Mohon tunggu...
Kamaruddin Azis
Kamaruddin Azis Mohon Tunggu... Konsultan - Profil

Lahir di pesisir Galesong, Kab. Takalar, Sulsel. Blogger. Menyukai perjalanan ke wilayah pesisir dan pulau-pulau. Pernah kerja di Selayar, Luwu, Aceh, Nias. Mengisi blog pribadinya http://www.denun89.wordpress.com Dapat dihubungi di email, daeng.nuntung@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Said, Suka Duka Penjaga Suar

16 Agustus 2011   02:34 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:45 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

[caption id="attachment_129468" align="alignleft" width="300" caption="Muhammad Said, si penjaga suar"][/caption] Ramadan kerap diidentikkan dengan semarak makanan dan kemeriahaan malam tarawih. Namun, bagaimana keadaan para pamong yang mengabdi di pulau jauh? Apa suka dukanya saat diberi amanah melayani publik di bulan suci? Di Pulau Kapoposang, yang ditempuh selama 4-5 lima jam dari Makassar ada Muhammad Said, staf Perhubungan Laut, penjaga lampu suar. Sekilas, wajahnya mirip Mari Alkatiri, mantan Perdana Menteri Timor Leste. Rambut keriting, hidung mancung. Lelaki kurus ini telah setahun menjaga lampu suar di Pulau Kapoposang, Liukang Tupabbiring, Pangkep. “Ibu asal Binongko, Sulawesi Tenggara, sedang ayah Sanrobone, Takalar, Saya punya paddaengang khas Makassar, Daeng Tojeng. Walau orang lebih kenal sebagai pak Said” katanya saat ditemui di depan rumah dinasnya (Sabtu, 13 Agustus 2011). Dia sendiri, dia berpuasa sementara keluarganya ada di Tallo Lama. Hadirnya di Kapoposang untuk keempat kalinya setelah rotasi dari suar ke suar. Sebelumnya bertugas di Pulau Doang-Doangang Lompo, Dayang-Dayangan, Suar De Briel di Bantaeng, Kalu-kalukuang, hingga Dewakang, pulau terluar Kabupaten Pangkep. Said  bertugas tahun 80an di Kapoposang, lalu tahun 2001-2006. Tahun 1984-1988 kembali ke Makassar hingga kemudian tugas lagi ke Pulau Kalu-Kalukuang selama setahun. Sebagai penjaga lampu suar di pulau jauh. Hidup Said penuh suka duka. “Sukanya, saya PNS dan dapat gaji, tunjangan dan dukungan dari unit kerja namun dukanya adalah jika terserang penyakit dan jauh dari rumah sakit . Saya terbiasa di tempat sunyi namun jika kondisi badan drop serangan penyakit tipes atau malaria bisa menyerang” Kata lelaki yang bersaudara enam orang ini. Said tinggal di Tallo Lama dengan jumlah anak tujuh orang. “Saya telah tiga kali kena gejala tipes saat tugas di Doang-doangan, Kalu-Kalukuang dan Dewakang” kata pria tamatan Sekolah Teknik (ST) ini. Sosok Muhammad Said ini sangat vital bagi pelayaran laut. Perannya sebagai operator dan pengawasan lampu suar, penunjuk jalan bagi kapal komersil dan pemerintah tidak bisa dianggap enteng. Tanggung jawab besarnya itu pantas diganjar dengan apresiasi dan dukungan nyata.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun