Terjadinya kematian terhadap 2 orang pasien di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Simeulue tanggal, 11 Mei 2014 karena tidak tersedianya obat sangat keterlaluan. Pasalnya ini bukan Pustu pembantu di desa yang ketika tidak ada obat patut dimaklumi. Ini Kabupaten yang seharusnya setiap jedis obat harus tersedia.
Kejadian ini sangat menyayat hati rakyat, karena ketidak tersedaan obat di RSUD simeulue ini kerap terjadi, janji bupati yang akan mengefaluasi RSUD hanya tinggal janji. Kematian pasien terus saja terjadi. Oleh sebab itu, Nirwanudin Ketua Umum Gerakan Intelektual Muda Simeulue Aceh (GIMSA) mendesak agar bupati simeulue harus bertanggung jawab atas carut-marutnya RSUD Simeulue. Bupati tidak bole melempar tanggungjawab. Ini sudah sangat darurat. Harus diperbaiki, dan tidak hanya sementara ini saja.
Hal senada juga disampaikan oleh Adi, bahwa apa yang dialami oleh RSUD simeulue kelalaian Pemerintah Daerah dalam hal ini bupati yang terus tertidur melihat persoalan kesediaan obat dan kebutuhan lain di RSUD. Karenanya Ketua Lembaga Simeulue Center (LSC) mendesak agar bupati bartanggungjawab atas kejadian di RSUD Simeulue.
Jangan hanya bisa meminta maaf atas kejadian tersebut, namun harus ada trobosan baru yang dapat mengatasi krisis obat ini ujar nirwan. Kita tidak mau lagi mendengar kematian pasien karena tidak tersedianya obat dan alat lain di RSUD Simeulue. (NALN)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H