Mohon tunggu...
Muhammad Dafa Fachrul
Muhammad Dafa Fachrul Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Ekonomi, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Suka mengamati kebijakan publik, politik, dan ekonomi

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Inilah Alasan Mengapa SDM Indonesia Tidak Siap Maju! Indonesia (C)Emas 2045?

24 Agustus 2024   07:31 Diperbarui: 24 Agustus 2024   07:56 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mengapa Indonesia tidak kunjung menjadi negara maju?

Karena masyarakatnya masih terbelenggu dalam kepercayaan akan hal mistis, ini merupakan jawaban yang tepat, mengingat hal tersebut dapat menghambat kemajuan Indonesia. Karena syarat sebuah negara maju adalah sumber daya manusianya yang unggul, dan ini dapat diukur dari Indeks Pembangunan Manusia (IPM). 

www.gramedia.com
www.gramedia.com

Fenomena ini sebenarnya telah dijelaskan oleh Tan Malaka dalam karyanya Madilog: Materialisme, Dialektika, dan Logika. Dalam buku tersebut, Tan Malaka menyebut fenomena ini sebagai "logika mistika." Logika mistika adalah cara berpikir yang menitikberatkan kepada hal-hal yang tidak bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya, tanpa berpijak pada fakta dan bukti yang empiris.

Tan Malaka berpendapat bahwa pemikiran mistika, yang cenderung menerima takhayul dan keyakinan tanpa bukti rasional, menghalangi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Logika mistika mengajak orang untuk menerima keadaan apa adanya sebagai kehendak yang tak terelakkan dari kekuatan supranatural, daripada mencari penjelasan rasional dan solusi nyata terhadap masalah-masalah yang dihadapi. Hal ini menghambat kreativitas dan inovasi, yang merupakan motor penggerak utama bagi kemajuan sosial dan ekonomi. Sebagai contoh, kejadian pawang hujan pada gelaran balap MotoGP di Mandalika 2022 lalu, sebenarnya praktik tersebut berhasil bukan karena adanya fenomena ghaib atau mistis, melainkan dapat dijelaskan secara ilmiah. Secara ilmiah, hujan dapat dimodifikasi atau diatur intensitasnya melalui teknologi yang dikenal sebagai Cloud Seeding atau penyemaian awan. Metode ini telah digunakan untuk meningkatkan hujan di area tertentu, tetapi juga telah diteliti untuk kemungkinan mengurangi atau mencegah hujan, misalnya untuk melindungi acara-acara besar atau menghindari banjir. Cloud Seeding bekerja dengan menaburkan bahan kimia seperti perak iodida atau garam pada awan, yang dapat merangsang kondensasi air dan mempercepat proses pembentukan hujan. Dalam beberapa kondisi, teknologi ini dapat digunakan untuk mengurangi potensi hujan di area tertentu dengan mempercepat jatuhnya hujan di tempat lain sebelum mencapai lokasi yang diinginkan. 

Sejatinya, logika mistika ini melenyapkan cara berpikir rasional yang bertumpu pada bukti empiris dan ilmiah. Dengan begitu, banyak masyarakat yang tidak dapat mengobservasi serta menangani sebuah masalah dengan berbasis pemikiran rasional. Hal inilah yang menghambat kemajuan sebuah negara, karena masyarakat cenderung pasrah akan segala peristiwa dan mempercayai bahwa itu adalah kehendak dari hal ghaib.

Dalam buku Madilog, Tan Malaka menekankan pentingnya materialisme dialektis dan logika sebagai alat untuk memahami dan mengubah dunia. Dengan mengedepankan pemikiran ilmiah dan rasional, masyarakat dapat lebih kritis dalam menghadapi tantangan, lebih inovatif dalam menemukan solusi, dan lebih progresif dalam mencapai kemajuan. Tan Malaka menulis, "Setiap pikiran yang tunduk kepada mistika tidak akan dapat maju karena tidak berani berhadapan dengan kenyataan" (Tan Malaka, Madilog, 1943).

Dengan demikian, logika mistika dianggap menghambat kemajuan negara karena ia mengabaikan pendekatan rasional dan ilmiah yang diperlukan untuk memecahkan masalah-masalah kompleks yang dihadapi oleh sebuah bangsa. Tanpa pemikiran kritis dan rasional, masyarakat terjebak dalam stagnasi, tidak mampu berinovasi, dan sulit untuk berkembang secara sosial maupun ekonomi.

Refrensi

Buku Madilog: Materialisme, Dialektika, Logika Karya Tan Malaka

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun