Mohon tunggu...
Andi Syahrir
Andi Syahrir Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Politik

Lelaki Bersarung dari Tanah Buton

25 September 2016   11:42 Diperbarui: 25 September 2016   17:54 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sorban itu terlihat agak kotor. Bernoda kekuningan. Itu bukan sorban pada umumnya. Namanya kafiyeh. Bukan kafiyeh sembarangan. Milik Yasser Arafat, pemimpin besar Palestina. Museum yang memamerkannya sengaja tak mencucinya karena menjaga nilai historisnya. Kafiyeh itu dikenakan sang presiden hingga di saat-saat terakhirnya.

Arafat dengan kafiyeh hitam putihnya adalah dua entitas yang tak bisa dipisahkan. Perjuangannya yang menginspirasi menjadikan kafiyehnya sebagai simbol perlawanan terhadap kezaliman yang banyak dikenakan kaum pergerakan di tanah Arab.

Nun jauh di Asia Tenggara, di negara yang memiliki kekuatan emosional sangat dekat dengan perjuangan Bangsa Palestina, jauh ke timur negeri itu, terdapat seorang pemimpin dengan karakter berpakaian yang begitu kuat. Pakaian yang membawa identitas leluhurnya. Buton. Seorang lelaki bersarung.

Tidak selalu memang sarung dikenakananya. Tapi mayoritas di penampilan-penampilan publiknya, di kesehariannya, sarung bercorak tegas dengan motif kotak-kotak sangat kerap melekat di tubuhnya. Jika membandingkannya dengan pemimpin-pemimpin di seluruh Sulawesi Tenggara, gaya berbusananya paling nyentrik.

Kepiawaiannya berpolitik, praktis menjadikannya politisi paling kuat di tanah Buton. Pemimpin partai politik terbesar di Bumi Anoa. Manuvernya yang licin dan tangkas, membuatnya sosok politisi paling kontroversial di Sulawesi Tenggara. Dia bernama Samsu Umar Abdul Samiun. Orang mengakrabinya dengan Umar Samiun.   

Jika penelusuran jejak politiknya dimulai pada Pemilu 2009, didapati Umar Samiun terseret kasus money politik yang nyaris saja membatalkan kepesertaannya sebagai calon legislatif. Dia lolos dari masalah itu. Lalu di Pilkada 2012, dimana dia maju sebagai calon Bupati Buton. Dia sebenarnya kalah pada pilkada itu, tapi gugatan pilkada yang merekomendasikan pemilihan suara ulang membalik peruntungannya menjadi pemenang.

Hingga kini, kemenangannya terus dibayang-bayangi dengan kasus money politik yang diduga melibatkan mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Akil Mochtar yang kini menjadi pesakitan. Hingga jelang Pilkada 2017, Umar Samiun kembali maju. Kali ini lebih perkasa sebagai petahana. Lebih kokoh sebagai ketua partai terbesar di Sulawesi Tenggara.     

Hasilnya, dia merebut dukungan partai politik dengan total 20 kursi dari 25 kursi di DPRD Buton. KPUD Buton terpaksa memperpanjang masa sosialisasi sekaligus pendaftaran karena belum ada kandidat yang “sanggup” melawannya. Saya kira, dia sengaja menyisakan lima kursi agar tetap ada lawan sehingga pilkada tetap dihelat. Pemenangnya sudah bisa diketahui. Itulah Umar Samiun. Lelaki bersarung dari tanah Buton.

Dia selalu mengenakan sarung dengan motif kotak-kotak. Barangkali dia memahami benar filosofi sarung yang dikenakannya selain sebagai identitas ke-Buton-an yang begitu dibanggakannya. Jika kotak-kotak diibaratkan sebuah jalan, maka setiap petaknya adalah pilihan-pilihan yang memiliki konsekuensinya masing-masing-masing. Kanan – kiri – atas – bawah. Setiap kotak adalah jalan yang berbeda.

Ada jalan alternatif, yakni melangkah diagonal. Tetapi itu berarti menjauhi tujuan. Hidup adalah mendekati tujuan, dan itu berarti menghadang rintangan. Barangkali Umar Samiun sangat memahami makna sarung kotak-kotaknya. Atau dia punya tafsir lain. Entahlah.     

Tetapi pencapaian politik sesungguhnya barulah pada tahap menggenggam instrumen. Ada tujuan yang lebih hakiki dari kegiatan politik sebagai instrumen kekuasaan, yang kata Aristoteles, menghantarkan manusia pada hidup yang baik. Seorang pemimpin akan mengantar orang yang dipimpinnya pada kehidupan yang baik atau yang lebih baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun