Mohon tunggu...
Dadan Wahyudin
Dadan Wahyudin Mohon Tunggu... wiraswasta -

Gembala sapi, suka bahasa dan menulis. Mengagumi keindahan natural. Lahir di Pagaden, Tinggal di Bandung, Garut Jurusan busnya, Hobi Makan dan Jalan-jalan di Cianjur \r\n

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ya, Ampun.. Ngojek Pun Mahal!!

19 September 2011   08:11 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:50 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_130883" align="alignleft" width="318" caption="Harus Punya Motor dan Kartu Anggota (www.google.com)"][/caption] Ya, ampun mengojek pun cukup mahal... Tak heran ketika ada tawaran menjadi pegawai negeri  dengan membayar uang tertentu, orang berebutan.  Dalam Headlines Koran Tribunjabar Rabu (14/9) diberitakan bahwa puluhan warga Kabupaten Bandung Barat tertipu. Mereka menjadi korban penipuan sebuah komplotan yang bisa menjanjikan bisa memasukkan mereka sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Kabupaten termuda di Provinsi Jawa Barat ini. Dengan menyetor Rp. 30 juta  hingga Rp. 70 juta,  para korban diberi SK CPNS Palsu.  Menjadi PNS memang dambaan mayoritas generasi di negeri ini.  Soalnya, status PNS, cukup laku dijual ke calon mertua atau bersahabat dengan lembaga Keuangan. Berbeda dengan profesi lain seperti penulis misalnya, yang secara finansial kadang berpendapatan lebih besar, tetapi tidak membanggakan para guru dan orang tua.  Pihak Bank pun ogah, seolah pura-pura tidak tahu.Tak heran, banyak orang tua ataupun pencari kerja terbius dengan iming-iming dijanjikan status PNS. PNS hampir mustahil kena PHK, gara-gara instansi bubar atau dimerjer.  Kedua, banyak sisi sampingan didapat. ketiganya, adanya jaminan pensiun. Pengemudi Ojeg pun mahal Menjadi pengemudi ojeg pun ternyata cukup mahal.  Biasanya para pemuda yang gagal mencari pekerjaan sebagai karyawan pabrik, pegawai, atau sekedar bekerja freelance mengadu nasib dengan mengojek.  Mengojeg menjadi pilihan terakhir setelah buntu di semua lini.  Sejak dulu, meskipun tidak memiliki motor, ternyata umumnya pria dewasa cakap mengendarai sepeda motor. Celakanya, sekarang ngojeg tidak lagi bebas seperti dulu. Hampir tiap perempatan kini telah memiliki organisasi pengemudi ojeg masing-masing, yaitu Arda (Angkutan Roda Dua).  Untuk sekedar nongkrong harus memiliki kartu anggota yang dikoordinir aparat berwenang setempat. Tiap Arda memiliki Nomor Urut tersendiri.  Sementara  Kartu anggota (KTA) pengemudi ojeg pun semakin terbatas, tidak mudah diover-alih  dan semakin mahal. Perempatan dengan penumpang biasa saja, over alih KTAmencapai harga antara 3 s.d. 5 juta. Di perempatan ramai, seperti Jalur  Gedebage untuk mengojeg perlu KTA senilai Rp. 15 juta hemmh... jalur ini terbilang jalur emas. Kalaupun disewa, harga sebulan KTA ojeg ini mencapai Rp. 500.000 per bulan. Cukup mahal, bukan? Bila dihitung, ongkos beli sepeda motor Rp. 15 juta per unit, KTA Rp. 10 juta,  maka bekal awal menjadi pengemudi ojeg minimal Rp. 25 juta, belum termasuk biaya SIM, bensin, olie dan lain-lain. Ternyata semua itu belum  apa-apa, bila pengemudi tidak fit alias sakit atau sepi, ia bakal pulang dengan tangan hampa. Pendeknya, pantas saja orang berebut menjadi CPNS, yang katanya gajinya naik setiap tahun... Keduanya, tak ada istilah sepi penumpang atau PHK...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun