[caption id="attachment_342364" align="aligncenter" width="490" caption="Foto: Nur Terbit -- Pasar Rakyat Kota Bekasi, transaksinya dini hari"][/caption]
Ada yang berbeda di Pasar Baru, Kota Bekasi, Provinsi Jawa Barat di malam hari. Transaksi antara pembeli dengan pedagang berlangsung malam hari selama 12 jam – dimulai dari pukul 17.00 WIB sore hari hingga pukul 05.00 WIB dini hari.
Transaksi tersebut terjadi, justeru disaat toko, kios, dan ruko di sekitarnya sudah tutup. Itulah “pasar rakyat” di Jalan Moh Yamin, Kelurahan Duren Jaya, Kecamatan Bekasi Timur yang menjadi kebanggaan kami sebagai warga Kota Bekasi.
Pasar Subuh yang terletak di depan pintu keluar Terminal Bus Antarkota dan Lokal Kota Bekasi ini, posisinya “nyempil” dan sejajar di tepi rel kereta api. Sehingga suasana berbelanja di sini yang berlangsung malam hari, selalu ramai.
Terlebih ketika ada kereta api yang melintas. Baik yang dari Pulau Jawa ke Jakarta maupun dari arah sebaliknya. Dari Jakarta menuju sejumlah daerah yang tersebar di Pulau Jawa: Jawa Barat, Jawa Tengah hingga Jawa Timur. Bunyi mesin kereta dan suara roda besi beradu dengan rel besi, terdengar jelas ditingkahi tanda serine peringatan di perlintasan kereta.
Posisinya yang jauh di belakang Pasar Baru yang betul-betul “baru” itu, membuat pasar rakyat ini tidak terlihat dengan jelas. Apalagi jika kita hanya melintas di Jalan Insinyur Haji Djuanda, jalan protokol atau utama sekaligus jalan provinsi tersebut di Kota Bekasi.
Pasar Baru sendiri bangunannya sangat kontras dengan pasar rakyat yang sejajar rel tadi. Pasar Baru bagian depan dan pernah terbakar itu, kini sudah berpenampilan mewah setelah direhab sebagai pasar modern. Dengan berbagai barang dan mata dagangan yang dijual, layaknya pasar modern lainnya.
Nah, di pasar rakyat yang transaksinya berlangsung malam hari ini, barang yang dijual adalah sayur-mayur, buah-buahan, berbagai jenis ikan, ayam, bumbu-bumbu minus pakaian dan elektronik. Barang yang diperdagangkan tersebut juga datang dari berbagai penjuru daerah di Jawa Barat, Lampung dan Sumatera. Misalnya sayur-sayuran dan buah-buahan dari Pasar Induk Cibitung, Kabupaten Bekasi, sekitar 10 kilometer dari pasar rakyat ini.
Berbagai jenis ikan datang dari Pelabuhan Marunda, Muara Baru, Muara Angke Jakarta. Bahkan buah-buahan spesifik seperti nenas, pepaya dan durian (duren) dari Lampung dan Sumatera. Hal ini terlihat dari beberapa truk yang sedang membongkar muatan buah-buahan.
Sementara sekelompok kaum ibu, terlihat menurunkan keranjang ikan dari mobil bak terbuka, dan baru tiba dari Pelabuhan Muara Baru Jakarta.
“Saya suka berbelanja di pasar rakyat ini karena komplit. Terutama untuk berbagai jenis ikan, sayur dan buah yang masih segar-segar. Hanya repotnya kalau lagi hujan, jalanan becek dan berlumpur sehingga harus memakai sepatu bot,” kata Ibu Sitti Rabiah, salah seorang pengunjung yang ditemui penulis saat berbelanja di pasar rakyat ini malam hari.