Mohon tunggu...
Daeng Limpo
Daeng Limpo Mohon Tunggu... -

hanya seorang biasa yang ingin mengemukakan uneg-uneg, cerita, atau pendapat

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Tuhan yang Berbingkai....

30 Juli 2011   09:16 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:14 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Kita sering memberi bingkai pada sosok Tuhan, kita memberi bingkai walaupun didahului kata maha.  Padahal Tuhan tak dapat diberi bingkai, pikiran kita tentang tuhan adalah bingkai yang sebenarnya, karena kita sering menganggap Tuhan seperti manusia yang bisa mendengar (mendengar sesuai definisi manusia), melihat (melihat sesuai definisi manusia), kekal (menurut definisi manusia), berkata-kata (menurut definisi manusia).

Kita menjadi begitu sibuk mendefinisikan sifat-sifat Tuhan, padahal definisi kita tentang Tuhan sebenarnya adalah juga sebuah bingkai yang lain.  Sehingga tanpa sadar kita telah “mengecilkan” tuhan sebatas bingkai fikiran dan definisi kita.

Aku tak mengatakan Tuhan adalah maha besar, karena masih ada bingkai kata maha.  Aku tak mengatakan Tuhan maha perkasa karena masih ada bingkai maha disitu.  Aku hanya yakin bahwa ada Tuhan, seperti apa Tuhan…..? itu tidak menjadi kewajibanku untuk mendefinisikannya atau memberinya bingkai.

Yang kutahu ia ada, dan ia diluar jangkauan akal dan fikiran.  Ketika akal dan fikiran kita bisa menjangkaunya, maka Tuhan menjadi "kerdil" disana.  Yang terasa olehku ada satu tempat dimana Tuhan bisa  bersemayam….tempat itu begitu luas (jika kita ingin meluaskannya hingga tak terdefinisi)…..begitu dalam (jika kita ingin membuatnya dalam hingga tak terdefinisi)………Marhaban yaaaa..Ramadhan.

(Pekanbaru, orang gila di gerbang ramadhan, Juli 2011)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun