Karampuang. Demikian nama kampung tradisional yang terletak sekitar 13 kilometer arah barat ibu kota Kabupaten Sinjai, Propinsi Sulawesi Selatan. Karampuang adalah perkampungan tua di kecamatan bernama Bulupoddo yang tetap melestarikan kebudayaannya. Upacara-upacara adat ritual kuno tetap menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari masyarakatnya meski saat ini teknologi dan pola hidup modern telah merambah kawasan adat ini.
Sebagai sebuah perkampungan tua, dalam kawasan adatnya menyimpan peninggalan-peninggalan purba yang tetap dipertahankan dan dijaga sebagai bagian dari kehidupan mereka dan sebagian lagi digunakan sebagai bagian dari ritual adat. Tinggalan-tinggalan arkeologi yang tersisa memberikan gambaran kepada kita, betapa di masa lalu dalam kawasan adat ini pernah ada kebudayaan maju.
Di Karampuang, kita masih bisa menemukan beberapa situs bersejarah seperti Punden berundak yang mana wilayahnya dibagi menjadi tiga undakan. Dimulai dari undakan pertama di kaki bukit berupa tinggalan batu bergores yang terletak dalam Gua Cucukan. Di tempat ini terdapat goresan dua lingkaran geometris yang tidak sama besarnya yang konon merupakan penggambaran bulan dan matahari, garis-garis vertikal dan pilin-pilin, mata tombak, kepala hewan berkaki empat, segitiga-segitiga, perahu, dll.
Tetapi goresan yang paling menarik dalam gua ini adalah adanya gambar manusia kangkang (hockerstyle) yang tidak proporsional dan tidak memperlihatkan jenis kelamin. Tetapi berdasarkan hiasan yang dikenakan dibagian telinga, dapat memberikan gambaran bahwa manusia kangkang itu adalah seorang wanita sebagai lambang kesuburan. Pada undakan ke dua, tinggalan arkeologis yang ada antara lain batu dakon (Pil Marked Stone), lumpang batu, menhir (Upright Stone), Dolmen, susunan batu pipih, sumur adat, punden berundak, dll.
Pada undakan kedua dijadikan permukiman atau tempat berdirinya dua buah rumah adat yang digunakan sebagai pusat pengendalian adat, baik dari fungsinya sebagai tempat menjalankan roda pemerintahan sebagai kawasan otonom, ataupun pengendalian dari segala ritual yang akan berlangsung dalam kawasan adat. Sedangkan pada undakan ketiga terdapat batu umpak, bat susunan temu gelang penampungan air, tempat minum hewan kurban, dll.
[caption id="attachment_363664" align="aligncenter" width="300" caption="Salah satu prosesi adat di Karampuang (dok Pribadi)"][/caption]
Melalui tulisan ini saya hanya bisa memberikan gambaran bahwa di kabupaten kecil bernama Sinjai, terdapat kawasan adat yang tetap mempertahankan dan merawat tinggalan-tinggakan arkeologis, begitupula tradisi adatnya. Penasaran ? Saya siap mengantar anda mengenal lebih jauh kawasan adat Karampuang. Namun saya sarankan untuk datang pada bulan November 2014, ini karena akan ada hajatan besar di kawasan adat Karampuang: pesta adat Mappogau Hanua (pesta panen) sebagai bentuk rasa syukur warga atas hasil panen yang melimpah.
@zainalabidinku
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI