Mohon tunggu...
Muhammad Ismail
Muhammad Ismail Mohon Tunggu... Pegawai Pemerintahan dan Kuli Tinta -

Penikmat kopi. Mempunyai cita-cita jadi penulis dan blogger, tetapi sampai bio ini ditulis belum ada satupun tulisan dan blog yang dihasilkan. Lahir dan besar di pesisir, memiliki atensi terhadap berita-berita tentang kelautan, konservasi dan pulau-pulau kecil. Motivator ulung dikalangan cewek-cewek patah hati.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Ryo Haryanto, BJ Habibie, Mimpi, dan Ekspektasi

11 Februari 2016   18:09 Diperbarui: 4 April 2017   18:21 3727
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Sumber: CNN Indonesia"][/caption]Sebenarnya saya menulis artikel ini bukanlah karena saya mengerti soal F1 atau balapan, satu-satu nya yang saya mengerti dari persoalan yang menimpa Ryo Haryanto yang saya ketahui adalah masalah MIMPI.

Bagi yang belum tahu, saya ceritakan sedikit persoalannya Ryo Haryanto bisa tampil di F1 dengan syarat memiliki sponsor yang mampu mendanai sekitar Rp. 250 M atau $20juta. Dana ini diperlukan selama satu musim untuk keperluan kendaraan, pindah-pindah sirkuit, gaji kru dan masih banyak lagi mungkin.

Dana ini bisa dibilang besar tetapi juga bisa terlihat kecil, tergantung dari sudut pandang mana kita melihatnya. Tetapi ingat 250M itu hanyalah sebuah nilai, sebuah nilai yang tergantung siapa yang mengukur dan apa yang mau diukur. Jika kita melihat bahwa 250M ini kita sudah bisa membangun jalan entah berapa ratus kilometer, membangun rumah untuk rakyat miskin, membangun bandara dan infrastruktur lainnya. Ya...dari segi ini memang sangat mahal.

Tapi coba kita lihat dari sudut pandang lain. Sudut pandang mengenai mimpi dan ekspektasi.

Tahukah kita tentang serial TV yang lagi booming? Kalau tidak salah namanya Boy Anak Jalanan. Dengan mudahnya serial TV ini menjadi tren di kalangan remaja dan anak-anak. Inilah yang mereka ekspektasikan, menjadi remaja kaya, ganteng, memiliki skill mumpuni mengendarai motor. Ini adalah salah satu ekspektasi, tetapi not real just drama.

Kita mungkin sangat mengenal Presiden Indonesia ke-3, BJ Habibie. Apa yang terlintas ketika mendengar nama atau melihat beliau? Orang ini yang membuat Indonesia bisa memproduksi pesawat terbang. Walaupun di tengah usaha Pak BJ habibie, beliau dikerdilkan semangatnya, entah oleh bangsa sendiri bahkan dari bangsa luar. Dikerdilkan oleh mereka yang tidak percaya Indonesia bisa membuat pesawat terbang. Tapi apakah pernah Pak BJ Habibie mundur? Bagaimana seandainya di tengah cibiran itu beliau mundur?

Gara-gara beliaulah di awal tahun 90an, hampir semua anak kecil mencita-citakan ingin menjadi Insinyur, ingin menjadi seperti Pak Habibie. Anak-anak kecil di negara ini mulai memiliki mimpi di tengah keringnya sosok revolusioner di Indonesia, tidak takut lagi bermimpi untuk bisa membuat pesawat terbang. Entah berapa anak-anak Indonesia yang menjadi giat belajar karena satu sosok yang diekspektasikan ini. Dan entah berapa Pemuda Indonesia yang telah berhasil karena mimpi yang dia dulu perjuangkan, mimpi untuk menjadi seperti Pak BJ Habibie. Kalau bisa diuangkan berapa harga mimpi itu? Berapa yang negara harus bayar jika memang mimpi itu bisa ditumbuhkan lagi?

Inilah yang sangat dirindukan oleh kita sebenarnya, bangsa Indonesia. Mimpi dan ekspektasi.

Masih ingat fenomena Timnas U-19? Bagaimana kita menjelaskan perasaan kita sendiri ketika melihat mereka menang dan lolos di tingkat Asia? Walaupun kecil, mimpi itu ada. Tak peduli nanti kita akan menghadapi negara Spanyol, Brasil ataupun Argentina. Tetapi muncul yang namanya mimpi. Kalau bisa diuangkan berapa harga mimpi itu? Berapa yang negara harus bayar jika memang mimpi itu bisa ditumbuhkan lagi?

Kita mungkin tidak bisa meramalkan Ryo Haryanto bisa sejauh mana, bisa sejago apa, bisa mengharumkan bangsa ini atau tidak. Bukan masalah itu yang mestinya kita perdebatkan. Mari kita lihat bagaimana seorang Pemuda Indonesia memiliki mimpi, berusaha mewujudkan mimpinya dengan segala usaha terbaiknya. Kini harapan itu di depan mata, bahkan beberapa kita juga mungkin punya mimpi yang sama.

Saatnya negara hadir, saatnya negara memberikan dukungan terhadap mimpi-mimpi anak Indonesia. Tumbuhkanlah mimpi yang nyata bukan yang hanya bisa dinikmati dari Serial TV yang instan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun