Mohon tunggu...
dafina putri
dafina putri Mohon Tunggu... -

a girl full of ambition

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Cerita Seorang Fans

23 Juni 2014   09:09 Diperbarui: 20 Juni 2015   02:46 273
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kesamaan dalam sebuah hubungan itu adalah hal yang biasa tetapi perbedaan di dalam hubungan itulah yang luar biasa. Sayangnya masih ada orang yang tidak menerima perbedaan tersebut.

Di awal tahun perkuliahan. Dengan teman baru, suasana baru, kami tidak sengaja bertemu dalam satu kelompok dimasa orientasi. Disitulah kami mengenal dan mengetahui bahwa kami saling menyukai jenis musik dari negeri gingseng yang saat itu memang sedang booming. Masa orientasi berakhir dan ternyata kami dipertemukan kembali di satu kelas yang sama dengan mengenal satu orang lagi yang memiliki kesamaan dengan kami. Dari situlah kami main bareng dan menjadi teman di kampus.

Kami disatukan dengan kesukaan musik yang sama. Memiliki tujuan untuk dapat bertemu sang idola bersama-sama. Menghabiskan waktu hingga sore di depan laptop hanya untuk melihat sang idola dan tertawa melihat tingkah konyolnya bersama. Merelakan untuk pulang malam hanya untuk download-download menggunakan Wi-Fi kampus. Memiliki jeda waktu kuliah yang panjang, dan jam kosong tidak ada dosen, itulah yang kami sukai, karena kami akan memiliki waktu untuk nonton bersama sebuah variety show. Berimajinasi yang bisa membuat orang lain mengganggap kami gila. Bahkan satu angkatan kami memiliki julukan untuk memanggil kami. “geng k-pop” begitulah mereka memanggil kami.

Sejujurnya saat mendengar julukan itu ada hal aneh mengganjal dihatiku. Aku tidak suka di panggil seperti itu, meskipun aku menyukai musik k-pop. Kata geng itulah yang sangat aku tidak suka. Dari SMA aku memang tidak suka dengan kata tersebut karena dengan memasukan geng, pertemanan tidak akan bertahan lama. Di dalam geng hanyalah teman untuk bersenang-senang dengan memiliki kesamaan itu. Pengalaman di SMP lah yang membuat aku benar-benar tidak menyukai kata geng. Melihat teman-teman yang lain cuek dan bahkan tidak merasa terganggu dengan julukan itu, akupun mencoba untuk cuek. Satu semester aku melewati julukan itu, dan di semester berikutnya aku mulai goyah dengan julukan tersebut merasa tidak nyaman. Kadang jika ada yang memanggil itu aku hanya balas dengan senyuman. Sebuah senyuman yang kurang ikhlas.

Seiring berjalannya waktu. Allah membukakan mata ku untuk melihat dimana teman sebenarnya. Seorang teman yang ada disaat temannya susah. Seorang teman yang saling berbagi kebahagian dan kesedihan bersama. Bukan teman yang hanya menghabiskan waktu dan bersenang-senang bersama. Hidup tidak selamanya senang. Hidup tidak selamanya lurus seperti garis. Hidup itu seperti bianglala yang berputar, kadang berada di atas dan kadang berada di bawah.Allah memperlihatkan sisi lain mereka. Dimana mereka saat temannya sedang membutuhkan bantuannya? Kenapa mereka menolong dengan pamrih? Kami teman bukan? pertanyaan itulah yang ada dipikiranku ketika aku membutuhkan mereka. sesuatu yang membuat aku merasa kecawa, menolong teman dengan pamrih.

Lalu aku yang memiliki sifat bosenan ini mengikrarkan kata bosan dengan k-pop, bosan menjadi fans fanatic, bosan dengan imajinasi-imajinasi di setiap obrolan malam kami. Dan capek dengan semua kegilaan yang aku lakukan. Setelah aku mengikrarkannya, tatapan mereka ketika bertemu denganku di kelas berbeda. Tatapan ketidaksukaan, tidak ada obrolan dan kami berpisah barisan duduk. Ucapan yang ada hanya kata “duluan” dengan senyumku yang dipaksa. Perbedaan inilah yang sekarang berada diantara kami, aku yang hanya ingin menjadi penikmat musik saja tanpa ada kata fans, fandom, idola, dan sejenisnya itu. Seorang dosen mengatakan bahwa tantangan ada di depan mata. Kita harus lebih mempersiapkan diri untuk menghadapi tantangan-tantangan itu yang tanpa kita ketahui yang mana tantangan yang lebih besar yang akan kita hadapi. Obrolan-obrolan bersama dosen lah yang membuat aku sadar tentang bagaimana hidup ini, dan sekarang aku mengetahui bagaimana teman yang sesungguhnya itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun