Perencanaan pembangunan suatu daerah secara garis besar mempertimbangkan tiga hal mendasar. Ketiganya adalah kondisi umum wilayah (eksternal), kondisi spesifik masyarakat atau rumah tangga (internal) serta kondisi keuangan daerah. Hal ini pula yang menjadi pertimbangan dalam penyusunan visi misi Pemerintah Kabupaten Kubu Raya di bawah kendali H. Rusman Ali.Â
Jumlah penduduk Kubu Raya pada tahun 2014 sebesar 538.815 jiwa dan diperkirakan hanya ada 4.000 jiwa sebagai nelayan dan pembudidaya. Selain itu, sebagai gambaran awal, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kubu Raya berada pada posisi 11 dari 14 kabupaten/kota se-Kalimantan Barat. Dimensi pendidikan, kesehatan dan taraf ekonomi masih jauh tertinggal dibanding wilayah lainnya. Jumlah penduduk yang besar dan kurangnya pemanfaat sumberdaya pesisir dan laut merupakan tantangan besar bagi Pemerintah Kubu Raya. Itulah mengapa Kubu Raya menjadi salah satu lokasi penerima bantuan program pengembangan masyarakat pesisir dari Kementerian Kelautan dan Perikanan.
Untuk memperoleh perspektif, pokok-pokok pikiran tentang realitas, isu dan proyeksi perencanaan dan pembangunan perikanan dan kelautan Kubu Raya, Kalimantan Barat, saya mewawancarai H. Djoko Triyono, Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Kubu Raya pada 31 Mei 2016 saat menemaninya dalam peresmian Pusat Ekowsiata Bahari Desa Sungai Nibung, Kubu Raya yang didukung oleh CCDP-IFAD.Â
Berikut petikannya.
Bisa digambarkan potensi pesisir dan laut Kubu Raya?
Yang pertama kita bisa mulai dari adanya ide program 1.000 keramba budidaya pak Bupati yang didasarkan pada potensi muara, sungai dan laut yang mengelilingi Kubu Raya. Berkaitan dengan luas wilayah perairan. Selain itu juga karena Kubu Raya mempunyai lahan mangrove yang sangat luas.
Dari luas 134 ribu hektar luas mangrove di Kalimantan Barat, Kubu Raya mempunyai 65 ribu hektar. Ada 3 kecamatan yang mempunyai mangrove luas yaitu Kecamatan Kakap, Batu Ampar dan Teluk Pakedai. Dari 36 jenis bakau yang sudah terdeteksi terdapat 8 jenis ada di Kubu Raya, bahkan ada satu yang langka dan hanya ada di Kubu yaitu Kendalia. Ini hanya ada di Kubu Raya, spesies langka.
Pengembangan usaha perikanan dan kelautan Kubu Raya berkaitan dengan kapasitas nelayan kita, akses transportasi dan jarak tempuh yang relatif jauh. Makanya, ketika infrastruktur terpenuhi kita berharap semua urusan bisa terselesaikan.
Tak besar dibanding lokasi lain seperti Jawa. Aktivitas ekonomi di sepanjang sungai tak banyak, yang ada adalah bagang tancap yang menggunakan kayu nibung. Ini pun terbatas karena butuh modal besar. Warga menggunakan kayu nibung untuk tiang-tiang jermal. Di sepanjang Kapuas, terlihat beberapa jermal terutama yang berdekatan dengan perkampungan DesaKubu.Â
Jermal adalah alat tangkap yang lazim digunakan oleh warga setempat. Metode ini adalah upaya menangkap ikan dengan menggunakan tiang pancang yang telah dipasangi jaring. Saat ikan masuk, lampu dinyalakan dan ditangkap dengan jaring. Untuk bikin jermal juga bukan uang sedikit karena selain kayu juga butuh waring. Semakin besar, semakin mahal biayanya. Selain itu, nelayan di Kubu Raya menggunakan rawai dan pukat sederhana di sungai-sungai.