Mohon tunggu...
Dafa Arya
Dafa Arya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Negeri Semarang

Saya memiliki sebuah hobi berolahraga

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Limbah Batok Kelapa Jadi Kerajinan Bernilai Jual oleh Disabilitas di Desa Ngasinan bersama Unnes Giat 9

30 Agustus 2024   15:03 Diperbarui: 30 Agustus 2024   15:31 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pembuatan Kerajinan/dokpri

Kelapa, menjadi buah yang umum kita temui di pedesaan. Berbagai olahan sering menggunakan kelapa sebagai bahan bakunya.  Namun bagaimana dengan batok kelapa yang sering kita jumpai hanya dibuang begitu saja oleh Masyarakat? Di Desa Ngasinan seorang Disabilitas, Bapak Slamet Damiri menuangkan ide ide kreatifnya untuk membuat batok kelapa menjadi kerajinan yang menarik dan memiliki nilai jual. 

Senin, 12 -- 13 Agustus 2024 kami tim UNNES GIAT 9 di Desa Ngasinan menemui bapak Slamet Damiri untuk mengulik lebih lanjut tentang karya karya yang beliau buat. Mulai dari celengan, alat pijat, ganci, teko, cangkir, nampan dan lain sebagainya. Beliau memulai usaha ini sejak tahun 2017 yang bermula dari ketertarikannya untuk menciptakan kerajinan unik dari batok kelapa yang biasanya hanya dibuang  oleh Masyarakat sekitar dan tidak terpakai. 

Pak Slamet menunjukan kepada kami bahwa batok kelapa bisa dibentuk dan dijadikan hasil karya yang menarik. Namun tentu saja Proses pembuatan kerajinan batok kelapa tidak mudah dan membutuhkan waktu yang cukup lama. Untuk 1 celengan berbentuk tokoh angry bird saja membutuhkan waktu kurang lebih 3 jam.

Beliau mengajak kami melihat proses pembuatan salah satu hasil karyanya tersebut mulai dari mengamplas batok kelapa, agar nantinya lebih halus dan rapi Ketika di cat. Lalu dilanjutkan dengan memotong per bagian dari tokoh kartun yang dibuat yaitu sayap, mulut,ekor, dan kakinya. 

Semua dibentuk satu persatu dipotong dan diamplas agar halus barulah di tempel untuk dijadikan 1 bagian yang utuh. Setelah menjadi bentuk yang utuh barulah beliau mengecat celengan dan menjemurnya di bawah sinar matahari langsung di depan rumahnya. Proses penjemurannya sendiri memakan waktu sekitar setengah jam. Untuk produk produk yang lain pun kurang lebih memiliki proses yang sama, namun lama proses pengeringan bisa berbeda tergantung besaHasilr kecilnya produk yang dibuat. 

Setelah produk produk tersebut jadi, Pak Slamet biasanya memasarkan di grup UMKM beberapa kabupaten dan juga dijualkan secara offline di Kota Salatiga. Tak jarang beliau juga ditawari untuk menjualkan hasil karyanya di acara acara bazar kabupaten semarang. "Dari proses pembuatan hingga penjualan saya mengerjakan semuanya sendiri dan tidak memiliki pegawai ya karna memang penghasilan yang terbatas jadi belum bisa untuk menggaji pegawai" tuturnya.  

Setiap usaha pasti ada kendala, begitu juga dengan usaha kerajinan batok kelapa yang didirikan Pak Slamet ini. " Kalau berbicara soal kendala, jelas dari alat alat yang saya gunakan masih kurang jadi beberapa masih ada yang saya kerjakan manual. Harapan saya usaha ini dapat dikenal lebih luas dan berkembang sehingga dapat memperbarui alat alat yang saya gunakan dan dapat menambah pegawai untuk meringankan pekerjaan saya" jelasnya dalam wawancara dan observasi yang tim UNNES GIAT 9 sudah lakukan di rumah beliau.

Hasil Karya Kerajinan/dokpri
Hasil Karya Kerajinan/dokpri
Hasil Karya Kerajinan/dokpri
Hasil Karya Kerajinan/dokpri

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun