Tari Bambu Gila merupakan sebuah pertunjukan seni tari tradisional yang berasal dari tanah Maluku. Tarian yang bernuansa mistis dengan menggunakan roh halus ini memiliki nama asli Baramasewel yang sudah ada sebelum agama masuk ke tanah Maluku yang masih mempercayai istilah animisme dan dinamisme.Â
Pertunjukan bambu gila ini merupakan sebuah ritual yang dilakukan oleh masyarakat pada saat kondisi tertentu saja. Seiring berjalannya waktu, tarian ini lebih dipertunjukan sebagai sebuah kesenian.
Pada umumnya tarian ini dibawakan oleh sekelompok laki-laki yang terdiri dari 7 orang pemain dan 1 orang pawang yang bertugas membacakan mantra, memasukkan roh ke dalam bambu, dan menjinakkan bambu tersebut. Bambu yang digunakan juga bukan sembarang bambu, tetapi bambu yang memiliki kriteria khusus, seperti memiliki panjang kurang lebih 2,5 meter dengan diameter 8 sentimeter.
Pertunjukan ini diawali dengan membakar kemenyan disertai pembacaan mantra oleh sang pawang. Kemudian asap dari bakaran tersebut dihembuskan ke arah bambu supaya dapat mengundang dan memasukan roh halus untuk menggerakkan bambu yang dipegang oleh para pemainnya.
Pertunjukan ini juga diiringi oleh musik tradisional. Musik tersebut membuat gerakan bambu semakin kencang dan liar yang menyebabkan para pemain kewalahan hingga terjatuh dan terseret. Tidak jarang juga terjadi hal seperti kesurupan dan pingsan yang dialami oleh para pemain. Di sinilah peran sang pawang dibutuhkan untuk menghentikan pertunjukannya.
Walaupun pertunjukan sudah terhenti dan permainan telah berakhir, kekuatan roh halus dalam bambu tersebuh belum hilang sepenuhnya. Dalam hal ini pawang akan membacakan mantra yang kemudian mematikan bakaran kemenyan tersebut. Hal inilah yang menjadi daya tarik dari tarian ini meskipun tergolong mistis.
Sekarang, kesenian ini sudah dimodofikasi supaya lebih bervariasi sehingga tidak membutuhkan kekuatan dari roh halus lagi. Walaupun kehadiran roh halus adalah hal yang menarik, tapi makna sebenarnya dari tarian ini adalah simbol dari kebersamaan dan semangat gotong royong.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H