Mohon tunggu...
MFL
MFL Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - Pembelajar #FeedScince #HijauanPakan #CattleBreeding #Feedtech πŸŒΏπŸ‚

Go

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Isu Telur Palsu itu Hoax, Sesat, dan Menyesatkan

23 Maret 2018   20:59 Diperbarui: 23 Maret 2018   21:14 603
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Belakangan ramai di masyarakat atau menjadi polemik terkait palsu melalui video yang viral di sosial media seperti youtube dan facebook. Telur palsu yang menjadi polemik tersebut diduga ada campuran plastik dan buatan manusia serta isu-isu hoax (kabar palsu) beredar. Hal itu membuat konsumen atau masyarakat menjadi resah. Β  Β 

Keresahan itu membuat pihak kepolisian menjadi geram dan memberikan peringatan kepada masyarakat seperti dirilis oleh media online Liputan6 pada tanggal 22 Maret 2018 bahwa pihak kepolisian akan terus pantau terus memantau atau cyber patrol di multimedin isu tentang telur palsu atau isu hoax ini.

Pada video yang beredar ada statement dari ibu-ibu yang menyaksikan komentar dari bapak yang menjelaskan terkait telur palsu bahwa "jangan makan telur lagi". Statement tersebut jika tersebar dan mempengaruhi masyarakat untuk ragu mengonsumsi telur. Padahal telur merupakan produk pangan hewani paling dibutuhkan masyarakat

Coba kita tengok kue paling nikmat pasti ada telurnya, kemudian kita telusuri lagi resatoran ataub rumah makan pasti ada menu telurnya, begitu halnya anak kos-kosan atau mahasiswa pasti mengonsumsi telur minimal indomie-telur. Betapa telur produk pangan yang paling disukai oleh masyarakat di semua lapisan.

Polemik yang beredar di masyarakat sebetulnya bukan tekait telur palsu tetapi telur lama. Telur palsu dan telur lama adalah dua hal yang berbeda. Kualitas telur yang baru keluar dari ayam petelur berbeda kualitasnya dengan telur yang sudah lama, perbedaan tersebut mempengaruhi warna kuning telur, bau, tekstur, dan kekentalannya.

Telur yang relatif murah di masyarakat akan rumit ketika ada yang mencoba untuk memalsukannya seperti pada video yang beredar katanya telur palsu yang memakai silikon padahal itu adalah membran telur, jadi itulah yang melindungi telur sebelum lapisan cangkang. Kalaupunkita berandai-andai ada telur palsu pasti harganya lebih mahal, dan sungguh luar biasa kalau ada yang bisa membuat cangkang telur, mungkin ada kalau telur mainan.

Adapun Cara memeriksa telur yang baik, pertama kondisi cangnkang baik tidak ada keretakan, kedua yaitu ukuran telur tidak terlalu kecil dan tidak terlalu besar, kedua coba perhatikan kulit halus mulus dan tidak kasar, ketiga yaitu tidak ada bau busuk, dan terakhir pilihlah telur yan bersih dan tidak ada noda, Be Smart People dalam berbelanja telur.

Terkait telur palsu Bapak Menteri Pertanian Amran Sulaiman melalui akun facebooknya menjelaskan bahwa sebenarnya akal sehat kita pun tidak akan menerima adanya pemalsuan telur untuk dijual. Harga telur yang dipalsukan pasti jauh lebih mahal dari aslinya karena membutuhkan bahan dan teknologi untuk merekayasa model telur dan cangkangnya.

Telur sebagai produk pangan favorit masih sangat dibutuhkan masyarkat. Persoalan pangan menjadi strategis seperti diungkapkan oleh politisi Amerika, Henry Alfred Kissiner, bahwa "control oil and you control nations, control food and you control people" (mengontrol minyak dan kamu mengontrol negara, mengontrol pangan dan kamu mengontrol manusia).

Dari ungkapan tersebut betapa strategisnya pangan terutama produk hewani seperti telur, daging, dan susu. Produk peternakan atau produk pangan hewani ikut serta mencerdaskan generasi bangsa. Mari Konsumsi Telur dan tidak mudah terjebak isu palsu atau isu hoax tentang Telur palsu. Intinya tidak ada telur palsu yang ada telur mainan.

Salam Cinta dari Ujung Kandang

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun