Cerita menulis yang bagi saya menarik datang dari Aan Mansyur. Saya pernah membuat satu artikel khusus yang berkaitan dengan beliau. Judulnya "Waktunya Bangkit Setelah Merasa Sakit". Kalau tidak salah, saya pernah post artikel itu di Blog dan di #DstoryPages Instagram saya.
Pada intinya, artikel itu bercerita masa kecil Aan yang tidak menyenangkan, namun dari situlah ia terdorong mencintai dunia menulis sampai sekarang. Kata-kata paling saya ingat dari Aan adalah ketika ia di undang di acara BukaTalk.
Dia mengawali pembicaraannya dengan mengatakan, "Saya menulis justru untuk menghindari situasi seperti ini (public speaking-red)." dalam obrolan yang lebih khusus, Aan menyebut kalau dia tidak suka berbicara di depan orang banyak. Itu yang saya rasa cukup related dengan saya.
Saya menulis karena pikiran saya dipenuhi oleh ide-ide liar yang ingin saya bagikan pada orang banyak. Sayangnya, saya berusaha menghindari public speaking. Saya tidak suka berbicara di depan banyak orang. Lebih tepatnya tidak punya skill bicara yang baik.Â
Jadi satu-satunya jalan agar saya bisa berbicara bahkan bercerita tentang hal-hal yang saya pikirkan—tentu saja tanpa harus bertatap muka dengan orang lain—adalah dengan menulis.
Mungkin bisa saja saya melatih kemampuan public speaking itu dengan mengikuti organisasi bahkan kelas public speaking. Namun karena satu dan lain hal saya memilih tetap menghindarinya saja. Saya rasa menulis adalah pilihan yang paling realistis.Â
Sebab saya punya mimpi besar untuk mengikuti jejak penulis-penulis yang saya gemari. Saya ingin seperti mereka, menciptakan sebuah karya tulis yang tidak pernah lekang oleh waktu.
Untuk memulainya, saya melakukan banyak hal. Saya membaca banyak tips dan triks menulis yang ternyata tidak punya impact besar pada kemampuan menulis saya.
Saya baru sadar, tidak ada penulis sukses hanya dengan membaca panduan menulis saja. Yang jauh lebih penting itu praktek. Soal tips dan triks menulis, bagi saya hanya teori yang fungsinya sebagai pendorong, tapi tidak berpengaruh apa-apa jika saya jarang melatih kemampuan menulis ini.
Dalam perjalanan intens kurang lebih 3 tahun terakhir, saya mengalami masalah klasik yang tentu saja dialami oleh semua penulis pemula. Malas, merasa tidak punya waktu, dan tidak memiliki ide.
Dari yang saya alami, masalah-masalah itu bisa di atasi dengan keinginan untuk terus melawannya. Kalau malas, solusinya lawan rasa malas itu. Ya, sesederhana itu. Kalau tidak punya waktu, buatlah waktu khusus untuk menulis.