SEBELUM JADI "GURU BESAR", YA HARUS JADI "GURU KECIL" DULULAH KAWAN..HEHE...
Belakangan ini heboh soal gelar GURU BESAR atau Profesor yang gadungan. Gelar terhormat itu mereka beli, untuk bisa naik jabatan dan pencitraan agar dapat meningkatkan status sosial di lingkungan masyarakat.
Bagi saya, untuk bisa jadi GURU BESAR, Alhamdulilah sudah ada modal. Saya sudah pernah jadi GURU KECIL. Ceritanya, waktu itu saya masih sekolah di PGA (Pendidikan Guru Agama, setingkat SLTA) era 1978, ada ujian praktik mengajar saat mau lulus.
Sesuai aturan yang berlaku saat itu, Saya harus ikut ujian praktik mengajar di SD Muhammadiyah Kab Maros, Sulsel. Saya diuji dan harus mengajar mata pelajaran bahasa Indonesia untuk kelas 6.
Sekedar diketahui, ketika itu badan saya kecil (sampai sekarang juga masih kecil hehe...). Tapi harus berhadapan dengan siswa kelas 6 berbadan besar dan bandel. Alhamdulillah lulus dgn trik rahasia tentunya, agar mereka bisa mengikuti pelajaran saya.
Karena sangat berkesan, pengalaman tersebut saya tulis dan ikutkan lomba mengarang pengalaman berkesan di Majalah Remaja HAI (kini sudah tutup, dari Kompas Grup). Judulnya "Pengalamanku Sebagai PAK GURU KECIL".
Oh iya, waktu itu saya gak yakin bisa menang lomba, tapi sekedar menyalurkan tulisan pengalaman yang berkesan itu. Karenanya, saya pakai nama adik saya sebagai nama penulisnya. Eh, justeru dia sekarang yang sudah jadi GURU BESAR asli. Bukan profesor abal-abal, KW atau kaleng-kaleng.
Kembali ke lomba mengarang tadi dengan topik GURU KECIL, Alhamdulillah tulisan saya berhasil menang dan meraih juara harapan. Sedang juara 1, 2, 3-nya sekarang sudah jadi pengarang dan penulis novel terkenal. Bahkan novel-novelnya banyak diangkat ke layar bioskop dan sinetron TV. Dia pula yang menulis skenarionya.
Sementara saya, ya masih tetap sebagai GURU KECIL. Kalau nanti ada lomba menulis lagi, mungkin judulnya akan saya ganti menjadi "Cita-citaku Mau Jadi GURU BESAR" (yang asli, bukan gadungan dan gelarnya gak dibeli, tapi diperoleh dengan cucuran keringat dan air mata).
Begitulah mirisnya dunia  pendidikan kita sekarang ini. Tidak heran jika Majalah Tempo - Tempo Media ikut mengeritik soal ini. Salam.