Mohon tunggu...
Nur Terbit
Nur Terbit Mohon Tunggu... Jurnalis - Pers, Lawyer, Author, Blogger

Penulis buku Wartawan Bangkotan (YPTD), Lika-Liku Kisah Wartawan (PWI Pusat), Mati Ketawa Ala Netizen (YPTD), Editor Harian Terbit (1984-2014), Owner www.nurterbit.com, Twitter @Nurterbit, @IniWisataKulin1, FB - IG : @Nur Terbit, @Wartawan Bangkotan, @IniWisataKuliner Email: nurdaeng@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Ke 'Sekolah Gajah' Way Kambas dan Pantai Pasir Putih Lampung

10 Maret 2012   03:23 Diperbarui: 25 Juni 2015   08:16 2994
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Obyek wisata Provinsi Lampung cukup banyak di antaranya pantai Pasir Putih di Kabupaten Lampung Selatan dan tempat "sekolah gajah" atau pelatihan gajah di Way Kambas, Kecamatan Way Jepara, Lampung Timur. [caption id="attachment_165499" align="alignright" width="300" caption="Drs Gatut Sudarsono (tengah) bersama rekannya (foto: dok Aliem)"][/caption] Seorang warga kelahiran  Lampung yang sudah lama di Jakarta, Gatut Sudarsono, SH menuturkan, terakhir ia melihat pelatihan gajah Way Kambas tahun 2005 yang lalu. Gajah yang dilatih sekitar 30-an ekor. Pelatihan tersebut dari gajah liar dilatih menjadi gajah tunggang, gajah sirkus, bahkan dalam pelatihan tersebut binatang besar berbelalai panjang itu mampu bermain sepakbola sehingga dikenal dengan Sepak Bola Gajah. Way  Kambas sebenarnya merupakan pusat konservasi gajah yang di habitatnya binatang dengan berat mencapai beberapa ton ini sudah terancam punah. Luasnya sekitar 126.000 hektar dan dapat dicapai dengan mobil sekitar 2 jam dari Bandar Lampung. Lokasinya menurut Gatut Sudarsono tidak terlalu jauh dari jalan lintas timur Sumatra. "Karena itu pada hari libur cukup banyak wisatawan yang datang baik wisatawan lokal maupun mancanegara," kata Gatut Sudarsono, yang sehari-hari menjabat sebagai Kasi Pemberitaan, Suku Dinas Komunikasi Informasi dan Kehumasan (Kominfomas) Jakarta Timur. Cerita itu diulang kembali kepada rekan mitra kerjanya, Suprihardjo, seorang jurnalis senior suatu hari di kantornya. Untuk menunjukkan keberhasilan sekolah gajah ini tiap bulan Desember minggu ketiga diselenggarakan festival yang disebut Festival Way Kambas di Taman Nasional Way Kambas tersebut dan di kota Sukadana, ibukota Lampung Timur. Pada kesempatan itulah didemonstrasikan gajah-gajah terdidik. Gajah gajah itu  dengan pawangnya mampu menari, duduk , melompati jajaran orang, serta bermain bola. Segala  pekerjaan dengan perintah sang pawang dikerjakannya dengan benar sehingga mengundang decak kagum penonton. Namun disayangkan di sekitar Way Kambas belum ada fasilitas lain yang dapat mendukung wisatawan untuk datang lebih banyak lagi. Misalnya tempat bermain anak-anak, atau tempat rekreasi bentuk lain yang menjadi alternatif dan keragaman pilihan di lokasi yang sama. Dengan demikian wisatawan datang tidak hanya melihat ketrampilan gajah dengan mata kepala sendiri, tetapi dapat terhibur dengan obyek wisata yang lain. Menurut Gatut, obyek wisata yang murah adalah Pasir Putih sebelah selatan Panjang dan berada di dekat jalan utama dari Bandarlampung ke Bakauheni. Sedangkan untuk wisatawan yang berduit dapat mendatangi Krakatoa Nirwana Resort di Kalianda yang memiliki berbagai fasilitas menginap dan olahraga air dan bersepeda onthel. Di sini terdapat dua kolam renang anak- anak. Baik Pasir Putih maupun  Krakatoa Nirwana Resort (dulu Kalianda Resort), sama sama menghadap ke Teluk Lampung sehingga aman untuk bermain di pantai maupun naik perahu. Dari Bakauheni resort wisata ini hanya berjarak 45 km ke utara arah Bandarlampung. Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Lampung Drs Gatot Hudi Utomo ketika menerima penghargaan dari Museum Tekstil Jakarta maupun pengrajin kain tapis lampung tidak sempat berbicara banyak. Namun dalam mempromosikan daerahnya Gatot Hudi Utomo mengajak wisatawan datang ke Tanah Lampung Bumi Ruwa Jurai. [caption id="attachment_165500" align="alignleft" width="300" caption="Gatut Sudarsono, Yusi Irhamsyah, Rodin Daulat, Joe Richard (artis), Yunus Azizi (foto: dok Aliem)"]

13313497161620956069
13313497161620956069
[/caption] Banyak festival diagendakan selama tahun 2012 ini karena tiap tahun selalu diadakan. Misalnya Festival Metro yang diselenggarakan tiap Juni minggu kedua. Metro merupakan kota transmigrasi sehingga berbagai budaya daerah bercampur di situ seperti budaya Ogoh-ogoh dari Bali, Sisingaan dari Jawa Barat, maupun Reog dari Jawa Timur. Supriyono, yang pernah bekerja di Teluk Betung selama beberapa tahun menilai Bandarlampung kota yang nyaman. Mirip dengan kota Semarang, ada bagian kota yang rendah dan ada bagian kota yang tinggi seperti Candi di Semarang. Kalau ke kota gabungan Teluk Betung dan Tanjung Karang ini jangan lupa ke Museum Negeri Ruwa Jurai untuk dapat informasi mengenai provinsi Lampung, penduduk dan senibudayanya. (aliem)**** salam NAH: http://aliemhalvaima.blogspot.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun