Mohon tunggu...
daffa alfatih
daffa alfatih Mohon Tunggu... -

Aku Seorang Petani yang ingin menulis

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Jahatnya Media Kita

4 Juli 2011   16:16 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:56 282
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Kebanyakan media di Indonesia gemar memampang foto mayat berdarah-darah di halaman depan.  Ataupun mMemasang foto-foto mayat yang tewas mengenaskan. Ada juga media yang gemar memberi judul bombastis seolah-olah beritanya luar biasa.

Yang baru-baru ini adalah berita tentang hukuman pancung yang dialami oleh Runyati TKI di Arab Saudi, media sangat gencar memberitakannya. Sampai-sampai video yang belum dapat dipastikan kebenarannya diberitakan besar-besaran.  Ada yang mencari-cari gambar pemancungan sebagai ilustrasi, ada media yang mencoba mengejar keluarga korban untuk diwawancarai.

Melihat beberapa kasus di atas, tentu kita bisa melihat dampaknya, orang yang sebelumnya tidak tahu menjadi tahu. Mereka kemudian menebar kebencian yang amat luar biasa.  Psikologi orang-orang yang sebelumnya baik mendadak akan terganggu dengan adanya pemberitaan yang disertai gambar tersebut.

Membekas satu kebecian yang mendalam dihati. Segala caci terucap hujat mencuat. Semua saling tuduh dan saling curiga. Semua saling menyalahkan dan mencari kesalahan. Dihati dan di dalam otak seolah hanya ada sebongkah persoalan yang tak mungkin bisa diatasi.

Mengapa sih kita lebih suka menonjolkan sesuatu yang buruk ketimbang yang baik-baik?. Bukankah membesar-besarkan masalah yang sudah terjadi itu justru akan menambah luka. Mengapa kita tidak mencoba membangun semangat kebersamaan saja, supaya negara kita tidak menjadi negara yang cengeng. Kenapa kita tidak menampilkan cerita-cerita yang memotifasi, supaya negara ini bangkit dan berkembang.

Lihat sendiri bagaimana kondisi negara kita,? orang-orangnya menjadi cenderung cengeng. Mereka lebih suka memelas ketimbang bangkit dan berusaha. Mereka lebih suka merengek ketimbang mengobarkan semangatnya. Kenapa kita tak saling mendukung antara satu dan lainnya.

Kita mungkin bisa melihat media di Jepang sana, yang nyaris setiap waktu dilanda gempa. Bahkan kasus gempa tsunami terbesar yang menewaskan ribuan orang itu, media Jepang tak pernah menampilkan gambar-gambar mayat bergelimpangan yang menyayat jiwa. Merekapun tidak menampilkan para pengungsi yang menderita. Media Jepang lebih suka menampilkan semangat mereka untuk bangkit dari keterpurukan.

Dan hasilnya, kita bisa lihat bukan, hanya dalam beberapa pekan saja Jepang kembali bangkit. Masyarakatnya tidak dipengaruhi dengan pemberitaan yang tak mendidik, mereka tidak cengeng, mereka tidak memelas, namun mereka bangkit. Padahal nasib mereka sama seperti kita.

Kita mungkin bisa mencobanya sendiri untuk sesekali waktu. Mencoba membaca cerita-cerita yang memotivasi, pasti kita akan merasakan dampak poisitif dalam diri kita. Jika itu sering kita lakukan maka kitapun akan menjadi lebih baik dari sebelumnya. Dan kita boleh coba sesekali membaca cerita yang menebar kebencian, kematian dan memilukan, maka kitapun akan larut setelahnya, bila hal itu selalu kita lakukan kitapun akan mengalami nasib yang sama.

Inilah mungkin sekelumit kisah dari seorang petani, mungkin saja bisa kita coba bersama. Agar kita menjadi pribadi yang kuat, menjadi negara yang tangguh, bukan orang-orang cengeng seperti sekarang ini. Selamat mencoba. Salam keluarga.

Melihat beberapa kasus tersebut, sepertinya bukan hanya masyarakat Indonesia saja yang

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun