Mohon tunggu...
Nur Terbit
Nur Terbit Mohon Tunggu... Jurnalis - Pers, Lawyer, Author, Blogger

Penulis buku Wartawan Bangkotan (YPTD), Lika-Liku Kisah Wartawan (PWI Pusat), Mati Ketawa Ala Netizen (YPTD), Editor Harian Terbit (1984-2014), Owner www.nurterbit.com, Twitter @Nurterbit, @IniWisataKulin1, FB - IG : @Nur Terbit, @Wartawan Bangkotan, @IniWisataKuliner Email: nurdaeng@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Ke Manado Berburu 3B = Bubur, Bibir, Bunaken

17 Juni 2012   03:33 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:53 2252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13399039311191320424

[caption id="attachment_183039" align="alignleft" width="320" caption="(foto : ilustrasi/healthzine.org)"][/caption] Manado, ibukota Provinsi Sulawesi Utara  tahun 2012 ini menjadi  tuan rumah Musyawarah Nasional (Munas)  Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (APEKSI) yang berlangsung  31 Mei sampai dengan 4 Juni yang  lalu. Sekitar 80-an perwakilan Pemerintah Kota se Indonesia menjadi peserta event tersebut. Termasuk perwakilan Pemerintah Kota Administrasi Jakarta Timur yang dipimpin Walikotanya, HM  Murdhani. Kesempatan itupun  digunakan Pemerintah Kotamadya  Manado dengan Walikotanya DR GS Vicky Lumentut untuk mempromosikan  obyek-obyek wisata di  Sulawesi Utara,  khususnya Manado dan sekitarnya. Bak  gayung bersambut,  banyak  para peserta pertemuan itu memanfaatkan  waktu tersisa untuk berkunjung ke destinasi wisata  yang  menarik perhatian mereka masing-masing. “Pariwisata Manado terkenal  lewat rumusan 3 B. Yaitu Bunaken, Bibir dan Bubur. Bibir di sini maknanya gadis-gadis Manado yang dikenal cantik-cantik,” ujar Drs Husnison Nizar , Kepala Suku Dinas Kebudayaan  yang saat ini merangkap sebagai Kepala Suku Dinas Pariwisata Jakarta Timur. Perlu diketahui data BPS setempat menyebutkan penduduk Manado tahun 2010 hanya  410.481 jiwa dengan pertumbuhan 0,96% per tahun. Sedangkan  kepadatan 2610 orang /km2. Dari jumlah penduduk sebesar itu jumlah wanitanya mencapai 65% lebih. Sekalipun secara topografis Manado tidak begitu tinggi maksimum  240 meter di atas permukaan laut, namun hawanya tidak terlalu panas dengan temperature  antara 19 dan   34 derajat  Celsius, atau temperatur rata- rata sekitar 27 derajat Celsius. Di  pulau Bunaken rombongan  Husnison menikmati keindahan taman bawah laut dengan menggunakan perahu berlunas kaca, sehingga terlihat ikan ikan hias dan batu karang dengan jelas berwarna warni.  “Hemm, memang indah sekali,” kata Ny Sri Catur Setyowati seorang kepala seksi di Sudin Kebudayaan Jakarta Timur. Selain menikmati keindahan Taman Laut Bunaken agak jauh dari pantai Manado, rombongan Sudin Kebudayaan Jaktim yang dipimpin  Husnison Nizar menyempatkan berkunjung ke perbatasan Minahasa , yang berhawa pegunungan,  tempat Pahlawan Nasional Tuanku Imam Bonjol wafat  dan dimakamkan tahun 1854. Makam tersebut bersih dan rapi karena dirawat  dengan sungguh sungguh oleh penjaganya secara turun temurun. Yang khas dari makam tersebut, meskipun di tanah Minahasa, bentuk arsitektur bangunannya bergaya Minangkabau  yaitu rumah gonjong.  “Gonjongnya  ada tujuh, termasuk satu gonjong di depan,” ujar Husnison yang berasal dari Sumatera Barat itu. Tak jauh dari makam tersebut agak ke bawah dekat sungai,  terdapat batu kali  berukuran  70 cm x 100 cm dengan permukaan datar. Batu tersebut  tempat Tuanku Imam Bonjol sholat lima waktu, demikian kata penjaga makam itu.  “Batunya  lumayan  besar dan datar  tetapi hanya cukup untuk sholat sendiri , tak cukup untuk berjamaah dua orang,” komentar  Ny Catur Setyowati. Dari catatan sejarah,  Husnison Nizar sebagai arkeolog alumnus UI ini menjelaskan, Tuanku Imam Bonjol diasingkan ke Manado oleh pemerintah Belanda hanya sendirian. Berbeda dengan Pangeran Diponegoro yang diasingkan ke Makasar bersama dengan isteri , anak-anak  dan para pengikutnya. Tetapi kedua Pahlawan Nasional itu meninggalnya  hampir bersamaan , hanya selisih satu tahun. Sementara rombongan Sudin Kominfomas Jaktim  yang diketuai Yunus Azizy tidak sempat ke Makam Imam Bonjol karena sopirnya tidak memberikan informasi apa apa. Padahal  jalannya dari Manado ke tempat wisata yang dituju  juga melewati akses ke makam pahlawan nasional terebut. “Kita nggak diberitahu sih. Padahal hanya 3 km dari jalan raya,” ucap Gatut Sudarsono, Kasi Pemberitaan dan Kehumasan Sudin Kominfomas Jaktim menyesal. (aliem) http://www.aliemhalvaima.blogspot.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun