Stop ! Kekerasan terhadap wartawan. Stop kriminalisasi pers.
Membaca berita penganiayaan yang berakhir dengan kematian dari sejumlah wartawan, kita semua jadi miris dan tentu saja prihatin. Kini terulang kembali terjadi peristiwa pembunuhan terhadap wartawan.
Kita tiba-tiba dikejutkan oleh penemuan mayat dalam drum plastik, di Bogor, Jawa Barat -- yang kebetulan korban adalah berprofesi wartawan. Almarhum bernama Dafi. Beritanya DI SINI
Semula korban dikabarkan alumni FISIP Universitas Indonesia, tapi teman-temanya "meluruskan" bahwa yang bersangkutan adalah alumni Universitas Muhammadiyah.
Itu sebabnya korban terakhir dikabarkan bekerja sebagai wartawan di Televisi Muhammadiyah (TvMU). Sebelumnya ada yang menyebutkan Dufi pernah bekerja sebagai wartawan media cetak, koran Rakyat Merdeka.

Atau di luar negeri, ada nasib mengenaskan menimpa wartawan Jamal Kashoggi. Jurnalis dari Turki ini, diduga dikeroyok -- yang berujung kematian dan cukup lama baru terungkap -- oleh oknum petugas kantor Kedubes Saudi Arabia, yang ada di Turki.
Nasib Yusuf di Kalimantan sendiri, selain mengenaskan, juga menggemaskan saya sebagai jurnalis. Itu karena berita yang ditulis Yusuf, dianggap bukan produk jurnalistik. Medianya belum berbadan hukum, jadi dianggap media abal-abal dan "wartawan" tidak jelas. Wow... tragis.
Kisah Jamal Kashoggi dari Turki, Yusuf dari Kalimantan dan Dufi dari Bogor, mengingatkan kita kepada peristiwa serupa yang dialami sejumlah wartawan di tanah air tercinta ini.
Masih ingat nasib jurnalis Indonesia Udin Bernas? Almarhum adalah wartawan dari koran Harian Bernas Jogyakarta.
Pria bertubuh tambun dan brewokan ini, tewas terbunuh. Kasusnya masih gelap hingga ini. Namun diduga kekerasaan yang dialami warga Bantul ini, karena menulis berita miring tentang bupati di daerahnya.