Terkait posko anti narkota ini, Krisdianto mengatakan, warga masyarakat ini merupakan subjek sekaligus juga sebagai objek sasaran narkoba. Untuk itu dengan melibatkan langsung warga masyarakat, diharapkan dapat menekan sekecil mungkin peredaran barang haram ini dan menekan sekecil mungkin warga yang terjerumus dalam penyalahgunaan narkoba.
"Saya berharap dengan program ini, kota Jakarta dapat terbebas dari bahaya narkoba, dan Jakarta dapat menjadi kota yang sehat tanpa narkoba," imbuhnya. Apalagi, diakui, tahun ini adalah memang adalah tahun pencanangan Indonesia Bebas Narkoba yang popular dengan sebutan #IndonesiaBergegas.
Krisdianto sendiri, punya trik bagaimana mempersempit ruang gerak pengedar atau mengurangi jumlah penyalahgunaan barang terlarang ini. Yang paling pokok, kata Krisdianto, masyarakat diharapkan tidak membeli narkoba. Dengan tidak adanya pembelian, maka tidak ada transaksi.
Nah, itu dipastikan akan mematikan penjualan narkoba yang dilakukan oleh para pengedar. Juga trik lainnya, yakni menjauhi narkoba. Artinya, peduli dengan diri sendiri, keluarga, lingkungan sekitar dan masa depan bangsa.
PERAN SERTA MASYARAKAT
Direktur Peran Serta Masyarakat (Pertamas) Badan Narkotika Nasional (BNN), Brigjen Polisi Drs. Siswandi, mengakui bahwa bandar narkoba itu tidak takut mati. Yang mereka takuti justeru hanya satu, yakni apabila masyarakat tidak ada lagi yang mau membeli narkoba. Makanya, mereka selalu memelihara para pemakai narkoba.
"Itu sebabnya kita meminta kepada pihak Walikota untuk membuat posko pendaftaran bagi para pengguna narkoba. Bagi warga yang pecandu, jangan takut mendaftar karena tidak akan dipidana. Mereka justeru akan diberikan rehab gratis. Jangan dianggap aib para pecandu tersebut tetapi justru kita harus selamatkan mereka secepatnya," papar Siswandi yang ikut hadir pada pelantikan pengurus FOKAN di wilayah RT 11 RW 3, Kelurahan Ujung Menteng, Kecamatan Cakung. Ini sesuai dengan slogan BNN, “Pecandu Narkoba, Lebih Baik Direhab Dari Pada Dipenjara”.
Secara demografis, Jakarta Timur merupakan kota yang paling luas di antara kota-kota lainnya di wilayah Provinsi DKI Jakarta. Jumlah penduduknya juga yang paling banyak. Berdasarkan sumber data Sudin Kependudukan Jakarta Timur, sampai September tahun 2012 adalah 2.932.653 jiwa. Terdiri dari 1.152.963 laki-laki dan 1.419.690 perempuan. Tingkat pertumbuhan penduduk juga mengalami peningkatan dari 0,75 % pada tahun 2009-2010 menjadi 0,05 % pada periode tahun 2010-2011.
Sementara untuk rata-rata tingkat kepadatan penduduk, cukup tinggi, yaitu sekitar 14.041 jiwa/km2. Kepadatan penduduk yang paling tinggi adalah Kecamatan Matraman mencapai 38.482 jiwa/km2 dan yang terendah adalah Kecamatan Makasar sebesar 7.140 jiwa/km2.
Penduduk Jakarta Timur terdiri dari multi etnis, hampir semua ragam suku di Indonesia dengan membawa serta agama, adat istiadat, seni budaya dan kebiasaan di kampung halamannya. Mereka tersebar di 10 Kecamatan, yaitu Kecamatan Pasar Rebo, Ciracas, Cipayung, Makasar, Kramatjati, Jatinegara, Duren Sawit, Cakung, Pulogadung dan Matraman dengan 65 kelurahan.
Wilayahnya berada di perbatasan. Sebelah utara dengan Jakarta Utara dan Jakarta Pusat, sebelah timur dengan Kota Bekasi (Provinsi Jawa Barat), sebelah selatan Kabupaten Bogor (Provinsi Jawa Barat) dan sebelah barat dengan Jakarta Selatan. Lahan daerahnya terdiri 95 % daratan dan selebihnya rawa atau persawahan dengan ketinggian rata-rata 50 meter dari permukaan air laut. Jakarta Timur juga dilalui oleh 7 sungai atau kali yaitu Kali Ciliwung, Kali Sunter, Kalimalang, Kali Cipinang, Kali Buaran, Kali Jatikramat dan Kali Cakung.