“Impressive plan!” seru Graeme Mc Fadyen kala mendengar paparan Kades Lembar Selatan, Lalu Salikin tentang pemanfaatan dana desa untuk pengembangan eko- wisata di desanya. Hadirnya jembatan trekking sepanjang 253 meter yang dibangun atas sokongan Proyek Pemberdayaan Masyarakat Pesisir (CCDP) Kementerian Kelautan dan the International Fund for Agricultural Development (IFAD) di Lombok Barat telah memantik alokasi sumber daya baru berbasis desa.
***
Matahari vertikal di atas kepala saat satu dari tiga perahu yang tertambat melepas tali di lokasi eko-wisata mangrove Lembar Selatan. Tiga orang naik ke perahu bersayap bertuliskan ‘Mari Kawan Keliling Mangrove’. Perahu melaju pelan ke timur, menyusuri sungai yang telah dibanguni jembatan trekking. Geliat perahu yang jadi bukti inisiatif mulia anggota kelompok pengelola sumber daya alam Lembar Selatan bersama Pemerintah telah berbuah manis, (31/8).
Seorang perempuan bernama Mu’minah yang mengelola kios makanan dan minuman mengaku dapat manfaat sejak dibukanya lokasi ini. “Usaha ini sudah hampir setahun. Modal usaha satu juta setengah, modal dari pinjaman,” jawabnya saat ditanya ihwal usahanya. Perempuan kelahiran Gunung Gundil, Lembar ini mengaku membuka warung sejak pagi hingga pukul 6 sore. “Pendapatan tertinggi 100ribu perhari. Pendapatan tinggi saat hari Sabtu-Minggu,” katanya.
“Terima kasih ke pak Desa. Sekarang saya sudah beli sepeda motor,” ucap tawa Mu’minah, anak yatim dari bersuadara. Bukan hanya Mu’minah, di lokasi yang baru dibuka itu terdapat empat pemilik kios lainnya yang sedang meretas asa di lokasi eko-wisata mangrove.
Geliat destinasi ini juga dirasakan oleh Badrun, warga setempat. “Pengunjung makin ramai padahal sebelumnya merupakan kawasan sepi. Banyak yang datang rekreasi. Ada bantuan perahu, jembatan, rumah apung,” kata pria yang mengaku sempat juga ikut membangun jembatan rekreasi tersebut. Sadli, warga lainnya, mengumbar senyum saat ditanya manfaat jembatan bantuan Pemerintah ini.
“Sebelumnya, kalau ke sini paling duduk-duduk di tepi sungai. Sekarang sudah bisa menikmati dari dekat, bahkan menyeberangi sungai,” kata Sadli.
“Saya Adam Juniardi Loko, kelas 6 SDN 3 Lembara Selatan. Tujuan pelestarian bako adalah untuk menghindari abrasi pantai,” kata seorang murid yang datang ke jembatan tersebut saat penulis tanya apa tujuan pelestarian mangrove. Dia tertawa, seperti tak yakin dengan jawabannya. Seorang lainnya bernama Baiq Putri Muliana Sakirah mengatakan bahwa pelestarian mangrove (bako dalam bahasa Lombok) adalah agar tidak terjadi abrasi di tepi sungai. Agar gelombang air laut bisa ditahan.
Peran Kades
Jika ada sosok yang paling berperan dalam pengembangan kawasan eko-wisata mangrove di Desa Lembara Selatan yang telah memberikan dampak nyata bagi warga sekitar dan lingkungan tersebut maka itu adalah Lalu Salikin. Lalu adalah pengambil kebijakan di tingkat desa yang menentukan boleh tidaknya pengalokasian anggaran untuk mendukung kegiatan pengembangan eko-wisata di pesisir ini. Disebut demikian sebab dengan gagasan ini, dia lalu sibuk meyakinkan para pihak termasuk Dinas Kelautan dan Perikanan Lombok Barat dalam hal ini Unit Pengelola Kegiatan atau PIU-CCDP.