Saya sendiri sudah lama jadi penulis di Kompasiana. Satu flatform blog dengan basis UCG. Seingat saya pertama bikin akun di Kompasiana tahun 2008, tulisan pertama dimuat April 2009, atau 11 tahun silam tapi baru aktif menulis tahun 2010. Beberapa kali ikut event Kompasianival yang digelar setiap akhir tahun. Juga event lain secara offline dan outdoor.
Kalau melihat data di profil saya di Kompasiana, per Senin 26 Oktober 2020 pk. 12.00 Wib, sudah ada 327 followers, 369 following, 286 artikel, 253.256 viewers, 315 komen, 14 HL, 82 pilihan, 400 (tanda panah bolak - balik, ini yang saya gak ngerti).
Adapun point saya sudah 4061 selama 12 tahun bergabung dan menulis di Kompasiana. Itu mungkin sebabnya saya sudah termasuk TARUNA, status yang diberikan oleh Kompasiana dengan canteng hijau.
Ketika Kompasiana bekerja sama dengan salah satu bank swasta melakukan survei pasar modern di beberapa daerah, saya termasuk dilibatkan bersama Kompasianer lainnya yang terpilih. Menyurvai pasar modern di tempat tinggal masing-masing.
Dengan saya, Kompasiana berlaku "diskriminatif". Bayangin aja ya. Saya tinggal di Kota Bekasi, tapi mendapat tugas menyurvei salah satu lokasi pasar modern di Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat. Tepatnya di Cirata, tak jauh dari bendungan, tempatnya perajin keramik, celengan Bagong berproduksi.
Sementara, maaf ya, biaya transportasinya sama loh dengan yang diterima teman-teman Kompasianer lain, yang menyurvei pada modern di sekitar tempat tinggalnya. Yeileh.. mereka tinggal jalan kaki sudah nyampe dinpasar hehehe.....Â
Lah saya? Masih harus naik bus Primajasa, masih nyambung angkot, naik dokar (bendi, sado). Bekasi - Purwakarta - Bekasi. Tega loh kamu KOMPASIANA !
Kembali ke laptop, eh Kompasiana. Belakangan ini koq saya susah banget mengumpulkan viewer, komen, like, follower dari setiap tulisan yang diposting. Berbeda seperti ketika awal-awal saya menulis. Dimana satu artikel bisa ribuan pembacanya.
Sekarang mengumpulkan viewer, komen, like, follower sampai 10-30an itu sudah termasuk pencapaian yang bagus. Makanya tidak pernah saya bermimpi mendapat K-Reward, seperti Kompasianer lain.Â
Itu karena artikel saya tidak bisa mencapai 3000-an viewer, Â sebagai akumulatif selama sebulan untuk syarat dan ketentuan untuk mendapatkan reward.
Belum lagi karena saya lebih banyak menulis melalui fasilitas "note" melalui handphone. Untuk masuk ke login Kompasiana ini, ya Allah, cukup memerlukan perjuangan dan doa.Â
Posting foto melalui handphone juga sulit buuangeet...fitur untuk foto dan link YouTube, selalu "ditimpe" oleh tulisan "Tempel" dan "Pilih Semua". Salah satu contoh tulisan ini, terpaksa saya posting tanpa foto atau ilustrasi. Baru sehari kemudian saya edit dan baru bisa menampilkan foto. Ya ampun...
Biarpun demikian, saya tetap sesekali masih menulis di Kompasiana meskipun tidak serajin dulu. Belakangan selain menulis di Kompasiana, saya juga mengisi blog pribadi NurTerbitDotCom dan belajar jadi Youtuber.
Untungnya, Kompasiana juga sudah menyiapkan channel khusus untuk posting video bagi pegiat dan youtuber pemula seperti saya. Akhirnya gairah saya dan "nafsu" menulis saya, Alhamdulillah bangkit lagi. Beberapa konten video YouTube saya sudah tayang di Kompasiana rubrik VIDEO.
Pada acara nongkrong sore-sore bareng Kompasiana di museum Bank Indonesia di Beos, Kota Tua, Jakarta Barat, beberapa waktu lalu (sebelum Neng Corona datang), saya sempat menceritakan "curhatan" saya ini dan diamini oleh teman Kompasianer lain. Apakah sekarang sudah kurang pembacanya Kompasiana? Semoga ini hanya perasaan galau saya saja hehe...
Eh koq jadi curhat dan jadi panjang komentarnya? hahaha... gak apa-apa, dari komen ini saja, Alhamdulillah sudah bisa saya kembangkan jadi satu artikel lagi untuk Kompasiana. Selamat ultah ke-12 KOMPASIANA...(kado ultahnya menyusul aja ya haha...)
Salam
@ Nur Terbit
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H