Setiap klub sepakbola pasti mengalami apa yang disebut dengan naik turunnya performa. Mulai dari Liverpool yang harus menunggu selama 30 tahun untuk kembali mendapatkan gelar juara Liga Inggris, AC Milan yang absen hampir satu dasawarsa di kompetisi Liga Champions, dan masih banyak lagi. FC Barcelona pun merasakan hal yang serupa, banyak masalah yang menghinggapi klub ini sehingga membuat performa mereka terseok-seok. Padahal satu dasawarsa yang lalu, FC Barcelona adalah klub pengguasa Benua Eropa yang ditakuti oleh lawan-lawannya. Permainan tiki-taka yang dibawakan oleh klub asal Katalan tersebut tak hanya mematikan lawan namun juga menghibur orang yang menontonnya. Kolaborasi Lionel Messi, Xavi Hernandez, dan Andres Iniesta menjadi tontonan syarat skill dan permainan indah bagi publik sepakbola. 3 gelar Liga Champions pun direngkuh dalam periode 2009-2015, membuat fans bersorak-sorai bahagia menyambutnya.
      Namun, kejayaan FC Barcelona satu dasawarsa lalu, berbanding terbalik dengan situasi FC Barcelona saat ini. Mereka terjun bebas ke peringkat 6 klasemen sementara Liga Spanyol serta tidak lolos babak 16 besar Liga Champions. Tentu penurunan performa ini ada alasannya. Sebagian orang beranggapan, keterlambatan meregenerasi pemain adalah penyebabnya. Barca (sebutan lain FC Barcelona) gagal mencari sosok pengganti Xavi dan Iniesta yang merupakan otak permainan dari Barca. Cesc Fabregas, Rafinha Alcantara, Andre Gomes gagal menunjukkan kapasitas mereka sebagai pemain yang mampu menggantikan sosok Xavi dan Iniesta. Selain itu, Barca juga kehilangan sosok leader di lapangan yang sebelumnya di pegang oleh Carles Puyol.
      Pembelian pemain yang dilakukan Barca pada musim bursa transfer juga kerap kali tidak memenuhi ekspetasi, padahal nama-nama yang mereka datangkan merupakan nama besar yang sebelumnya menampilkan performa yang baik di klub sebelumnya, sebut saja Ousmane Dembele, Philippe Coutinho, dan Antoine Griezmann. Di beli dengan mahar yang tidak sedikit, ketiga pemain tersebut gagal bersinar di Barca. Pungkasnya, kepergian Lionel Messi yang merupakan pemain terbaik di dunia dengan 7 gelar Ballon d'Or dari Barca membuat semuanya begitu runyam dan membuat fans Barca gigit jari karena harus merelakan pemain andalan mereka pergi ke klub lain.
      Kepergian Lionel Messi disebabkan oleh masalah finansial yang dihadapi oleh FC Barcelona. Manajemen klub yang buruk menjadi akar permasalahan dari masalah finansial ini. FC Barcelona membeli pemain dengan harga yang terlalu tinggi serta memberikan gaji yang tinggi pula bagi pemain yang didatangkan. Puncaknya adalah ketika pandemi covid-19 datang, pendapatan klub menjadi tidak stabil, serta adanya aturan pembatasan maksimal gaji pemain dari operator Liga Spanyol membuat Barca harus rela melepas Lionel Messi agar Barca tidak terkena sanksi dari Liga Spanyol mengenai aturan pembatasan maksimal gaji pemain.
      Pelatih-pelatih yang ditunjuk oleh manajemen Barca juga gagal menunjukan permainan yang apik di atas lapangan hijau, Ernesto Valverde, Quique Setién, dan Ronald Koeman gagal menjadi suksesor Pep Guardiola dan Luis Enrique yang sukses merengkuh treble winners bagi FC Barcelona.
      Namun fans Barca sedikit memiliki harapan ketika Xavi Hernandez datang kembali ke klub, bukan sebagai pemain namun sebagai pelatih yang akan mengkomando pemain-pemain Barca untuk kembali ke jalur yang benar. Walau masih terjal, pola permainan yang dibawakan oleh Xavi Hernandez terlihat menjanjikan, sentuhan permainan kaki ke kaki yang sempat hilang sebelumnya datang kembali ke klub yang bermarkas di Stadion Camp Nou tersebut. Selain itu Xavi juga mempercayakan pemain muda untuk tampil saat pertandingan. Pemain-pemain muda seperti Nico, Gavi, Abde, Araujo mulai menunjukan taring mereka untuk membawa kembali FC Barcelona ke tempat yang seharusnya mereka tempati.
      Kendati demikian, proses transisi ini nampaknya tidak akan berlangsung secara instant, mungkin butuh waktu dua sampai tiga musim bagi Xavi Hernandez untuk dapat membawa FC Barcelona kembali ke jalur juara . Semoga proses yang ditempuh oleh FC Barcelona saat ini adalah proses yang benar, sehingga fans yang sudah mengalami kesedihan bertahun-tahun dapat tersenyum lebar kembali ketika nanti melihat FC Barcelona juara dan berjaya kembali di tahun-tahun yang akan datang.
-Daffa Amru Rahmanta, mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Ahmad Dahlan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H