncul akibat beberapa faktor yang ada, terdapat faktor dalam dari diri sendiri dan faktor lingkungan lain, diantaranya :

  • Faktor kurangnya pemahaman mahasiswa dalam dunia pergerakan

Terkadang pergerakan mahasiswa sudah menjadi makanan mahasiswa yang menimba ilmu di bidang sosial dan hukum, namun tidak dengan mahasiswa yang menimba ilmu dalam bidang saintek. Masih banyak diantara mereka sangat acuh dalam dunia pergerakan mahasiswa. Padahal pada kondisi lapangan, banyak polemik agrarian yang membutuhkan peran mahasiswa saintek dalam meng-advokasi berbagai permasalahan yang ada. Contohnya dalam permasalahan Waduk Sepat, yang dimana pengambilan lahan yang dibeli oleh pihak swasta. Peran mahasiswa saintek mampu mengkaji terkait apa guna waduk yang seharusnya menjadi pengairan dalam wlayah tersebut dan apa yang terjadi bila waduk dirubah menjadi sebuah pemukiman. Sikap acuh yang ada membuat mereka enggan dalam perasalahan terhadap apa yang terjadi.

  • Faktor Stigma Masyarakat

Masih banyak beberapa masyarakat yang justru menganggap pergerakan mahasiswa berbau onar atau mengundang kerusuhan. Tetapi pada sejatinya pergerakan mahasiswa merupakan langkah untuk merubah kebijakan yang menyeleweng dan merugikan masyarakat itu sendiri. Dari faktor ini membuat pola pikir sebagian mahasiswapun juga menganggap pergerakan ini buruk atau terkesan rusuh dan membuang-buang waktu.

  • Faktor Orang Tua

Masih berhubungan pada faktor sebelumnya, banyak orang tua tidak mau anaknya mengikuti hal-hal pergerakan. Mereka menganggap bahwa hal tersebut berbahaya apabila buah hatinya mengikutiya. Dari dorongan seperti itu, akhirnya berimbas pada pola pikir dan sudut pandang mahasiswa itu juga terhadap pergerakan mahasiswa.

Dari tiga faktor diatas, menimbulkan sebuah tanda tanya, apakah pergerakan ini bersifat baik atau buruk. Perlu diketahui bahwa nama mahasiswa, selalu disandingkan dengan istilah Tri Dharma Perguruan tinggi. Yang dimana terdapat Pendidikan dan Pengajaran, Penelitian dan Pengembangan, dan Pengabdian pada masyarakat.

Bagi saya “Pergerakan Mahasiswa” merupakan salah satu bagian dari Tri Dharma Perguruan Tinggi. Karena sebelum melakukan aksi, mahasiswa harus tau permasalahannya apa dan pengambilan keputusan dari sudut pandang ilmu yang ia dapat dari prodi/jurusan yang ia jalani. Setelah itu mahasiswa harus melakukan pengkajian atau meneliti secara mendalam terhadap keputusan yang ia ambil. Lalu melakukan eksekusi pergerakan mahasiswa untuk melawan keputusan pemerintah yang menyeleweng tersebut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun