Band surf rock asal Bandung, The Panturas, kembali mencuri perhatian dengan merilis EP terbaru mereka bertajuk Galura Tropikalia. EP ini menghadirkan sesuatu yang berbeda dan menarik: seluruh lagu dalam Galura Tropikalia menggunakan bahasa Sunda. Salah satu lagu di EP ini, “Jimat”, bahkan menggandeng legenda musik Sunda, Doel Sumbang, sebagai kolaborator.
Eksplorasi Musik dengan Sentuhan Tradisional
The Panturas dikenal sebagai band yang selalu menghadirkan warna baru dalam musik Indonesia. Kali ini, melalui Galura Tropikalia, mereka menggabungkan elemen tradisional Sunda dengan gaya surf rock yang menjadi ciri khas mereka. Bahasa Sunda dalam lirik-liriknya memberikan sentuhan autentik sekaligus membawa pendengar lebih dekat dengan budaya lokal.
Nama Galura Tropikalia sendiri mencerminkan semangat EP ini. Galura, yang berarti gelombang besar, mengacu pada dinamika dan energi musik mereka, sementara Tropikalia menghadirkan atmosfer tropis yang menjadi latar tema besar EP ini.
Lagu-Lagu dengan Cerita Budaya
EP ini terdiri dari beberapa lagu yang menggambarkan cerita dan nilai-nilai budaya Sunda.
“Lasut Nyanggut”
Judul lagu dengan lirik berbahasa sunda ini ditulis sang drummer Surya Fikri alias Kapten Kuya memiliki arti gagal bersambut. Kisah di dalamnya pun diambil dari sebuah folk yang cukup populer di tanah sunda.Berdongeng tentang seseorang pergi memancing, namun tak kunjung mendapat ikan dan yang dapat justru selalu saja sampah.
Saking putus asanya, seseorang tersebut akhirnya meminta pertolongan makhluk halus tapi tetap yang didapat malah jurig jarian atau siluman sampah.
“Jimat”
Lagu ini menjadi sorotan utama EP karena melibatkan Doel Sumbang sebagai kolaborator. “Jimat” yang berdurasi sekitar 3 menit 20 detik itu bercerita tentang nasihat dari orang yang berumur lebih tua, misalnya orang tua, kakek, nenek, hingga kerabat terdekat.Seperti dalam wejangan kuno budaya Sunda yang berbunyi: doa indung jadi jimat, doa bapak jadi ubar (doa ibu jadi penangkal, doa bapak jadi obat). Ijal The Panturas sebagai penulis lirik mengeksplorasi lebih jauh setiap istilah dan kalimat yang ditulis.
Lirik lagu Jimat terkesan seperti sebuah jampi atau jampe dan rajah yang biasa dilafalkan dalam ritual kesundaan, pupuh, serta dongeng Sunda. Kehadiran Doel Sumbang dengan suara khasnya menambah kedalaman lagu ini, menciptakan perpaduan harmonis antara tradisi dan modernitas.
Kolaborasi Epik dengan Doel Sumbang
Doel Sumbang, ikon musik Sunda yang dikenal dengan lirik-liriknya yang jenaka sekaligus bermakna dalam, menjadi salah satu daya tarik utama Galura Tropikalia. Kehadirannya dalam “Jimat” memberikan warna unik pada EP ini, menjembatani generasi lama dan baru dalam musik Sunda.
Mengusung Pesan Budaya Lokal
The Panturas mengungkapkan bahwa melalui Galura Tropikalia, mereka ingin menyampaikan pesan penting tentang pelestarian budaya lokal. Di tengah derasnya arus globalisasi, EP ini menjadi pengingat akan kekayaan budaya Sunda yang perlu dirayakan dan diperkenalkan kepada dunia.
Respons Positif dari Penggemar
Sejak dirilis, EP Galura Tropikalia mendapat sambutan hangat dari penggemar musik di Indonesia. Banyak yang memuji keberanian The Panturas dalam menghadirkan karya yang sarat nilai budaya tanpa kehilangan nuansa modern. Kolaborasi dengan Doel Sumbang juga dianggap sebagai salah satu kolaborasi terbaik yang memadukan tradisi dengan gaya musik masa kini.
Penutup
Dengan Galura Tropikalia, The Panturas tidak hanya menghadirkan musik yang segar dan penuh energi, tetapi juga menawarkan pengalaman yang kaya akan nilai budaya. EP ini membuktikan bahwa musik bisa menjadi medium untuk melestarikan dan memperkenalkan warisan lokal kepada audiens yang lebih luas.