Mohon tunggu...
Muhammad Kasman
Muhammad Kasman Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Lahir pada 11 Desember 1979 di sebuah dusun kecil bernama Pajjia Desa Pakkasalo, Kecamatan SibuluE, Kabupaten Bone. Sempat sekolah di SDN No. 226 Pakkasalo, SMPN Pattirobajo dan SMAN 2 Watampone.\r\n\r\nSelama kuliah di Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin, bergiat di Himpunan Mahasiswa Islam. Menjadi gelandangan dan kerja serabutan selama dua tahun sebelum menjadi jurnalis di sebuah media online nasional di akhir 2007.\r\n\r\nAwal 2008, memilih menjadi Pegawai Negeri Sipil, dan bergiat di Pemuda Muslimin Indonesia Cabang Takalar. Mengisi waktu luang dengan seorang istri dan dua orang anak, sambil sesekali menulis puisi.\r\n\r\nMenyukai hujan dinihari dan embun pagi.\r\n

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Djatoeh Tjinta

7 Maret 2012   07:00 Diperbarui: 25 Juni 2015   08:24 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Djika seorang petjinta itoe salah mengoengkapkan tjintanja, ia tidaklah salah ;  meskipoen meneteskan darah

--Djalaloeddin Roemi--

Djatoeh tjinta, siapapoen pasti pernah merasakannja. Tapi jang pasti, djatoeh tjinta itoe bikin bahagia. Namoen tidak berhenti di sitoe sadja, tjinta bisa membikin perasaan tidak karoean, orang jang djatoeh tjinta djadi aneh, tiba-tiba tidak mendjadi diri sendiri.

Soeasana hati tidak karoean, tindakannja serba salah, semoea karena tjinta. Apakah itoe semoea patoet oentoek disalahkan? Tentoe sadja tidak, karena tarikan tjinta djang paling koeat adalah saat di mana seorang petjinta beroesaha oentoek mendjadi identik dengan djang ditjintainja, sehingga dia akan mendjadi kehilangan diri sendiri.

Standar penilaian seorang petjinta terhadap benar-salah, baik-boeroek, dan indah-djeleknja sesoeatoe, tidak lagi ditentoekan oleh kesadaran dirinja, tapi ditentoekan oleh objek tjintanja. Dalam kondisi seperti ini, standarisasi logis, etis dan estetisnja sesoeatoe mendjadi relatif, serelatif objek tjinta dari para petjinta.

Ada orang djang mentjintai andjing, koetjing, anak, istri, teman, roemah, mobil dan sebagainja. Dan parahnja lagi, semoea ekspresi tjinta ini tidak dilakoekan dalam bingkai oeniversalitas tjinta djang hakiki. Sehingga dengan alasan tjinta, para petjinta andjing akan bertolak belakang dengan petjinta koetjing dan sebagainja.

Nah apakah tjinta partikoelar seperti ini dapat dikatakan tjinta? Tentoe tidak, karena tjinta hakiki identik dengan kedamaian, harmonitas dan keselarasan. Tapi ini tidak berarti bahwa kita tidak boleh mentjintai hal-hal partikoelar, namoen hendaknja tjinta partikoelar itoe dilaksanakan dalam bingkai tjinta oeniversal.

Pertanjaannja kemoedian, tjinta oeniversal itoe seperti apa? Tjinta oeniversal itoe adalah tjinta jang objek tjintanja adalah roeh oeniversal segala keberadaan, jaitoe Toehan. Laloe bagaimana tjara kita mentjintai Toehan jang “nggak level” dengan kita? Nah djoestroe karena itoelah kita tjinta Toehan. Sebagaimana dikatakan Rabiah Al Adawijah,  “Akoe mentjintai-Moe dengan doea tjinta. Tjinta rindoe dan Tjinta karena Engkaoe patoet ditjinta

Tjinta karena rindoe maksoednja bahwa karena Dia nggak level dengan kita maka kita merindoekan-Nja, ingin bertemoe, dekat, mengadoe dan menjatoe. Sementara tjinta karena Engkaoe patoet oentoek ditjinta, maksoednja bahwa telah menjadi fitrah manoesia oentoek mentjintai sesoeatoe jang lebih dibanding dirinja. Nah siapakah djang lebih dibanding dirinja selain Dia?

Apabila tjinta oeniversal ini kita lakoekan, maka tjinta partikoelar kita tidak akan menimboelkan kontradiksi, disharmonitas dan tjhaos, karena tjinta partikoelar kita bekerdja dalam satoe patron tjinta oeniversal.

Mari kita mentjintai andjing, anak, istri, teman, roemah, mobil, sepatoe dan sebagainja, dalam rangka tjinta kita kepada Allah, dan jakinlah bahwa kesalahan dalam mentjinta akan dimakloemi sebagaimana dikatakan Djalaloeddin Roemi, “Kesalahan seorang petjinta lebih baik daripada seriboe kebenaran”.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun