Mohon tunggu...
M Daffa Rafiecena
M Daffa Rafiecena Mohon Tunggu... Mahasiswa - Memberi inspirasi bukan sensasi

Lahir di Jakarta, traveler, culinary and movies lover, Mahasiswa Hukum, Sedang menata masa depan.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Jakarta Banjir, Otak Siapa yang Dangkal?

7 Januari 2020   20:52 Diperbarui: 8 Januari 2020   09:44 311
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Benarkah kita sebagai warga +62 sudah dicuci otak oleh permainan kotor politik sehingga mudah untuk saling menyalahkan, dan untuk lima tahun berikutnya apakah kita harus memboikot penyelenggaraan dan peserta pilkada dan pemilu beberapa tahun akan datang kemudian?

Sebenarnya saya tidak menjelaskan lebih spesifik tentang hujatan siapa yang salah tentang banjir berdasarkan politik, sepertinya kutu babi dan kadal gurun berusaha mempermainkan logika kita siapa sebenarnya yang bersalah, perlu diketahui Jakarta terletak di dataran rendah, dan bencana banjir terjadi pada masa kerajaan Tarumanegara, kolonial Batavia hingga sekarang gak pernah beres.

Berkaitan tentang permainan kotor politik, warga +62 mudah terhasut dengan opini-opini kedua kubu mudah dianggap sebagai fakta tak terungkap, sama kayak cewek yang polos lebih menyukai cowok F-boy daripada sebenarnya memendam perasaan dalam hatinya, inti jangan mudah percaya terdahulu apa opini dikeluarkan oleh Rocky Gerung, Ade Armando, Neno Warisman, Abu Janda, Tengku Zulkarnain, Ruhut Sitompul, dan kawan-kawan, bisa saja perlahan-lahan meracuni pikiran anda hingga menyesal kemudian hari.

Well, gak ada gunanya juga memboikot pemilihan umum terutama lima tahun yang akan datang agar kursi wakil rakyat kosong apalagi kita sudah merasakan betapa kotor dan kejamnya politik di Indonesia, sama aja gak ngerubah keadaan saya juga sempat berpikir seperti itu , seperti inilah manusia sekarang didepan mata selalu salah dan dirinya merasa lebih benar.

So, jangan kaitakan bencana banjir dengan isu politik, apalagi membawa agama juga.

Mengapa kita tidak bisa terapkan teknologi anti banjir seperti diluar negeri untuk kondisi negeri kita saat ini, apakah karena merasa gengsi?

Luar negeri lebih antisipatif dalam mengendalikan banjir seperti pembangunan bendungan laut di Eropa dan Amerika, tangki bawah air di Jepang untuk membawah air jatuh kebawah, bahkan negeri jiran Malaysia membangun jalan tol bawah tanah, kenapa Indonesia tidak bisa menerapkan teknologi seperti itu kalau ampuh dalam pengendalian.

Indonesia sih seharusnya bisa menerapkan teknologi ampuh dalam pengendalian, cuma sistem politik saja yang malas melaksanakan, dan dianggap sebagai pemborosan negara, atau rata-rata masih dibayangkan waktu sekolah dari SD sampai lulus SMA diomelin sama emak atau ibu kita berjam-jam gara-gara nilai rapor pas-pasan terus dibandingin sama anak tetangga atau saudara kita dianggap jauh lebih pintar dari kita, untuk masalah pemborosan anggaran seharusnya proyek tersebut layak dengan anggaran dikeluarkan tidak sedikit daripada menghemat anggaran ujung-ujungnya ada tikus memakan uang dari pajak kita sendiri sampai malas bayar pajak karena dianggap pemerasan.

Saya rasa Thanos layak jadi goodbener yang ideal dengan batu akik ditangannya untuk memusnahkan masalah abadi di ibukota sekaligus manusia tidak berguna untuk ibukota dan negara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun