Mohon tunggu...
Pandu Biasramadhan
Pandu Biasramadhan Mohon Tunggu... -

Traceur

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Jalan Panjang Si Macan Tutul

16 November 2012   03:20 Diperbarui: 24 Juni 2015   21:16 2508
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bulutangkis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Vladislav Vasnetsov

[caption id="" align="aligncenter" width="576" caption="Sosok MBT Leopard 2 Revolution yang dipamerkan Pada Event Indo Defence 2012, di JIExpo Kemayoran, Jakarta"][/caption]

Setelah sekian lama melewati berbagai polemik baik di dalam maupun luar negeri, akhirnya 1 unit Leopard 2 Revolution dan  1 unit tank medium Marder 1A3 menjejakkan roda rantainya ditanah air dan dipamerkan selama event 2 tahunan Indo Defence pada 7-10 November 2012. Pengadaan tank ini merupakan bagian dari pemenuhan Minimum Essential Force dan modernisasi alutsista TNI tahap I pada 2015. Namun kedua unit tank yang dipamerkan tersebut hanya berstatus sebagai display untuk kepentingan pameran karena kontrak belum ditandatangani oleh pihak Kementerian Pertahanan dan Rheinmetall AG selaku produsen tank Leopard 2, tetapi sudah cukup mewakili informasi dan gambaran tentang tipe tank Leopard yang akan diakuisisi oleh TNI-AD.

Sejatinya penandatanganan kontrak pembelian 150 unit tank dari perusahaan Rheinmetall, Jerman senilai US$ 280 Juta yang meliputi  40 unit tank Leopard 2A4, 63 unit tank Leopard 2 Revolution RI, 50 unit tank medium Marder 1A3 dan 10 unit tank pendukung, akan ditandatangani pada Rabu, 7 November 2012 bertepatan dengan pembukaan event Indo Defence 2012, namun rencana tersebut harus ditunda, karena kedua belah pihak (Kemenhan dan Rheinmetall) masih bernegosiasi.

Menurut Kepala Badan Fasilitas Pertahanan (Kabaranahan) Kementerian Pertahanan Mayjend Ediwan Prabowo, Indonesia kini berharap dapat menandatangani kontrak dan perjanjian teknis secara terpisah dengan perusahaan pertahanan asal Jerman, Rheinmetall AG pada bulan ini.

Menurutnya poin-poin yang masih dinegosiasikan diantaranya kesepakatan waktu pengiriman, karena pihak Rheinmetall membutuhkan waktu untuk membuat tank yang sesuai dengan spesifikasi pesanan Indonesia (Leopard 2RI) sementara pihak Kemenhan RI menginginkan tank Leopard sudah mulai tiba di Indonesia pada awal tahun depan. Prabowo juga menegaskan, bahwa tidak ada masalah politik atau hukum yang belum selesai dan pemerintah Jerman mendukung sepenuhnya kesepakatan ini. Serta negosiasi jumlah tank Leopard yang akan didapat TNI.

Pada hari Kamis 8 November 2012 bertepatan hari kedua pameran Indo Defence 2012 di JIExpo Kemayoran, Jakarta akhirnya pemerintah Indonesia lewat Kementerian Pertahanan menandatangani MoU dengan pemerintah Jerman khususnya Rheinmetall AG. Terdapat dua bentuk MoU, pertama, dalam hal pengadaan Medium Tank untuk ukuran 30 ton dan Main Battle Tank (MBT) Leopard 2 ukuran 60 ton serta tank-tank pendukungnya. Kedua adalah MoU pelaksanaan ToT (transfer of technology) yang akan diberikan kepada PT. Pindad.

Penandatanganan MoU yang dilakukan dengan Jerman tersebut merupakan langkah awal untuk hubungan yang lebih lama, khususnya pengadaan tank jenis MBT Leopard 2. Pemerintah Indonesia menginginkan jumlah MBT Leopard sekitar 2 Batalion Satuan, setingkat Leopard untuk Kavaleri TNI Angkatan Darat. Penandatanganan MoU ini dilakukan oleh Kabaranahan Kemhan Mayjen TNI Ediwan Prabowo, S.IP dengan Direktur Rheinmetall AG Jerman, Herald Westernman

Proses pengadaan Main Battle Tank Leopard 2 bagi TNI-AD diliputi polemik panjang, mulai dari ketidak setujuan anggota DPR akan kecocokan tank berbobot 60 ton itu untuk kondisi geografis Indonesia, penolakan dari LSM-LSM HAM serta penolakan dari berbagai pihak diluar negeri. Menurut beberapa anggota DPR dan pengamat militer diawal proses pengadaan tank Leopard, tank ini dinilai terlalu berat untuk medan di Indonesia sehingga dikhawatirkan akan mengganggu mobilitasnya. Namun pihak TNI-AD menyatakan sudah melakukan pertimbangan serius melalui serangkaian riset pra-pengadaan atas pemilihan Leopard 2 sebagai calon MBT TNI-AD dan menyimpulkan bahwa kondisi geografis Indonesia bukanlah halangan bagi operasional tank Leopard kedepannya dan tank Leopard tentunya dipilih karena sesuai dengan kebutuhan TNI-AD.

Pada awalnya TNI berencana membeli tank Leopard 2A6 milik AD Belanda yang menjual sebagian besar stok Leopard 2A6 miliknya untuk penghematan anggaran negara karena Belanda sedang terkena dampak krisis keuangan Eropa. Sejatinya tank-tank tersebut sudah siap pakai dan merupakan varian terbaru dari Leopard 2. Pada Februari 2012 TNI sudah mengirimkan tim ke Belanda untuk menegosiasikan pembelian tank Leopard 2A6 milik AD Belanda secara langsung tanpa rekanan atau makelar. Negosiasi tersebut berjalan mulus dan dicapai kesepakatan antara keduabelah pihak untuk pembelian 100 unit tank Leopard 2A6 beserta tank pendukung senilai US$ 280 Juta. Namun ternyata kesepakatan tersebut tidak dapat berlanjut menjadi kontrak karena pada Juni 2012 Parlemen Belanda yang dikuasai Partai Buruh secara resmi menolak penjualan tank-tank Leopard tersebut ke Indonesia dengan alasan bahwa Indonesia masih beresiko tinggi dalam pelanggaran HAM. Pemerintah Belanda kecewa terhadap penolakan oleh Parlemen Belanda ini karena hasil penjualan tank-tank tersebut dinilai akan sangat membantu bagi pemulihan krisis keuangan Belanda. Pemerintah Belanda sempat menawarkan pengunduran jadwal negosiasi ulang namun pihak Kementerian Pertahanan RI menolak karena jika diundur, target selesai 2014 tidak akan tercapai.

Ditengah ketidakpastian pembelian dari Belanda, Markas Besar Angkatan Darat memutuskan untuk menjalankan skenario kedua, yaitu membeli tank Leopard langsung dari negara pembuatnya, Jerman. Mengetahui hal ini Komisi I DPR-RI akhirnya melunak dan pada Agustus 2012 menyetujui rencana pembelian tank Leopard 2 dari Jerman. Sebelumnya pada Juli 2012 TNI-AD kembali mengirim tim negosiasi ke Jerman untuk menegosiasikan pembelian tank Leopard melalui dua pilihan perusahaan milik pemerintah Jerman yaitu KMW (Krauss-Maffei Wegmann) atau Rheinmetall AG. Pada akhirnya TNI memutuskan membeli dari Rheinmetall karena harga yang ditawarkan lebih rendah namun kemampuan tank yang ditawarkan lebih canggih yaitu Leopard 2 Revolution, selain itu Rheinmentall juga menyanggupi proses Transfer of Technology untuk perawatan tank, keuntungan-keuntungan inilah yang juga menjadi alasan DPR menyetujui pembelian tank Leopard dari Jerman.

Menurut Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jend. Pramono Edhie Wibowo, TNI-AD memesan varian Leopard 2 Revolution secara khusus, artinya dibuat dengan berbagai opsi persenjataan dan spesifikasi khusus untuk Indonesia, oleh karena itu nantinya tank Leopard yang dibeli TNI-AD akan menggunakan nama Leopard 2RI (singkatan dari Republik Indonesia). Leopard 2RI yang merupakan varian pesanan khusus RI untuk Leopard 2 Revolution merupakan tank modifikasi modular dari varian Leopard 2A4 hasil pengembangan dari pabrikan Rheinmetall AG, modifikasi meliputi sistem penembakan, komunikasi, optik, dan yang paling utama adalah modifikasi sistem armor/proteksi dengan menggunakan armor komposit yaitu AMAP (Advanced Modular Armor Protection) Lapisan pelindung ini terdiri atas materi nanokeramik serta titanium dan baja alloy, yang diklaim memberikan kemampuan perlindungan yang jauh lebih baik. Selain itu Leopard 2RI juga dilengkapi dengan pendingin ruangan (AC) untuk menyesuaikan dengan iklim di Indonesia  yang bersifat tropis guna menjaga kenyamanan prajurit saat beroperasi didalam tank Leopard.

Pembelian tank Leopard dari Jerman juga tidak lepas dari kontroversi, Partai Hijau di Parlemen Jerman menolak penjualan tank Leopard ke Indonesia lagi-lagi dengan alasan Indonesia masih rentan dengan pelanggaran HAM, namun hal ini tidak menjadi penghalang karena Partai Hijau merupakan partai minoritas di Parlemen Jerman sehingga suaranya tidak mewakili Parlemen Jerman secara keseluruhan. Proses pembelian ini juga diperlancar dengan adanya Kunjungan Kanselir Jerman Angela Merkel ke Indonesia pada  10 Juli 2012. Menurut Wakil Menteri Pertahanan Syafrie Syamsoeddin saat ini tank-tank Leopard pesanan Indonesia sudah dalam tahap produksi, sementara semua keperluan administrasi telah selesai dan disempurnakan dengan penandatangann MoU pada 8 November 2012 disela-sela acara Indo Defence 2012 dan penandatanganan kontrak yang diharaspkan tercapai pada bulan ini.diperkirakan tank-tank Leopard 2 pesanan Indonesia akan mulai tiba pada awal tahun 2013 serta pengiriman ditargetkan akan selesai pada tahun 2014.

Pembelian MBT Leopard 2 ini merupakan yang pertama dalam sejarah TNI-AD, selama ini TNI-AD hanya mengoperasikan tank ringan jenis AMX-13  buatan Perancis dan Scorpion buatan inggris. Sementara bila melihat peta kekuatan regional, negara-negara tetangga Indonesia sudah mengoperasikan MBT. Malaysia dengan PT-91M Pendekar-nya, Singapura dengan Leopard 2SG, Thailand dengan M60A3, Vietnam dengan T-55, dan Australia dengan M1A1 Abrams-nya. Maka pengadaan Tank Leopard 2 merupakan sebuah kebutuhan bagi TNI-AD untuk mencapai Minimum Essential Force pada 2015, karena MBT merupakan elemen utama dan tulang punggung dalam perang kavaleri serta merupakan elemen bantuan yang handal dalam perang infanteri. Selain itu keberadaan tank Leopard 2RI menjadi tambahan kekuatan yang signifikan bagi kemampuan perang TNI-AD serta dapat menambah faktor deterrent bagi Indonesia di kawasan.

Adapun mengenai beberapa pihak LSM HAM yang tidak setuju seperti Koalisi Masyarakat Sipil Indonesia yang menyatakan bahwa tank Leopard akan digunakan sebagai alat represi terhadap rakyat di Papua adalah hal yang sangat mengada-ada, tidak ada dalam sejarahnya tank sekelas MBT digunakan untuk menghadap aksi rakyat apalagi dalam konteks penanganan Separatisme OPM di Papua, penggelaran MBT untuk keperluan operasi anti-separatisme dengan musuh  yang hanya menggunakan panah dan senjata ringan merupakan hal yang berlebihan dan pihak TNI-AD tentunya manyadari hal tersebut. Apalagi tank-tank Leopard ini semua akan ditempatkan di pulau Jawa sehingga tidak mungkin TNI akan menggelar Leopard ke Papua (dengan semua perhitungan biaya dan waktu) hanya untuk menghadapi milisi separatis yang tidak bersenjata lengkap itu. Karena sejatinya fungsi utama MBT adalah elemen tempur dalam perang kavaleri terbuka dan elemen bantu utama dalam perang infanteri bukan fungsi anti-separatisme.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun