Mohon tunggu...
dadung nugroho
dadung nugroho Mohon Tunggu... -

jer basuki mawa bea

Selanjutnya

Tutup

Politik

Revolusi YouTube: 2014 Jangan Beli Kucing dalam Karung

5 Mei 2011   09:59 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:03 271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sudah sebulan ini media massa kita dan jagad dunia maya khususnya di media sosial seperti Facebook, Twitter dan Youtube dihebohkan dengan pro dan kontra kelakuan para anggota DPR kita. Era informasi telah merubah cara pandang kita terhadap penanganan suatu issue karena sekecil apapun issue tersebut akan dengan cepat tersebar melalui media informasi yang ada, khususnya media sosial seperti Facebook dan Twitter. Peranan media sosial sudah tidak lagi diragukan dalam menentukan arah politik suatu negara, ambil contoh : reformasi Mesir dan Tunisia serta pergolakan yang saat ini terjadi di beberapa negara Timur Tengah. Kasus terakhir yang menimpa beberapa anggota Komisi VIII DPR RI dalam kunjungan kerjanya ke Australia menunjukkan bahwa banyak Anggota DPR kita tidak belajar dari realita dan pengalaman yang ada. Alih-alih memberikan kata maaf tapi malah melakukan pembelaan yang menurut saya malah menunjukkan kualitas sebenarnya dari para Anggota Dewan yang katanya terhormat itu. Tentunya sah-sah saja RAKYAT yang selalu mereka bawa untuk dalih-dalih yang mereka lontarkan, yang notabene adalah ATASAN yang memilih mereka memberikan kritik pedasnya atas kelakuan mereka selama ini. RAKYAT disini bisa jadi dia seorang pejabat pemerintah, duta besar, staf pemerintah biasa, pegawai swasta, CEO perusahaan multinasional, pelajar, mahasiswa, TKW, tukang becak, pengemis...siapapun dia mempunyai hak konstitusional untuk menyuarakan kepedulian mereka terhadap kelangsungan hidup dan kemajuan bangsa Indonesia. Benteng-benteng keangkuhan birokrasi saat ini sudah bukan menjadi halangan untuk menyuarakan kepedulian terhadap kelangsungan hidup bangsa Indonesia, terima kasih sudah ada Facebook, Twitter, blog dan media sosial lainnya sebagai wadah penampung aspirasi rakyat yang sudah tidak bisa tertampung lagi di Senayan. "Revolusi YouTube" untuk perbaikan DPR RI telah dimulai, Partai Politik yang cerdas tentunya akan bisa membaca arah revolusi ini. Secara konstitusional Partai Politik-lah yang bisa melakukan recall terhadap anggota DPR - partai yang cerdas akan benar-benar menyiapkan kadernya untuk bertarung di 2014 bukan karena mereka punya massa dan uang tapi intelektual mereka juga harus teruji. Seorang pemimpin Partai yang arif dan cerdas tidak akan mengatakan wajar atau marah ketika suatu kesalahan terjadi tapi harus memikirkan arah perbaikan kedepannya. Dalam konsep balanced scorecard ada tahap learning and growth - fase inilah fase pelatihan yang harus diberikan oleh partai buat kadernya sebelum petingginya marah atau me-recall kadernya karena ketidakbecusan mereka - dalam konteks tulisan ini, pelatihan yang harus diberikan adalah pelatihan IT khususnya lagi tentang peranan sosial media sebagai alat penampung aspirasi rakyat karena email, Faceebook dan Twitter di era informasi saat ini sudah seperti KTP yang harus dibawa kemana-mana. Disisi lain, Rakyat juga harus semakin cerdas - media sosial memberikan kemudahan bagi kita untuk memantau kelakuan  para Anggota Dewan yang katanya terhormat itu. Sudah saatnya KATAKAN TIDAK untuk para wakil rakyat yang sudah mencederai amanah yang diberikan, 2014 saatnya kita tidak membeli kucing dalam karung.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun