Mohon tunggu...
Daffa NurdzakiMahendra
Daffa NurdzakiMahendra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Taruna

Naik Gunung, Travelling, Futsal

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kehidupan Bangsa Indonesia

26 November 2022   09:12 Diperbarui: 26 November 2022   09:26 488
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Indonesia adalah salah satu negara bagian di Asia Tenggara yang memiliki rentetan sejarah menarik dan berharga. Sumber Daya Alam yang melimpah serta lokasi geografis yang strategis membuat bangsa Indonesia memiliki ciri khas tersendiri. Namun semua itu pasti memiliki resiko, salah satunya adalah menjadi negara incaran karena kekayaan yang melimpah.  Indonesia sendiri sudah banyak sekali mengalami rangkaian kejadian kejadian dan membentuk suatu sejarah yang secara berkesinambungan menimbulkan rangkaian peristiwa sejarah. Salah satu sejarah yang Indonesia alami yakni "Indonesia Calling". Merupakan bagian kehidupan dan pengalaman yang bangsa Indonesia alami serta menimbulkan sejarah bagi bangsa Indonesia.

 "INDONESIAN CALLING" merupakan film documenter yang disutradai oleh Joris Ivens dan diproduksi oleh Waterside Worker's Federation. Film yang diproduksi pada tahun 1946 dan berdurasi 23 menit ini secara garis besar menceritakan tentang pekerja Pelabuhan Indonesia, Australia, dan pelaut asal India dan Cina yang saling bahu membahu memboikot kegiatan perkapalan dan persenjataan kapal Belanda yang bermuara di Pelabuhan Australia.

Bangsa Indonesia sangat dikenal dan diterima dengan baik oleh penduduk dan benua Australia. Segala bentuk aspek kehidupan  mulai dari budaya, agama, makanan, etnis, dan lain lain diterima dengan baik oleh para penduduk Australia. Akulturasi budaya sudah sangat kental terjadi pada saat itu. Para penduduk Indonesia dan Australia bekerja sebagai pelaut, tentara, dan pekerja kapal merupakan mata pencaharian yang umum ditemukan pada zaman tersebut. Kehidupan tanpa sekat yang terjalin membuat suasana hangat tercipta, tanpa adanya diskriminasi semua penduduk sama tanpa adanya membeda-bedakan. Hingga pada suatu waktu, ada kapal Belanda yang tertangkap membawa barang bawaan yang tidak semestinya dan menjadi awal permasalahan dari semua rangkaian peristiwa "Indonesia Calling"

Belanda yang sudah 350 tahun lebih lamanya menjajah negara Indonesia, masih belum puas untuk mencari keuntungan dari negara jajahannya. Dengan niat tersebut, Belanda menggunakan kapal sebagai perantara. Pada waktu tersebut Belanda menyatakan bahwa kapal mereka adalah kapal bantuan kemanusiaan berisi obat obatan serta makanan. Namun bertolak belakang dengan yang disampaikan, Perdana Menteri Australia saat itu, Ben Chiefly, beserta buruh pelabuhan menemukan senjata dan amunisi. Kejadian tersebut membuat para pekerja Indonesia menolak bekerja pada kapal Belanda . Kapal Belanda kemudian dicap sebagai "hitam"atau disebut dengan " Black Armada".

Aksi mogok kerja buruh pelabuhan itu kemudian dikenal dengan sebutan "The Black Ban". Aksi mogok tersebut membuat kapal-kapal Belanda tidak berlayar dan menimbulkan kerugian. Surat kawat dukungan datang dari Harry Bridges, Presiden dari Ameican Longshoreman's Union dan juga dari Cina, India, Malaya serta para pelaut dan pekerja dermaga Selandia Baru dan Kanada yang mendukung aksi dari pekerja pekerja Pelabuhan Australia. Para pemimpin memberikan suara mereka yang mendukung prinsip dari Atlantic Charter. 

Hingga pada suatu saat, disaat Max Sekantu dan Tukiwan sedang memeriksa kapal-kapal yang tidak jadi berlayar, mereka menemukan salah satu "Hitam" atau kapal Belanda yang berlayar dengan cara bergabung dengan awak kapal India yang pada akhirnya mereka mau tidak mau mengejar awak kapal tersebut karena tidak ada pelaut untuk berlayar dan bertempur. Mereka tidak memiliki senjata dan amunisi, namun mereka memiliki kata kata dan kemampuan untuk melakukan persuasi kepada para awak kapal India supaya mereka mau untuk memberhentikan kapal mereka karena di dalamnya terdapat awak kapal dari Belanda. Takdir berkata lain, kapal India tetap menjalankan kemudi mereka sesuai tujuan awal yang mereka rencanakan. Namun diluar semenanjung mereka memikirkan dan menimbang perkataan yang tadi mereka dengarkan. Hingga pada akhirnya mereka berhasil memberhentikan kapal mereka dan balik ke arah pelabuhan Australia menggunakan kapal kecil.

Film documenter yang sangat layak untuk ditonton ini mengandung banyak sekali pembelajaran. Perjuangan bangsa Indonesia untuk mencegah terjadinya pertumpahan darah di tanah air Indonesia, para pelaut, tentara, warga sipil yang ada di Australia dengan penuh semangat dan tanpa mengenal lelah terus berusaha mencari cara agar negara mereka aman dan damai. Mereka melakukan kerjasama dengan negara-negara lain yang mendukung kemerdekaan Indonesia sebagai salah satu upaya mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Film berharga dan mengandung banyak nilai positif.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun