Mohon tunggu...
daeng enal
daeng enal Mohon Tunggu... profesional -

I'm a blogger

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Hutan, Kearifan Lokal dan AQUA

18 April 2015   13:21 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:57 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hutan adalah paru-paru dunia. Melestarikan hutan berarti menjaga peradaban. Ungkapan ini memiliki makna yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Hutan merupakan kawasan yang ditumbuhi pepohonan lebat dan tumbuhan lainnya. Didalamnya terdapat sumber makanan, penyuplai kebutuhan oksigen bagi kehidupan di muka bumi ini, serta yang lebih penting lagi adalah fungsi hutan sebagai “penjaga” ketersediaan air di muka bumi ini. Merawat hutan berarti melestarikan Air.

Begitu vitalnya fungsi dan peran hutan bagi kehidupan umat manusia, sehingga merawat dan melestarikannya menjadi sebuah kewajiban. Hanya saja sangat disayangkan, sejumlah oknum atau segelintir orang kerap kali melakukan aktivitas yang justru membahayakan ekosistem hutan, seperti penebangan liar dan pembakaran hutan, pencemaran limbah, serta pembukaan hutan untuk kegiatan penambangan. Aktivitas-aktivitas tersebut berujung pada meningkatnya suhu lingkungan, hutan menjadi kering dan tandus, erosi, hingga hilangnya sumber air bersih karena sungai-sungai yang terdapat di dalam hutan ikut rusak.

Pemerintah kita sebenarnya sudah memiliki instrumen hukum untuk mencegah kerusakan kawasan hutan. Termasuk penindakan terhadap oknum perusak hutan. Namun fakta lapangan menunjukkan bahwa penegakan hukum itu belum sepenuhnya mampu mencegah tindakan dan aktivitas manusia yang merusak kawasan hutan.

Indonesia beruntung karena di beberapa daerahnya masih memiliki kawasan hutan yang tetap lestari, meski hanya dijaga oleh masyarakat adat dengan kearifan lokalnya. Sebagai contoh di kawasan hutan adat Karampuang, Kabupaten Sinjai, dan kawasan hutan adat Ammatoa Kajang, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan. Masyarakat adat kedua kawasan ini sangat patuh pada pesan leluhur mereka yang melarang adanya penebangan hutan. Menebang pepohonan di hutan menurut leluhur mereka, sama saja menghilangkan sumber mata air.

[caption id="attachment_410950" align="aligncenter" width="300" caption="Papan informasi kawasan hutan adat Ammatoa (sumber foto: internet)"][/caption]

Indonesia juga beruntung memiliki AQUA. Sebagai produk air mineral pertama di Indonesia, AQUA oleh pendirinya bukan sekadar dijadikan merk dagang. AQUA juga menjadi motivasi dan semangat bagi pendirinya dalam melakukan langkah-langkah melestarikan sumber-sumber mata air. Jadi tidak heran apabila kita selalu menyaksikan perusahaan yang memproduksi air AQUA di Indonesia, selalu berada di garda terdepan dalam pelaksanaan upaya-upaya konservasi hutan. Tentu saja melalui program Corporate Social and Responsibility (CSR), serta program kemitraan bina lingkungannya.

Menjaga hutan tetap lestari dengan kearifan lokal masyarakat adat Karampuang dan Ammatoa di Sulawesi Selatan, serta upaya-upaya konservasi hutan yang dilakukan AQUA, adalah beberapa kiat atau usaha yang mesti dipertahankan. Dengan begitu air akan tetap lestari. Melestarikan air berarti menjaga sumber kehidupan kita.

[caption id="attachment_410949" align="aligncenter" width="300" caption="foto: internet"]

1429337806595298850
1429337806595298850
[/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun