Mohon tunggu...
Nurhikmah daeng bulan
Nurhikmah daeng bulan Mohon Tunggu... -

lebih baik menyalakan lilin, daripada mengutuk kegelapan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Dunia Untuk Rimba Raya

12 September 2014   20:48 Diperbarui: 18 Juni 2015   00:52 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14105043292007148850

Merawat Indonesia bukan tugas satu orang. Mustahil hanya dikerjakan oleh seorang presiden. Tangan-tangan kecil pun bisa melakukannya, dan Indonesia tak harus tahu.

Kegiatan awal ini berawal dari pertemuan tak sengaja Juli 2013 lalu. Sebagai Mahasiswa Kehutanan menjelajah rimba adalah hal biasa. Bertemu beberapa jenis satwa merupakan hal wajar. Tapi bagaimana kalau didalam sana berdiri bangunan Sekolah Dasar?. Mungkin bagi beberapa orang, tak mengejutkan. Namun, tidak bagiku.

Niatan jadi guru SD yang tidak kesampaian mendorongku dan teman-teman bercengkrama dengan murid-murid disana. 21 orang, mereka sebanyak itu. Tatapan malu-malu dan bahasa Indonesia seadanya mewarnai komunikasi kami. Mereka wawan, jusni, dan kawan-kawan.

Tempat itu mengendap di kepalaku, SD INPRES Moncong Jai. Bangunan putih dengan tiga kelas yang berdiri kokoh diantara lembah bukit kapur Taman Nasional Bantimurung Bulussaraung. “Suatu saat aku akan kembali kesana”, tekad itu hampir kami suarakan bersama, olehku dan tiga kawan lainnya saat kami melangkahkan kaki untuk pulang.

Kampus memberikan gambaran dunia yang berbeda. Ketika kawanku terlambat kuliah, angin mengingatkanku didalam hutan sana ada yang berangkat jam 5.00 subuh untuk belajar baca tulis. Ketika ada yang bolos kuliah, terlintas dibenakku ada adik yang harus menyebrang tujuh sungai dan basah kuyup hanya untuk belajar berhitung juga dirimba sana.

Seragam yang selalu kusut. Sepatu yang tak pernah kehilangan lumpur. Dan wajah yang tak kehabisan senyum. Anak-anak Kampung baru, Lampeso dan Moncong Jai Kec. Cenrana, Kab. Maros memanggil kami kembali. Si anak-anak rimba itu bergentayangan dalam otakku dan kawan-kawan.

Kami berinisiatif mengumpulkan buku bacaan anak-anak dan buku pelajaran SD untuk mereka. Sesuatu yang penting bagi mereka dimasa depan. ‘Membawa Dunia Ke Rimba Raya’, menjadi jalan pulang kami ketempat itu. Ratusan buku pelajaran, buku cerita dan buku tulis berhasil terkumpul dari teman-teman Mahasiswa Unhas menjadi milik mereka.

Buku-buku itu berhasil diangkut olehku dan teman-teman dari BEM Kehutanan setelah perjalanan 4 jam di dalam hutan. Tak hanya mengantarkan buku, beberapa kegiatan pun kami selenggarakan untuk anak-anak SD seperti menggambar, mengarang, sekolah lingkungan dan mengeja. Kami berharap kelak mereka akan menjadi jauh lebih cerdas dan melestarikan hutan yang mereka pijak.

Senang melihat mereka tertawa dengan usaha kecil kami. Daripada mengutuk menteri karena pemerataan pendidikan yang belum sepenuhnya. Lebih baik melakukan hal kecil untuk pendidikan.

Aku percaya buku adalah jendela dunia, dan semoga dunia baik-baik saja dalam genggaman anak-anak rimba.

Siswa SD Moncong jai sedang bermain game

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun