Di sektor Kelautan, Indonesia tertinggal dari negara lain, hal ini ditandai dengan penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) Kelautan yang masih rendah dan output fasilitasi pengelolaan yang belum optimal. Padahal, potensi laut yang sedemikian besar, seperti ekosistem bakau, laut dangkal dan laut dalam, jika dikelola dengan bijaksana dan berkelanjutan akan meningkatkan nilai ekonomi lokal dan nasional. Sektor perikanan dan pariwisata kerap disebut yang paling strategis namun aspek lain seperti sosio-budaya-politik juga tidak kalah pentingnya. Puluhan juta warga tinggal di wilayah pesisir Indonesia, mereka bergantung pada potensi sumberdaya di sekitarnya, tetapi ancaman pertambahan populasi yang semakin tinggi membutuhkan penanganan yang sistimatis. Itulah mengapa banyak nelayan dari gugusan Kepulauan Spermonde di Makassar dan sekitarnya migrasi ke Papua karena semakin sesaknya kompetisi pemanfaat di Selat Makassar. Kompetisi pemanfaatan yang kerap berujung konflik horizontal, juga mengintai. Di aspek politik, siapa yang menyangkal bahwa krisis hubungan antar Negara seperti kasus Sipadan Ligitan, kasus penangkapan aparat DKP oleh Malaysia nyaris menyulut perang antar Negara tetangga. Salah satu pemicunya adalah bahwa laut bagi Negara ini belum menjadi arus utama pembangunan nasionalnya. Laut seperti ditinggalkan. Negara maritim sebatas jargon dan jualan politik praktis belaka. Padahal jauh sebelumnya, gagasan menjadikan Kelautan sebagai mainstream pendidikan telah dipantik di Makassar. Dalam rangka memperkuat kapasitas di sektor kelautan itu, Universitas Hasanuddin sebagai salah satu universitas terdepan di Indonesia Timur pada tahun 1988 membuka Program Studi Ilmu dan Teknologi Kelautan. Walau terlambat, inisitaif ini adalah wujud komitmen pemerintah dalam memberi ruang tumbuh kembangnya bidang kelautan. Kini, lebih dari 700 alumni Kelautan tersebar di seluruh Indonesia. Mereka bekerja pada berbagai sektor dan level, di unit Pemerintah, LSM, Private maupun Perguruan Tinggi. Namun disadari juga bahwa sejauh ini kontribusi para alumni belum maksimal mengingat semakin kompleksnya issu dan permasalahan kelautan dari tahun ke tahun. Hal lainnya adalah sangat minim dukungan pemerintah pada mediasi ruang bagi semangat kelautan ini, setidaknya merefleksikannya dalam arah dan kebijakan kelautan nasional. Jika pun ada, semuanya masih diimplementasikan dengan setengah hati, terpolarisasi dan sesaat. Oleh karena itu, demi memperkuat kapasitas antar alumni maka keluarga besar Ikatan Sarjana Kelautan Universitas Hasanuddin (ISLA) berinisiatif mengadakan Musyawarah Besar (MUBES) alumni, selain untuk konsolidasi alumni juga untuk menyatukan pikiran dan kontribusi melalui penguatan organisasi alumni ISLA demi membangun semangat kemaritiman nasional. Secara spesifik Musyawarah Besar alumni Ilmu dan Teknologi Kelautan ini bertujuan untuk [1] Memediasi dialog untuk mengaggas kerjasama dan peran alumni dalam pembangunan kelautan di Sulawesi Selatan maupun Indonesia secara umum, [2] Memetakan potensi pengembangan organisasi Ikatan Sarjana Kelautan (ISLA) sebagai media informasi dan komunikasi alumni, [3] Memilih pengurus Ikatan Sarjana Kelautan (ISLA) periode 2010–2013 yang akan mewarnai tumbuhkembangnya gagasan dan program kelautan di Indonesia. Dialog atau Musyawarah Besar (Mubes) Alumni ini menjadi begitu penting, sebab jika berjalan seusai rencana, maka peluang peningkatan kapasitas kompetitif Alumni Kelautan Universitas Hasanuddin melalui jalinan kerjasama alumni, pengembangan organisasi modern dan mediasi peran dalam konstruksi Negara Maritim Indonesia menjadi semakin terbuka. Hal mendasar lainnya adalah, dengan mengerucutnya spirit Kelautan melalui organisasi ISLA maka polarisasi partisipasi dan kontribusi yang cenderung tidak efektif selama ini berangsur dapat disinergikan. Mari dukung Musyawarah Besar pada tanggal 2 Oktober 2010, di Makassar yang tak biasa ini demi masa depan Kelautan Indonesia. Karena spirit itu masih ada, mengapa harus ragu memulainya? Sungguminasa, 25/09/2010
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H