Mohon tunggu...
Nur Terbit
Nur Terbit Mohon Tunggu... Jurnalis - Pers, Lawyer, Author, Blogger

Penulis buku Wartawan Bangkotan (YPTD), Lika-Liku Kisah Wartawan (PWI Pusat), Mati Ketawa Ala Netizen (YPTD), Editor Harian Terbit (1984-2014), Owner www.nurterbit.com, Twitter @Nurterbit, @IniWisataKulin1, FB - IG : @Nur Terbit, @Wartawan Bangkotan, @IniWisataKuliner Email: nurdaeng@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Pasar Rakyat Kota Bekasi, Transaksi Dilakukan Dini Hari

21 Desember 2014   06:49 Diperbarui: 14 Maret 2020   12:20 1397
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1419093917776341801

[caption id="attachment_342364" align="aligncenter" width="490" caption="Foto: Nur Terbit -- Pasar Rakyat Kota Bekasi, transaksinya dini hari"][/caption] 

Ada yang berbeda di Pasar Baru, Kota Bekasi, Provinsi Jawa Barat di malam hari. Transaksi antara pembeli dengan pedagang berlangsung malam hari selama 12 jam – dimulai dari pukul 17.00 WIB sore hari hingga pukul 05.00 WIB dini hari.

Transaksi tersebut terjadi, justeru disaat toko, kios, dan ruko di sekitarnya sudah tutup. Itulah “pasar rakyat” di Jalan Moh Yamin, Kelurahan Duren Jaya, Kecamatan Bekasi Timur yang menjadi kebanggaan kami sebagai warga Kota Bekasi. 

Pasar Subuh yang terletak di depan pintu keluar Terminal Bus Antarkota dan Lokal Kota Bekasi ini, posisinya “nyempil” dan sejajar di tepi rel kereta api. Sehingga suasana berbelanja di sini yang berlangsung malam hari, selalu ramai. 

Terlebih ketika ada kereta api yang melintas. Baik yang dari Pulau Jawa ke Jakarta maupun dari arah sebaliknya. Dari Jakarta menuju sejumlah daerah yang tersebar di Pulau Jawa: Jawa Barat, Jawa Tengah hingga Jawa Timur. Bunyi mesin kereta dan suara roda besi beradu dengan rel besi, terdengar jelas ditingkahi tanda serine peringatan di perlintasan kereta. 

Posisinya yang jauh di belakang Pasar Baru yang betul-betul “baru” itu, membuat pasar rakyat ini tidak terlihat dengan jelas. Apalagi jika kita hanya melintas di Jalan Insinyur Haji Djuanda, jalan protokol atau utama sekaligus jalan provinsi tersebut di Kota Bekasi. 

Pasar Baru sendiri bangunannya sangat kontras dengan pasar rakyat yang sejajar rel tadi. Pasar Baru bagian depan dan pernah terbakar itu, kini sudah berpenampilan mewah setelah direhab sebagai pasar modern. Dengan berbagai barang dan mata dagangan yang dijual, layaknya pasar modern lainnya. 

Nah, di pasar rakyat yang transaksinya berlangsung malam hari ini, barang yang dijual adalah sayur-mayur, buah-buahan, berbagai jenis ikan, ayam, bumbu-bumbu minus pakaian dan elektronik. Barang yang diperdagangkan tersebut juga datang dari berbagai penjuru daerah di Jawa Barat, Lampung dan Sumatera. Misalnya sayur-sayuran dan buah-buahan dari Pasar Induk Cibitung, Kabupaten Bekasi, sekitar 10 kilometer dari pasar rakyat ini. 

Berbagai jenis ikan datang dari Pelabuhan Marunda, Muara Baru, Muara Angke Jakarta. Bahkan buah-buahan spesifik seperti nenas, pepaya dan durian (duren) dari Lampung dan Sumatera. Hal ini terlihat dari beberapa truk yang sedang membongkar muatan buah-buahan. 

Sementara sekelompok kaum ibu, terlihat menurunkan keranjang ikan dari mobil bak terbuka, dan baru tiba dari Pelabuhan Muara Baru Jakarta. 

“Saya suka berbelanja di pasar rakyat ini karena komplit. Terutama untuk berbagai jenis ikan, sayur dan buah yang masih segar-segar. Hanya repotnya kalau lagi hujan, jalanan becek dan berlumpur sehingga harus memakai sepatu bot,” kata Ibu Sitti Rabiah, salah seorang pengunjung yang ditemui penulis saat berbelanja di pasar rakyat ini malam hari. 

Ibu Sitti Rabiah, kaum pendatang dari Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan ini mengaku tidak tahu sejak kapan pasar rakyat yang beroperasi di malam hari ini mulai dibangun dan beroperasi. Namun sejak ia menghuni salah satu perumbahan BTN tahun 1988-an, pasar ini sudah ada dan ramai pembeli. Tidak ada perubahan yang mendasar sejak 15 tahun terakhir. 

“Tenda-tenda tempat pedagang menggelar dagangannya tak ada yang berubah, masih ada truk yang berderet membongkar muatan hingga menyulitkan kendaraan lewat, juga bunyi kereta dan sirene di perlintasan masih seperti dulu,” tambah Ibu Sitti Rabiah. 

Pasar rakyat berdasarkan peraturan Kemendag, adalah unsur kepemilikan dari rakyat, tradisional tidak ke porsi pasar modern. Pasar rakyat masih terkesan bau, kotor dan becek. Padahal pasar juga adalah sebagai salah satu tonggak perekonomian daerah. 

Selain sebagai ruang publik dan ruang terbuka hijau, pasar juga sebagai sarana interaksi ekonomi selain tempat ngerumpi. Soal kebersihan memang perlu digalakkan kegiatan bersih-bersih di pasar biar lingkungannya tetap terjaga. Sebab pasar rakyat bukan saja sebagai sarana jual beli tapi juga tempat transaksi, tawar-menawar. 

“Pasar rakyat adalah karakter sebuah kota,” kata Endira S. Atmawidjojo, Deputy Direktur Kementerian Pekerjaan Umum, pada suatau kesempatan. 

Atau seperti kata seorang pakar kuliner, Willam Wongso, “pasar tradisional bukan hanya barometer ekonomi kerakyatan satu daerah, tapi pasar adalah juga kamus hidup kuliner. 

Ketika berlangsung acara Kompasianival di TMII Jakarta, dalam salah satu sesi pembahasan soal pasar rakyat, Kompasianer bernama Ninoy Karundeng, mengusulkan perlunya ada akses perbankan bagi para pedagang di pasar rakyat. 

Sehingga wadah transaksi ini menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat. Kebersihan pasar juga perlu menjadi perhatian. 

Di pasar rakyat Kota Bekasi ini, bertumpuk-tumpuk sampah harus diangkut oleh instansi terkait setiap harinya. Rendahnya kesadaran menjaga kebersihan adalah fakta bahwa pasar adalah penyumbang sampah yang tidak sedikit (7,7 juta ton limbah per tahun dihasilkan oleh pasar rakyat). 

Hal ini semakin memperburuk citra pasar rakyat yang selama ini memiliki label terkesan kumuh dan kotor. Belum lagi diperparah dengan perkembangan industri ritel modern yang kian mudah diakses oleh masyarakat. 

Akibatnya pasar rakyat mengalami pertumbuhan negatif, kontras dengan pertumbuhan pesat dan semakin menjamurnya pasar retail modern. 

Dalam kurun waktu 3 tahun belakangan ini, tercatat hampir 3.000 pasar rakyat tutup dan mati ditinggalkan oleh masyarakat. Padahal, pasar rakyat sudah sejak lama menjadi bagian terpenting dalam pertumbuhan kehidupan sosio-ekonomi masyarakat. 

Pasar rakyat juga menjadi tulang punggung kehidupan masyarakat Indonesia. Tak hanya menjadi pemasok kebutuhan masyarakat, pasar rakyat selama berpuluh tahun lamanya telah menjadi sumber penghidupan bagi lebih dari 30 juta rakyat Indonesia yang bermata pencaharian sebagai pedagang. 

Kini penyebutan pasar tradisional lebih disarankan untuk menggunakan “Pasar Rakyat”, (UU Perdagangan No. 7 tahun 2014) yang jelas merujuk pada orientasi kepemilikan, pasar rakyat yaitu pasar milik rakyat sehingga sudah sepatutnya seluruh lapisan masyarakat juga turut andil dalam mendorong kelangsungan dan perkembangan pasar rakyat menjadi lebih baik. 

Berdasarkan data, lebih dari 30 juta masyarakat Indonesia saat ini tetap bertahan mencari penghidupan di pasar rakyat. Kita semua bertanggungjawab dan perlu berpartisipasi dalam mengembalikan pasar rakyat menjadi primadona bangsa. **

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun