Mohon tunggu...
firmandaeva
firmandaeva Mohon Tunggu... -

bukan siapa-siapa\r\nhttp://mencerahkan.wordpress.com\r\nFB: http://www.facebook.com/firmandaeva.uye\r\nTwitter: https://twitter.com/firmandaeva

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Jogja: Budaya Nongkrong dan Dinamikanya

31 Januari 2014   06:59 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:18 492
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_319376" align="aligncenter" width="300" caption="doc. pribadi"][/caption] Menulis tentang Jogja tak pernah kehabisan data, dari segala sudut pandang, Jogja memang memiliki keunikan dan keistimewaan. Setiap pojok Jogja, terdapat keunikan yang manarik untuk ditulis dan dipelajari. Jogja mempunyai daya tarik dan magnet yang kuat, berbeda dengan kota-kota lain. Hal ini bisa dilihat banyaknya orang yang berkunjung dari luar Jogja, baik itu hanya berwisata ataupun studi di jogja. Penulis sering katakan kepada para sahabat yang pernah mampir ke Jogja, "Jogja itu candu".

Salah satu keunikan di Jogja adalah budaya nongkrongnya. Menurut penulis, nongkrong bukan hanya melepas lelah, kepenatan, galau, setelah seharian menjalankan aktivitas. Budaya nongkrong di Jogja lebih dari sekedar itu. Berdiskusi, seminar, dan berbagi informasi merupakan isi dari budaya nongkrong di Jogja. Tentunya tidak monoton, tempat-tempat nongkrong di Jogja, pada hari-hari tertentu juga mengadakan akustikan, pentas seni, dan aktivitas lain. Aktivitas semacam ini menjadi rutinitas dalam setiap minggu dan bergantian.

Nongkrong adalah media meracik potensi, berekspresi dan menghibur diri. Walaupun ada di daerah tertentu orang yang beranggapan nongkrong merupakan aktivitas yang tidak produktif dan buang waktu. Di Jogja, anggapan ini tidak berlaku. Budaya nongkrong adalah aktivitas yang dinamis dan memiliki makna dan pesan tersendiri. Seiring perjalanan waktu, budaya nongkrong ini terus mengalami perubahan=perubahan sesuai kebutuhan dan tantangan jaman.

Budaya nongkrong di Jogja ini bisa juga dijadikan wisata kuliner. Biasanya tempat nongkrong menyediakan menu-menu tertentu yang khas dari daerah-daerah di Indonesia. Menu kopi misalnya, ada yang didatangkan dari daerah lain. Hal ini dilakukan untuk memanjakan pengunjung. Tentunya tidak semua tempat nongkrong menyediakan menu seperti itu, hanya sebagian saja.

Jadi, siapa saja yang berkunjung ke jogja atau yang tinggal di Jogja, jilka tidak pernah menikmati nongkrong di malam hari, bagi penulis kurang afdhal. Walaupun di daerah lain ada budaya nongkrong, tapi nongkrong di Jogja punya cita rasa yang berbeda. Coba saja kalau tidak percaya, pasti kecanduan.

Bila kita ingin menikmati keindahan Jogja, malam hari adalah waktunya. Di pojok-pojok kota, ada keramaian. Tempat nongkrong mudah ditemukan dan penuh pesan dan makna. Jogja tak pernah sepi, sampai larut malam sekalipun. Sahabat penulis pernah berceloteh, "suasana Jogja itu tak terbeli".

[caption id="attachment_319377" align="aligncenter" width="300" caption="doc.pribadi"]

1391126293932296902
1391126293932296902
[/caption]

Ada juga yang bilang, "Jogja tak nyaman lagi". Bagi penulis, peryataan itu muncul karena ia tidak menikmati kenyamanan dan keramahan Jogja. Melihat satu gejala yang berubah kemudian mengenaralisir seperti itu. Jogja tetaplah Jogja, kota republik yang dinamis. Tak ada kemampanan di Jogja, semua bergerak dinamis, mulai dari gerakan mahasiswa sampai gerakan pemikiran. Budaya nongkrong di Jogja merupakan ladang pergolakan pemikiran yang tak pernah berhenti.

Alhasil, budaya nongkrong di Jogja adalah sebuah media untuk memikirkan yang tak terpikirkan oleh orang banyak. Nongkrong dan semua dinamikanya merupakan proses pergolakan yang akan terus ada. Jaman pasti berubah, budaya nongkrong juga akan berubah, tapi semangat, pesan dan maknanya pasti ada. Jogja tidak gagap terhadap perubahan, karena Jogja adalah penggerak perubahan. Dari lingkaran kecil, perubahan itu akan terwujud, dan sejarah telah mencatat itu.

"Jogja Berhati Nyaman". Sekian!

twitter: @firmandaeva

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun