Mohon tunggu...
Kamaruddin Azis
Kamaruddin Azis Mohon Tunggu... Konsultan - Profil

Lahir di pesisir Galesong, Kab. Takalar, Sulsel. Blogger. Menyukai perjalanan ke wilayah pesisir dan pulau-pulau. Pernah kerja di Selayar, Luwu, Aceh, Nias. Mengisi blog pribadinya http://www.denun89.wordpress.com Dapat dihubungi di email, daeng.nuntung@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Dari Bincang Komunitas “Makasar Tidak Kasar”

21 Agustus 2010   16:12 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:49 213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Restoran “Dapur Makassar” yang terletak di sudut perempatan Jalan Kasuari dan Mappanyukki, Makassar sedang ramai saat jelang buka puasa ke-11 tanggal 21 Agustus 2010. Puluhan kendaraan telah parkir utamanya roda dua. Di lantai dua, acara temu komunitas atau tudang sipulung (bincang) “Makassar Tidak Kasar (MTK)” tengah berlangsung. Walau masih sempat mengisi daftar tamu, saya datang terlambat. Agak canggung rasanya saat disilakan duduk di sisi Philip W. Roskamp, Aurelia Augustine dan Dian Agustin dari kantor Kedutaan Besar Amerika di Jakarta. Di sana masih tersedia tiga kursi kosong.

Di sekitar meja kami, kursi-kursi telah terisi oleh perwakilan komunitas pengguna internet maupun gadget di Makassar. Juga dari perwakilan media seperti Tribun Timur, Koran Tempo Makassar, www.panyingkul.com, Kompasianers dll.  Komunitas pengguna internet seperti dari Bloggers Makassar, Linux, Koprol, Performa Makassar, Kaskus Makassar, maupun gadgeters seperti Idbb-Makassar, Iphone Makassar dan lain sebagainya.

Acara yang bertajuk tudang sipulung, sharing komunitas dan diskusi “Makassar Tidak Kasar” yang dirangkaikan dengan buka puasa ini terasa istimewa karena dihadiri oleh Panitia Pesta Blogger dari Jakarta. Ada Irayani Queencyputri, dokter gigi lulusan Universitas Hasanuddin, Makassar sekaligus ketua panitia Pesta Blogger 2010, Wicaksono alias Ndorokakung wartawan senior Tempo sekaligus figur penting di dunia blogging Indonesia, juga beberapa panitia yang diboyong dari Jakarata.

Mengapa “Makassar Tidak Kasar?”

Stigma tentang maraknya tawuran, demonstrasi yang anarkis, dan tren Makassar sebagai kota yang dijangkiti premanisme dan perilaku kasar kerap dipublikasikan oleh media massa. Televisi, media mainstream seperti koran lokal sepertinya tidak pernah henti memberitakan kisruh sosial di lembaran berita mereka. Seakan-akan Makassar adalah kota dengan problematika sosial yang mesti ditakuti.

Lalu muncullah ide dari M. Aan Mansyur, sastrawan top Makassar (walau dia menampik disebut sebagai inisiator tunggal), dia adalah pekerja seni dengan beberapa karya sastranya yang memikat semisal puisi dan cerpen. Dia menawarkan ruang bagi pekerja seni, penulis, komunitas internet atau siapa saja untuk berbagi kisah, rencana aksi dan kerja praktis yang konstruktif.

Menurut Aan, “Makassar Tidak Kasar (MTK)” semacam gerakan kolektif warga yang tidak semata-mata mengecam tindak destruktif tetapi memberi pilihan kreatif. Silakan bergabung untuk menunjukkan hal-hal positif apa yang dapat diberitakan kepada khalayak, bahwa terlalu banyak hal baik yang datang dari Makassar. “Nanti akan disiapkan website untuk semua pihak dapat berkontribusi tentang hal-hal positif yang datang dari Makassar sehingga orang-orang tahu bagaimana Makassar sebenarnya” Kata Iqbal, host malam itu yang diamini oleh Aan.

Acara yang berlangsung sejak pukul 16.30 hingga 21.00 wita ini terlaksana atas kerjasama Komunitas Blogger Makassar, Panitia Pesta Blogger 2010 dan Gerakan “MTK” yang dimotori oleh M. Aan Mansyur dan beberapa pemerhati Makassar lainnya. Sebagaimana tajuknya maka bertemunya para pegiat internet, gadgeters, pekerja media dan komunitas kreatif lainnya di Makassar dimaksudkan untuk menjaring gagasan, informasi, peran komunitas tentang bagaimana dan seperti apa format “Makassar Tidak Kasar”.

Hampir semua yang hadir memperkenalkan diri dan merefleksikan pendapatnya tentang bagaimana Makassar di mata mereka. Bagaimana semestinya merawat semangat ini untuk tidak semata-mata menghujat perilaku destruktif seperti tawuran a la mahasiswa tetapi menawarkan kerja-kerja konkrit.

Wicaksono yang dikenal Ndorokakung, sebagai misal, sangat mengapresiasi gagasan ini, karena menurutnya orang Makassar melalui sosok JK adalah mediator konflik yang sukses, “Masak bisa memediasi konflik di luar Makassar sementara di Makassar sendiri tidak?”. Beberapa pihak juga menunjukkan keinginantahuannya alasan menggunakan kalimat “MTK,”.

“Menurut saya, penggunaaan kata Makassar itu tidak pas karena yang sering bermasalah adalah Mahasiswa,” Kata seorang peserta yang mewakili pegiat radio di Makassar. Menurutnya, warga sangat santun dan justeru mahasiswa pendatanglah yang kerap bermasalah.

Tapi oleh Aan ditanggapi bahwa bagaimanapun mahasiswa yang ada di Makassar adalah juga warga Makassar dalam artian bagian dari kota ini. Itulah mengapa tagline “Makassar Tidak Kasar” akan memediasi semua pihak untuk berkontribusi melalui kerja-kerja kreatif. Bagaimana pun, mahasiswa adalah bagian dari satu sistem sosial, dalam artian ulah mereka sangat dipengaruhi komunitas atau organisasi dimana mereka ada, bisa jadi rumah, kampus atau sistem sosialnya.

Aan juga menjelaskan bahwa ada beberapa kegiatan yang dilaksanakan sekaitan MTK ini, salah satunya adalah memfasilitasi seorang penulis asal Kota Padang untuk berinteraksi dan menulis tentang Makassar menurut kacatamanya. Dia dapat datang ke komunitas mahasiswa dan berdiskusi dengan mereka.

”Dia akan menulis apa yang dilihatnya, supaya lebih obyektif,” Kata Aan.

Semua peserta paham bahwa sikap sebagian mahasiswa di Kota Makassar adalah pemicu anggapan orang, bahwa orang Makassar adalah orang yang kasar dan cenderung anarkis. Padahal bisajadi hanya beberapa orang saja yang berbuat anarkis. Bisa jadi dengan semakin mengerucutnya komunitas muda kreatif di Makassar di gerakan MTK ini, maka fakta bahwa mahasiswa Makassar kerap jadi pemberitaan media baik maupun elektronik sebagai trouble makers dapat ditepis.

Kehadiran Gerakan “MTK” sangat tepat dengan minimnya dukungan bagi komunitas peduli Makassar. Ada banyak kalangan muda yang berpikir dan bertindak positif tentang Kota Makassar. Adanya tudang sipulung (diskusi) ini setidaknya telah memediasi masukan bermanfaat bagi langkah konkrit kedepan”, kata Syaifullah Daeng Gassing mewakili Ketua Komunitas Blogger Makassar.

Malam itu, saya beruntung karena mendapat souvernir baju “Makassar Tidak Kasar,” dari panitia. Menurut Iqko, setelah itu, upaya menggalang dana dan sumberdaya untuk MTK akan digalakkan. Donasi Rp. 100ribu untuk satu baju dan merchandise lainnya menunggu sahabat sekalian.

Ayo, saatnya berpegangan tangan, bahu membahu, menggalang kekuatan dan sumberdaya untuk Makassar (yang) Tidak Kasar!

Sungguminasa, 21/08/2010

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun