Bagaimana perasaan Anda saat menerima kabar duka -- apalagi menimpa anggota keluarga sendiri -- disertai dengan statistik jumlah kematian, info keterbatasan kuota RS, dan lain-lain?
Itulah yang saya alami belakangan ini. Laman media sosial saya: mulai dari akun Facebook, Instagram, Twitter hingga WhatsApp, penuh dengan postingan dan kiriman berita duka. Saya mencoba untuk tetap tegar. Apalagi jika hal itu dialami oleh keluarga sendiri.
Betul kata admin Kompasiana. Dalam pengantar TOPIK PILIHAN : ATASI KECEMASAN BERLEBIH, Kompasiana 8 Juli 2021, admin menulis begini :
"Tak bisa dipungkiri bahwa kabar-kabar duka juga memengaruhi kesehatan mental kita. Menjadi ekstra cemas, takut berlebihan, sedih terus-menerus, hingga mungkin sulit tidur, dan mengganggu keseharian kita".
Begitulah suasana hati keluarga kami. Ini karena ada yang berhasil tertolong setelah dirawat di rumah sakit, isolasi mandiri di hotel, isolasi sendiri di rumah hingga yang tak sempat lagi mendapatkan ruang ICU.
Baca Juga : Jangan Ngeyel ! Kesaksian Pasien Covid
Mereka selain karena teman dekat dan kerabat, tetangga, juga beberapa anggota keluarga terpapar Covid19. Di mulai dengan anak, besan, kini anak menantu. Mereka semua dinyatakan positif setelah melalui beberapa pemeriksaan.
Antara lain PCR, atau singkatan dari "polymerase chain reaction". PCR merupakan metode pemeriksaan virus SARS Co-2 dengan mendeteksi DNA virus.
Ada yang berhasil tertolong setelah dirawat di rumah sakit, isolasi mandiri di hotel, isolasi sendiri di rumah hingga yang tak sempat lagi mendapatkan ruang ICU.
Dimulai Dari Anak Sendiri Positif